PENYAIR DAERAH DAN PENYAIR LOKAL
Penyair daerah adalah penyair yang eksis di suatu daerah tertentu, baik tingkat kepulauan, propinsi, kabupaten, atau yang lebih kecil dari itu. Misalnya di daerah-daerah adat tertentu. Termasuk di suatu kampung adat.
Penyair daerah ini biasanya berekspresi sastra melalui bahasa ibu di daerahnya. Popularitasnya pun di daerah itu. Meskipun tidak mustahil ada penyair daerah yang dikenal secara nasional bahkan internasional. Sebut saja misalnya Si Fulan Penyair Jawa, Penyair Sunda, dll.
Penyair daerah terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama, adalah penyair daerah yang keberadaannya sebagai pawang penjaga norma lama yang terus ditradisikan. Sering ditandai oleh nasehat-nasehat lama yang sudah dijaga secara turun-temurun. Ada pakem-pakem yang kental di situ. Bisa disebut juga penyair buhun, meskipun bukan penyair yang hidup di masa lampau.
Kelompok kedua, penyair daerah yang sesungguhnya tidak beda dengan penyair modern dalam kesusastraan Indonesia. Gayanya serba modern bahkan. Tetapi bahasa sastra yang dipakainya adakah bahasa daerah. Bahasa lokal.
Selanjutnya saya ingin menguraikan secara singkat tentang penyair lokal. Penyair lokal yang saya maksud, sebenarnya bisa terasa seperti identifikasi yang memaksakan diri. Mengapa? Karena ini seperti keluar dari kelaziman, kalau tidak disebut tabu.
Penyair lokal adalah penyair yang berekspresi kreatif menggunakan sastra Indonesia, bahasa kesatuan Nusantara. Tetapi eksistensi dan ruang geraknya dicukupkannya di suatu daerah tertentu. Bisa karena keberuntungannya sampai di situ, bisa juga karena dia sudah merasa puas ketika bisa hadir, berkarya dan diterima di suatu daerah tertentu. Itu sebabnya ada penyair daerah yang hanya terkenal di suatu propinsi atau di suatu kabupaten.
Pihak yang ikut mempopulerkan penyair daerah dan penyair lokal di situ diantaranya, panggung-panggung sastra, surat kabar lokal, media lokal lain, dan buku-buku yang diterbitkannya dengan tidak menggunakan jaringan pemasaran yang luas seIndonesia. Cukup beredar di daerahnya saja.
Para penyair daerah yang berproses kreatif menggunakan sastra Indonesia ini, biasanya juga berlaku sebagai tiang-tiang pancang, penjaga sastra Indonesia di daerahnya masing-masing. Biasa aktif di komunitas-komunitas yang menonjol. Maka tidak heran mereka sangat bangga dengan posisi sosialnya itu. Mereka merasa bagian dari kesusastraan Indonesia pada umumnya. Di sinilah letak tabunya. Kontribusi untuk sastra Indonesia yang besar tidak bisa disebut terlokalkan sebenarnya.
Meskipun dalam tulisan ini ada pembedaan antara penyair daerah dan penyair lokal, setidaknya untuk kepentingan penelitian, tetapi pada kenyataannya ada juga kita jumpai, penyair lokal yang berproses kreatif dengan menggunakan bahasa Indonesia itu, juga sekaligus sebagai penyair daerah yang menonjol karyanya dalam bahasa daerah.
Berulang-ulang secara hiperbolik di jejaring sosial internet saya menulis, seribu penyair tumbuh setiap hari di suatu daerah pun tetap saya terima, saya akui, saya banggakan. Ini ungkapan penerimaan tanpa rasa takut. Bahkan dengan eksistensi penyair kamar sekalipun, yang karya-karyanya banyak di simpan di kamar, hanya sekali-kali saja muncul di panggung komunitas. Sehingga nyaris tidak populer sebagai penyair di daerahnya. Dia baru nampak menonjol wawasan sastranya ketika sudah bicara-bicara sastra dengan teman-teman dekatnya.
Pengalaman saya ketika berkunjung ke suatu daerah, saya mengajukan pertanyaan serupa untuk semua jenis seni. Misalnya, siapa saja penyanyi dangdut yang menonjol di daerah ini? Siapa penarinya? Dalangnya? Siapa saja pelukisnya? Siapa saja penyairnya? Siapa pelatih teaternya? Dan tentu saja, saya tidak mewajibkan suatu jawaban untuk seniman yang popularitasnya nasional. Karena bukan itu tujuannya.
Khusus untuk penyair-penyair daerah dan penyair lokal yang menonjol, selalu saya apresiasi sebagai kehadiran yang besar. Berada dalam sentrum kerja sosial yang tidak ringan. Bahkan meskipun mediumnya puisi, tetapi eksistensinya adalah penjaga budaya secara umum.
Keberadaan mereka ini semestinya selalu tercium oleh Pemerintah Daerah, terutama melalui instansi-instansi terkaitnya. Misalnya, Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata, dll.
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.Com
Komentar
Posting Komentar