MANFAAT PUISI

Penyair Soni Farid Maulana menulis status pada akun media sosial facebooknya (Selasa, 6 Juni 2017):

"Siapa bilang menulis puisi tak ada manfaatnya? Berapa banyak yang jadi sarjana sastra, mulai dari s satu hingga s tiga karena mengkaji puisi?"

Saya lalu bikin komentar singkat, setidaknya untuk membuka wacana seputar ini bagi semua yang baca:

"Kalo saya malah agak malas lihat argumentasi adanya ratusan ribu sarjana sastra. Itu sangat ekstrinsik dari puisi. Sebagaimana saya juga tidak terlalu 'menggebu setuju' dengan  lahirnya ratusan juta penyair. Meskipun kepada tiap pribadi penyair, berapapun jumlahnya, tanpa kecuali, selalu saya beri ucapan selamat datang dengan sukacita.

Saya lebih menikmati, puisi itu 'ruang pengajian' kehidupan. Kesaksian dan pencerahan. Karena sehebat-hebatnya dakwah Kyai, dengan tutur stereotype-nya, tidak bisa atau sering sulit menjangkau semua komunitas pembaca sajak yang unik dan plural. Bahkan dalam diskusi antar suku-ras-agama-golongan, puisi lebih cair. Sementara dialog formal antar tokoh agama selalu lebih kaku, bahkan sering terjebak formalitas.

Puisi-puisi penyair muslim, misalnya, sering nampak humanis-universal semata. Tidak terlalu nampak mengangkat 'huruf-huruf' dalil. Padahal tetap saja syair muslim ini secara tersirat (tidak fulgar) sudah menyampaikan semua dalil dan sendi-sendi keislaman dengan caranya yang khas".

Prinsip yang sama juga terjadi ketika puisi-puisi itu bersentuhan dengan tema kemiskinan, kebodohan, kerusakan lingkungan, kecelakaan sosial, pertanian, ekonomi, industri, kesenian, Pancasila, korupsi, olahraga, pertahanan-keamanan, politik, pengangguran, dan lain-lain".

Kalau kemudian muncul pembelaan, hal ekstrinsik itu kenyataan sastra. Saya tinggal jawab, "Haha, demikian pula dengan ratusan juta penyair dan pembaca sajak. Itu sukses politik sastra, politik manusia dan politik kemanusiaan!"

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.Com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG