ROSUL YANG IHLAS DAN DAYA LIHAT ALLAH

Kalau ada yang jualan ilmu BISA MELIHAT ISI HATI ORANG LAIN, mungkin banyak yang beli. Laku keras. Karena kebanyakan orang itu penasaran. Apalagi dengan iming-iming itu ilmu sakti. Meskipun Rosulullah SAW menyebut dan meyakinkan, hati orang siapa tahu?

Rancunya kalau orang bisa baca isi hati orang, berarti aib masa lalu yang sudah ditobati seseorang bisa diungkit kembali oleh yang melihat untuk mempermalukan. Teorinya tinggal diputar-putar saja. Berarti pula para tukang copet bisa tahu di kantong mana dompet diselipkan oleh ibu-ibu berikut berapa jumlah nominalnya. Baru difikirkan cara-cara mencurinya. Mungkin lebih aman di tempat sepi, apalagi isi dompetnya tebal.

Manusia cenderung ingin tahu dengan membawa nafsu lemahnya, sedangkan Allah melihat dengan maha tahunya.

Tak terbayangkan kalau hati seorang pemimpin yang soleh, dalam kegundahan mempersiapkan dan merealisasikan strategi pembangunannya, tercium oleh tipu muslihat orang jahat? Atau setidaknya lawan politiknya. Atau sebaliknya kalau ada masyarakat yang beriman bertakwa tetapi keteguhan hatinya itu dibaca oleh pemimpin yang zalim sebagai perlawanan? Meskipun tentu saja Allah yang maha adil sudah lebih dulu siap dengan segenap keputusannya. Allah tidak buta.

Itulah sebabnya Islam mengajarkan khusnuzon, berbaik sangka kepada siapapun. Yang menunjukkan, tidak penting bisa membaca isi hati orang. Yang penting justru memulai kedekatan dengan sesama manusia itu dengan prasangka baik. Sambil tetap waspada, karena orang-orang jahat dan penipu seperti yang banyak diberitakan media juga banyak berkeliaran di sekeliling kita.

Jangan-jangan mengetahui isi hati orang malah bisa memutus jalan Tuhan untuk memberi rahmat. Semisal kita mau bersedekah pada seseorang, tetapi tidak jadi karena kita bisa baca isi hatinya buruk. Padahal siapa tahu sedekahnya itu yang bisa melenturkan hatinya itu. Meskipun dalam waktu panjang.

Mengetahui isi hati orang yang terdengar sakti itu, juga sesungguhnya pintu untuk saling mengganggu saja. Karena hati manusia adalah tempat yang rapuh dan gaduh oleh kegundahan yang akan berbuah perbuatan yang tenang setelah melalui kontemplasi dan penyerahan diri yang ihlas kepada Allah Swt. Demikian pula siapa orang yang tenang hati melihat kegundahan-kegundahan? Apalagi di dunia tipu muslihat?

Maka benarlah Rosulullah SAW. Hati orang siapa tahu? Dan yang menjadi ukuran sebenar-benarnya orang adalah orang baik. Yang menegakkan kebenaran dan kemuliaan. Dan seburuk-buruknya manusia, adalah teman iblis laknatullah. Disebut juga yang menolak menjadi manusia.

Dalam banyak kisah/riwayat Rosul disebut-sebut mengetahui yang orang awam tidak tahu. Tentu saja. Bagaimana tidak? Karena Allah Yang Maha Adil serba tahu untuk menentukan keputusan-keputusan hukumnya. Bahkan malaikat utusannya pun tahu. Sampai malaikat itu berkata, "Apa yang aku harus menanggungnya belum tentu engkau (manusia biasa) sanggup menanggung kesaksian itu secara adil". Maka Rosul satu kalimat dengan Allah SWT dan malaikatnya. Segala peristiwa apapun sudah menunjukkan keadilan Allah. Sampai ketika ada ibu kandung yang bertakwa kepada Allah dibunuh anaknya, maka Allah telah menyiapkan balasannya yang dekat, sementara kemuliaan dan surga untuk ibu kandungnya itu.

Sementara orang-orang sesat malah berfikir ingkar, berbuat jahat pun izin dan keputusan Allah, katanya. Padahal segala kalimat penjelas itu milik Allah, sehingga yang sebenar-benarnya manusia pasti rindu rasa kemanusiaannya. Bukan menjadi teman syetan.

Saya tiba-tiba teringat pada prinsip penghajian. Kalau ada tokoh, sesepuh atau orang tua meninggal, anak keturunannya bisa menghajikannya. Maka harumlah nama orang tua yang dihormatinya itu di tengah masyarakat dan keluarga. Bahkan menjadi suritauladan dan sumber inspirasi.

Tetapi prinsip penghajian itu telah ditelikung oleh ahli tipu muslihat. Seseorang tokoh bisa saja berbuat ingkar sunah secara sembunyi-sembunyi. Prinsip sosialnya jahat. Tetapi ia masih berdalih, kalaupun mati mendadak tanpa sempat jual pesona kehajiannya, toh ia masih bisa dihajikan oleh anak keturunannya. Apalagi merasa keluarga kaya. Menurut persangkaannya, namanya akan lestari, harum dan berpengaruh. Padahal Allah dengan daya lihatnya akan segera menjegal dengan ilmunya yang adil.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.Com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG