PENYAIR PERTAMA DUNIA
Anak saya, Findra Adirama Pambudi, tiba-tiba bertanya, "Kalau stand up comedy disebut-sebut pertama kali dipopulerkan oleh comic Amerika atau dikenal lebih dulu di Eropa, lalu siapa penyair pertama dunia?"
Wajar anakku penasaran. Sebab ia juga butuh dengar, sesuatu itu datang pertama dari mana, atau sesuatu itu kan bisa datang dari mana saja, atau tidak hanya satu titik peta saja tempat datangnya sesuatu yang pertama? Anakku juga akan mengakui jika ada materi tentang badminton (bulu tangkis) itu berasal mana? Baik ketika masih sebagai mainan rakyat belaka, maupun ketika untuk pertama kalinya dipertandingkan dalam forum resmi.
Dengan berusaha tenang tetapi singkat saya berusaha menjawab. Di dalam Al-Qur'an surat Asy-Syu'aro (QS:26), Allah berfirman agar manusia berhati-hati dengan para penyair yang menipu Allah. Dalam universalitas kepenyairan bisa disebut sebagai oknum yang sesungguhnya bukan penyair. Sebab sesungguhnya syair dan penyair itu hanyalah kumparan kemuliaan saja.
Dengan merujuk pada dalil itu, berarti dunia kepenyairan sudah berlangsung sangat lampau. Jauh sebelum era Rabiah Al-Adawiyah. Yang bagi ummat Islam, kekuatan bahasa, kekuatan syair yang lurus telah berdiri menjadi penjelas firman-firman Allah. Hukum langit. Bahkan memiliki khas dan variasi penyampaian yang disesuaikan dengan zamannya. Cara-cara Jalaludin Rumi misalnya, itu khas dan bagian dari variasi yang berkembang. Memikat manusia dari masa ke masa. Bahkan terabadikan karena khas dan keunggulannya.
Selain syair yang khas itu kita juga mengenal syair wangi. Dalam sudut pandang saya, syair wangi adalah syair yang tak bisa lepas dari kuasa dan maha mulianya Allah SWT. Bentuknya bisa langsung berupa puisi, sejak semula diniatkan berbentuk puisi, bisa juga berupa doa-doa yang jika dibukukan atau dilantunkan/dilafalkan menjadi mirip puisi pada umumnya.
Di Indonesia doa tolak bala atau mantra yang rata-rata berbahasa daerah masing-masing diklasifikasikan sebagai karya sastra Nusantara masa lampau. Dari sisi kebahasaan memang tidak beda dengan bentuk puisi pada umumnya. Kebanyakan produk mantra ini tidak diketahui siapa penciptanya. Hal yang paling bisa dikenali adalah model mantra dari daerah atau suku mana.
Ketika Islam masuk ke Nusantara, bukan berarti mantra langsung habis. Tidak demikian. Yang ada justru pemilahan dan pelurusan. Keberadaan mantra menjadi tidak liar. Sehingga pada gilirannya kita bisa dengar di berbagai suku, mereka yang bermantra dalam bahasa daerahnya masing-masing tak ubahnya seperti sedang mempertegas inti kandungan kitab suci Al-Qur'an.
Sampai di sini saya yakin, anak saya pasti punya romantisme yang indah pada Al-Qur'an dan kehidupan para penyair di sekelilingnya.
Apakah Anda sudah baca buku tentang siapa penyair pertama di dunia? Silahkan dipertanggungjawabkan.
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar