GUGUR BISMA, 2015 (Catatan Facebook GTP, 2015)
Catatan Facebook
GILANG TEGUH PAMBUDI
2015
Sengaja saya beri judul 'Gugur Bisma, 2015', karena ada catatan (status) saya di tahun 2015 tentang Wayang Wali. Itu saja.
------
20 Desember
LANGIT MANUSIA
langit kemanusiaanmu
cinta
mengapa bumi tubuhmu
lupa
------
23 Mei
WISATA SASTRA
Suatu hari saya mau nerbitin buku antologi puisi anti miras dan narkoba. Momennya hari kebangkitan nasional. Temanya, bangkit itu anti! Maksudnya anti maksiat. Penulisnya bebas siapa saja. Penjaringannya di alam terbuka dan melalui promo radio. Saya, Ali Novel dkk sepakat, acaranya di taman kota, Situ Buleud, Purwakarta. Apalagi sebelumnya aku sudah nerbitin antologi puisi remaja tentang lingkungan hidup berjudul Situ Kata, ide itu bagus juga buat peluncuran kedua setelah di aula radio. Kusebut itu kegiatan Wisata Sastra.
Hal yang sama, maksudnya teriak-teriak baca puisi di alam terbuka, juga pernah kulakukan di debur pantai Palabuhan Ratu. Dulu. Bersama guru-guru di Kota Sukabumi waktu statusku masih guru sukwan di sebuah SD Negri. Pernah juga begitu di Ciwidey Bandung.
Setelah itu kami sering melakukannya.
Soal Wisata Sastra dan penerbitan buku-buku seni sampai kami bicarakan dengan beberapa anggota DPRD setempat di Rumah Rakyat, sekedar mau titip kalimat, ini kegiatan positif. Kegiatan Wisata Sastra dan penerbitan buku antologi puisi lingkungan hidup dan anti miras-narkoba itu juga saya informasikan kepada Bupati, Kapolres, Komandan Kodim, Kepala Dinas Pendidikan, Lingkungan Hidup dan Pariwisata, juga kepada Kasatpol-PP.
Wisata Sastra, selain berarti menimba kecerahan jiwa manusia di dalam kazanah sastra, sekaligus berarti mengapresiasi sastra di alam terbuka semisal di taman sekolah, taman kota, bukit, hutan lindung, tepi danau/situ/curug/pantai, dst.
Sungguh acara yang edukatif, mencerahkan, atraktif, dinamis, kreatif dan murah. Kenapa murah? Karena hanya dengan berbekal semangat dan sebuah megaphone, puluhan puisi bisa menebal di langit dan pecah tumpah menderai isinya.
Bayangkan, fikirku, kalau semua komunitas dan sekolah di Indonesia punya satu megaphone? Walaupun puisi teriak atau puisi mulut (tanpa alat bantu) juga sudah biasa dipakai dalam happening art.
Wisata Sastra juga bisa memanggil berbagai kreatifitas seni. Musikalisasi puisi, menggambar di alam terbuka, fotografi, tari, teater dll. Bisa diselenggarakan oleh Pramuka, PMR, Remaja Mesjid, Karangtaruna, Komunitas Pemuda, Komunitas Seni, Organisasi Mahasiswa, dst.
Maka jika komunitas seni anda atau komunitas sekolah anda sependapat dan mau ngadain acara WISATA SASTRA, boleh info saya (cannadrama), nanti kita berbagi cerita, pengalaman, atau gagasan. Oke?
------
14 Juni
PAWONMAS
..... trimakasih kepada paguyuban Wonogiri yang telah mempercayakan kepada saya dan istri untuk mendukung departemen publikasi, sosial dan keagamaan, sukses selalu! (Gilang Teguh Pambudi-Yayuk Puji Rahayu)
(Setahun kemudian, 2016, saya di Departemen Hukum dan Hubungan Antar Lembaga, istri masih di sosial dan keagamaan. Keterlibatan ini.karena krluarga istri asal Wonogiri meskipun istri kelahiran Jakarta.)
------
12 Oktober
Yang penting sudah aku ingatkan. Karena selama ini aku saksi hidup. Sudah banyak peristiwa terjadi).
-------
14 Oktober
JAM SEGINI
bukan puisi kamar
dia belukar
#puisipendekindonesia
#puisi
------
11 Oktober
MENGHIDUPKAN KEMBALI PERLAMBANG WAYANG WALI
Kalau di suatu lingkungan RT ada 4 atau 5 tomas yang merepresentasikan kelompok pemikiran yang berbeda, mereka adalah Yudistira, Bima, Arjuna, dan Nakula-Sadewa (Nakula Sadewa secara filosofis menggambarkan dua manusia satu tubuh satu Tuhan, dina kula-kami sahiji Dewa Agung). Maka bagaimana mereka akan saling tikam, sebab satu tubuh. Mereka PANDAWA. Supremasi kemuliaan anti Kurawa (kejahatan).
Tokoh masayarakat representatif itu tdak lepas dari Dewi Kunti (darah pancang ibu), Pandu (tradisi hukum dan perang), Widura (penegak keadilan), Bisma (pawang penjaga ilmu), Kresna (penasehat Dewa/malaikat), Drupadi (kaum wanita), Gatotkaca (generasi yang kuat), dan Karna.
Karna adalah sisi baik dari orang jahat, maka matinya di Kurawa. Bukankah Firaun pun pernah makan semeja dengan Musa, pernah bersedekah? Ketika Firaun mati, sedekahnya ikut mati. Maka Pandawa selalu berlawanan dengan Karna. Memang mesti hati-hati 'membaca-menafsir' bagian ini.
Pandawa (lingkungan RT) adalah satu tubuh, termasuk garis sekelilingnya. Daerah kumparan gelombang elektro magnetiknya. Tidak ada pembunuhan. Kecuali memahami (melalui sistem hukum) menerapkan hukum bunuh kepada manusia yang layak menerimanya, atau membunuh untuk membeladiri dalam perang.
Pandawa itu satu tubuh. Satu orang. Maka diceritakan kelimanya menikahi Dewi Drupadi. Semisal 1 tetapi 5, atau 1 tetapi 7. Membelahdiri. Bukankah Kian Santang pun dikisahkan mampu membelahdiri?
Bahkan Pandawa Kurawa pun sesungguhnya satu tubuh, satu Hastina Pura. Pandawa adalah sisi baik dan Kurawa adalah sisi buruk. Siapa yang harus menang kalau bukan yang dilindungi Yang Maha Mulia?
Maka masyarakat satu RT semestinya semisal 'jutaan gagasan baik'. Manusia-manusia adalah gagasan-gagasan baik itu. Sebab setiap bayi lahir ingin hidup baik-baik saja, bukan mau hidup semaunya. Maka kemanusiaan bertuhan itu membangun manusia dan kehidupannya.
Selanjutnya kita punya pertanyaan (terutama dalam.tulussn ini kepada para penyair, guru-guru bahasa dan sastra Indonesia & masyarakat pembaca sastra). "Berapa banyak pantun, puisi, novel dan cerpen ---termasuk teater, sinetron dan film--- yang memasukkan nama-nama tokoh wayang dan semua yang melingkupinya, sebagai idiom, atau yang sekadar dipakai untuk menunjukkan terpengaruh popularitas dunia wayang?
Nama-nama atau istilah yang kerap dipakai itu misalnya:
Mahabarata
Ramayana
Arjuna
Panah Arjuna
Pasopati
Bima
Gada
Kuku Bima
Yudistira
Nakula
Sadewa
Gatot Kaca
Otot Kawat Balung Wesi
Srikandi
Anoman
Rama
Sinta
Kurawa
Pandawa
Kresna
Raksasa
Rahwana
Lurah Semar
Petruk
Gareng
Cepot
Kreta Kencana
Dewa
Padang Kurusetra
Bratayuda
.......... dst.
-------
15 Oktober
SYAIR WANGI DAN PUISI PENDEK INDONESIA
Aku termasuk penulis syair wangi, yaitu syair-syair dalam celupan (sibgoh) tauhid. Maka sebagian pembaca bisa menyebut, sok dakwah. Terlalu nampak kekuatan dakwahnya. Padahal sastra hijb atau syair wangi tidak mutlak harus menyebut kata Tuhan atau kata Allah, atau Nabi, atau dibuat dalam bahasa dakwah yang menonjol. Misalnya baris-baris puisi saya ini:
Boneka manis
Dalam pelukan anak
Hidup cinta kasih sayang dan rindu
Takir saji
Di sana-sini
Maka syair wangi itu terbuka sebenarnya, tidak sempit seperti dikata orang. Bermula dari realitas doa-doa Kyai yang menguat di tangan pembaca, pengikut dan penyair. Bahkan syair-syair Rumi sesungguhnya upaya penumpahan pengalaman spiritual atau sebuah perjalanan menghayati hidup bersama Allah. Niat menumpahkan ke dalam bahasa yang pendek dan cerdas, menggapai segenap tafsir dan makna.
Misal doa Kyai yang ditulis ke syair wangi:
Ya Rob
Ya Maha Cinta
Lindungilah aku,
Orang tua kami
Dan anak cucu yang saleh-salehah
Jika ukurannya sependek itu, maka syair wangi itu masuk katagori puisi pendek Indonesia.
-------
25 Oktober
ADA ISTILAH DONGENG MINI (DONGENG PENDEK)
Kazanah sastra Indonesia sejak mekarnya bahasa Melayu Silam sudah wellcome terhadap jenis dan bentuk multi karya sastra. Pantun, soneta, gurindam, dll adalah bentukan khas, sebentuk haiku Jepang yang juga khas. Memang ada perbedaaan pada persyaratan bentuknya, tetapi tetap saja karya sastra.
DONGENG MINI, yang bentuknya bisa penuh rekayasa persyaratan, ini-itu, bisa bebas mutlak, bisa eksperimen, kecuali pada hal ukuran mininya, adalah alternatif yang cerdas. Bisa mengisi ruang-ruang sastra, bahkan sastra lisan, layaknya bertukar cerita atau bertukar pantun.
Majalah Mangle (majalah Sunda) punya ruang cerita humor mini. Kalau sekelompok orang berkumpul di pos ronda, mereka bisa bertukar cerita humor, pendek-pendek. Dongeng si Kabayan pun bisa diceritakan pendek-pendek.
Dongeng Mini bukan Puisi Pendek, tetapi puisi pendek bisa berbentuk naratif seperti dongeng mini.
Puisi pendek di grup PUISI PENDEK INDONESIA memiliki kebebsan mutlak, sesuai kemauan penyairnya. Saya yang banyak berkoar soal puisi oendek tidak memiliki otoritas untuk itu. Yang penting disebut pendek oleh penyairnya. Biasanya sangat singkat dengan menggunakan ukuran setarik nafas saja untuk membaca cepat secara normal. Kecuali dalam hal menjaga bersama norma-norma universal.
Sekali lagi, saya hanya memulumg kazanah sastra Indonesia.
-------
14 Oktober
Ngemsi Tahun Baru Hijrah di Kalibata City bersama Rina Gunawan dan Yatim Mandiri.
-------
16 Oktober.
KALAU SENDIRI
Kalau kau sedang di rumah sendirian, ke dapur bikin kopi sendiri, lalu ke beranda depan, minum kopi sendiri sambil ngelus-ngelus sarung. Kopiah di kepala didangdak-dengdek. Miring kanan, miring kiri. siapa yang kau ingat?
Kalau kau di kebun sepetak sendirian. Di saung reyot itu bikin perapian, bakar jagung atau singkong sendirian.
Siapa yang kau ingat?
Mungkin semua daun pohon asam itu foto sahabat semua.
Selamat menjaga kesetiakawanan sosial.
----------
17 Oktober
NYANTAI SAJALAH
Teman-teman, sebenarnya puisi Indonesia (juga sastra umumnya) tidak sedang lesu hari ini, tapi kita punya masalah, kurang mampu meyakinkan kedudukan puisi di tengah masyarakat, bahkan bagi sebagian penulis puisi, puisi sebatas diharapkan sebagai peruntungan popularitas, kalau untung ya diakui kalau tidak ya tidak, mirip nyanyi atau nyipta lagu pop dan dangdut. Padahal puisi itu khas, kritis, intelektual, humanis, dst.
Tapi oke. Prokemnya, nyantai sajalah. Tetap mesti fokus. Muhammad Iqbal bahkan menulis puisi sebagai gerak membangun negaranya. Dia tempatkan dirinya sebagai bagian dari arah Pakistan. Terlepas dari tanggapan.kritis pada cara berfikirnya, tentu saja.
Rumi membawa spiritualitasnya menularkan syair, agar hidup indah, nyaman, selamat bersama Tuhan. Sampai teman-temannya mengenang kematiannya dengan mengabadikan syair-syairnya.
Mau jadi penyair kamar pun kita boleh. Halal. Tapi tentu ambil resikonya, gak populer. Sambil jualan bakso atau jualan kaos oblong.
Orang seperti saya kebetulan merasa bisa menarik penyair kamar jadi juri event puisi, kalau ada waktu dan kesempatan, meski kadang dicacimaki, kok pake orang gituan. Padahal saya sudah ngukur kepenyairannya. Yaitu, untuk dirinya sendiri, anak-anaknya, dan untuk yang kebetulan kenal dekat. Bukankah seorang ustad tidak wajib naik mimbar? Cukup jadi suami, ayah dan sekaligus direktur. Doa-doa 'ustad rumahan' ini juga diingat anak-anaknya, sebagai ciri khas Si Abi atau Si Papa. Beberapa penulis kamar ada yang sudah kuterbitkan puisinya. Artinya dikenal publik. Meskipun publik khusus.
Penyair berbeda dengan orang yang bisa menulis puisi. Guru bahasa Indonesia yang meyakini sudah sangat profesional dalam pengabdiannya, bangga sebagai guru, dia tidak perlu pusing-pusing menjadikan dirinya penyair. Malah disebut bukan garisnya. Tapi mereka semua bisa bikin puisi bagus-bagus sekaligus konsisten sebagai pencinta terdepan sastra Indonesia.
Sedangkan penyair akan meyakini dirinya adalah puisi yang lahir dan bekerja: mencangkul, menjala ikan, narik delman, nyupir taksi, guru, wartawan, direktur, manajer, kuli, pedagang, dosen, rektor, marketing, anggota DPR, presiden, bupati, dst. Biasanya para 'penyair jadi' pantang mengucapkan kalimat-kalimat ini: "Aku bisa bikin puisi. Aku pernah bikin puisi. Aku sudah gak sempat bikin puisi. Aku gagal jadi penyair. Bagaimana sih bikin puisi? Bagaimana sih cara jadi penyair sukses? Aku ingin seperti Rendra, Rumi, Chairil". Dst. Sedangkan bagi anak-anak, remaja dan mahasiswa yang baru mulai nulis puisi, hal itu halal terjadi.
Kita pernah marah kepada kepala dinas pendidikan, yang entah dengan paradigma apa, sukanya berceloteh asal jeplak di depan anak-anak lomba gambar, misalnya. Dia pidato lantang, "siapa tahu ada yang bisa seperti si fulan dan si fulan, sukses jadi pelukis besar". Bagi dia, lomba gambar adalah nyetak pelukis. Padahal di situ sudah sangat lengkap, niat membangun dunia besar, dalam prinsip politik kebudayaan Nusantara. Anak-anak akan mengenal dasar-dasar menggambar, apresiatif, tidak ketinggalan informasi, tahu wacana dan kumparan nilai yang kuat di dunia gambar. Terbangun karakter baiknya yang kuat. Biasa bersosialisasi dan biasa bersikap atas realitas peristiwa kalah dan menang. Filosofinya, mereka harus menggambar kehidupannya: bongan hirup saukur ngagambar jeung ngigel.
Kita tentu ingat pengalaman di masa lalu. Ada orang-orang yang bilang, " Kalau bikin puisi itu, huruf di ahir baris-barisnya harus pakai rumus a-a-a-a atau a-a-b-b", tetapi dia sendiri tidak tahu apa argumentasinya memakai kata 'harus' begitu. Otomatis dia tidak bisa jadi penyair. Sedangkan Hamid Jabar pernah berkata dalam bahasa sepenangkapan saya, "Aku tidak bisa merubah puisi yang dari segenap persyaratan sudah lengkap, khas penyairnya, ekspresif, karena kalau tidak demikian mustahil ia dimuat koran, tetapi sesekali aku beranikan diri untuk memberi saran ini dan itu. Bahkan saran memakai kata ini dan itu. Cuma saran".
Malah, teman-teman, kalau di satu kabupaten, entah itu di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi atau Irian, tidak ada seorangpun yang menonjol di dunia puisi, minimal tukang bikin lomba baca puisi, kita heran, jangan-jangan itu KOTA MATI bagi puisi Indonesia, bahkan bagi puisi berbahasa daerah di situ. Padahal di kabupaten-kabupaten yang marak acara puisinya, tidak semuanya punya penyair yang sangat menonjol. Yang disebut kabupaten maju pun, hanya punya tidak lebih dari 5 penyair yang konsisten. Padahal menurutku, satu kabupaten punya 100 penyair yang menonjol di situ, itu masih terlalu sedikit. Kita harus dukung terus.
Dalam judul Nyantai Sajalah ini, pawang-pawang penjaga kesusastraan Indonesia, gak bisa nyantai. Ternyata.
#puisipendekindonesia
#puisi
-----
18 Oktober
BUKIT AMERIKA?
Masa kecil saya di obyek wisata CURUG SEWU - KENDAL - JAWA TENGAH.
Sekolahnya SDN Curug Sewu.
Lokasi pertamanya di atas bukit, Munthok Jambe (Bukit Jambe). Di atas air terjun agak jauh kami biasa renang.
Di bawahnya ada air terjun yang cantik banget.
Pas pada usia itu, film Little House On The Praire populer di TVRI Hitam Putih. Saya 100% menikmati bagian-bagian dari film itu. Hidup di bukit dan perkebunan kopi Curug Sewu jadi serasa di Amerika. Jadi saya ini Amerika atau Indonesia sejak kecil?
Umur kelas 4 SD kami Pindah ke Sukabumi, Jawa Barat. Di bukit Juga. Serasa Amerika juga. Di perkebunan Cengkeh.
---------
18 Oktober
TAFSIR GUNDUL
TAFSIR TOKE
Kita tengok syair lagu
GUNDUL-GUNDUL PACUL.
gundul-gundul pacul cul
gelelengan
nyunggi-nyunggi wakul kul
gembelengan
wakul glimpang
segane dadi sak ratan
wakul glimpang
segane dadi sak ratan
(gundul-gundul cangkul kul
gelelengan
manggul-manggul bakul kul
gembelengan
bakul tumpah
nasinya jadi selapangan2)
Ada dua tafsir dari lagu yang populer sebagai lagu dolanan ini, anda cenderung pada tafsir yang mana? Trus, apa yang dimaksud TAFSIR SYAIR menurut anda?
TAFSIR PERTAMA
Kalau seorang raja (kepala)
yang berkuasa atas rakyat (cangkul)
memanggul rejeki pembangunan dengan sombong ( gembelengan)
rejeki tumpah mubazir tanpa manfaat (jadi selapangan)
TAFSIR KEDUA
Anak- anak yang plontos polos (gundul gelelengan)
kalau sudah mencangkul, memanggul rejeki ia berbahagia (gembelengan)
sekalinya tumpah (dibagikan)
rejekinya terbagi rata kemana-mana (selapangan luas)
........... sak ratan suka diplesetin jadi 'saratan'. Saratan artinya syarat. Jadi sedekah itu sama dengan penutup 'syarat sahnya' sesuatu.
Maka ada istilah seperti dalam puisi pendekku:
BIAR SAJA
biar gundul
pacul
Kita berlanjut ke lagu kedua,
TOKECANG.
tokecang-tokecang balagendir tosblong
Angeun kacang angeun kacang sapependil kosong
Aya listrik di masigit mani caang katingalna
Aya istri jangkung alit karangan dina pipina
(toke makan kacang habis-habisan
sayur kacang seperiuk kosong
ada listrik di mesjid terangnya kemana-mana
ada wanita tinggi langsing bertailalat di pipinya)
Ada yang menyebut tokecang adalah singkatan dari toke makan kacang, tetapi ada yang menyebut cuma sampiran (celuk/suara untuk pusat perhatian) seperti dalam banyak pantun.
Tetapi intinya, artinya, hidup jangan serakah, habis-habisan
lihatlah lampu (pesan dakwah) di mesjid, terang kemana-mana
walaupun cuma tubuh seorang pribadi, kalau saleh-salehah harumnya kemana-mana
bahkan tailalatnya masyur diperbincangkan
(Seumpama senyum Monalisa atau kesederhanaan seorang raja, siapa tidak mengenalnya? Terlebih-lebih nagi Allah yang maha malihat).
SALAM
#puisipendekindonesia
#puisi
----------
30 Oktober
BULAN BAHASA MENGENAL TEATER, PUISI DAN CERPEN
..... "Bayi kan tidak minta dibunuh. Bahkan bayi Fir'aun pun maunya begitu. Sebagai manusia sosial kelak mereka berkelompok-kelompok. Hari ini saya akan bikin 1000 kelompok (komunitas) di sini. Tapi tanpa sombong mereka akan menyebut, 'lebih dari 99 kelompok remaja (manusia) ada di sini'. Kelompok-kelompok yang normal pasti berprikemanusiaan yang berketuhanan. Begitulah teater Indonesia semestinya lahir. Untuk manfaat orang banyak".
(Ini kalimat ringkas saya dalam materi, Mengenal Teater dan Komunitas Seni bersama, Gilang Teguh Pambudi di MAN Purwakarta).
-----
8 November
POLIGAMI
Kenapa sih ribut mulu soal poligami? Udah tahu poligami itu cuma solusi, boleh dilakukan jika ada yang menganggap itu penting. Itu urusan dan tanggungjawab yang ngelakuin, bukan urusan orang lain. Kalau sudah berurusan dengan hukum baru aparat turun, trus masyarakat berpendapat sesuai kasusnya. Gitu aja.
Atau sebaliknya, masyarakat wanti-wanti, jangan mudah berpoligami, karena kalau tidak bisa menjalaninya, itu bukan solusi. Bahkan dalam banyak kasus, terbukti banyak yang gagal menjalani hidup berpoligami. Gitu aja.
Tapi tetap saja, seperti sebuah ibarat, bagi yang biasa makan nasi dan tidak suka makanan yang lain, makanan yang lain itu tetaplah solusi bagi yang membutuhkannya.
Bagi yang biasa minum obat tertentu, obat lain untuk orang lain yang cocok. Sekali lagi, solusi itu buat yang menjalaninya dengan lancar. Buat yang bermasalah tentu bukan solusi. Dengan begitu kita tidak memusuhi Allah Yang Maha Solusi. Sunah Rosul menyebutkan, boleh berpoligami, bukan harus berpoligami.
-------
9 November
KEMENANGANMU, TETAP BERPROSES KREATIF
Sudah kubilang, hidup ini kemenangan-kemenangan. Karena Allah yang memanggil dan menempatkanmu. Bahkan segala menyambutmu. Jangan kecilkan. Kecuali akan terjebak kufur nikmat.
Coba lihat seluruh pintu, jangan cuma dari satu jendela. Siapa tahu matamu tertipu. Percayalah energi malaikat tidak menipu, karena ketaatannya kepada Allah.
Dan ingat, kemenangan itu juga memiliki airmata keharuan. Karena itu kau menangis. Bahkan kesangsian adalah motivasi untuk menemui jawaban-jawabannya.
Salam kemenangan.
-------
12 November
HARI AYAH (?)
Sore ini anakku, Findra Adirama (Kevin), sehabis sholat maghrib, baca Qur'an dan bikin teh buatku, tiba-tiba mencium pipi. Itu kebiasaan dia. Suka tiba-tiba nyium pipi. Tapi aku tahu, dia pasti gak tahu kalau 12 November adalah Hari Ayah di Indonesia. Yang kutahu, dia sudah ke bengkel sepeda siang tadi karena ban depan sepedanya bocor. Setidaknya besok lancar ke sekolah.
Aku ada niat buat nanya soal hari ayah ini, apa komentarnya, apalagi dia calon ayah, tapi kufikir kapan-kapan saja. Kalau untuk posisiku sebagai ayah, hari ayah gak terasa penting. Sebab lebih penting, benar-benar menjadi ayah.
-------
30 November
PAGI
lalu
siapa
Isa-mu?
#puisipendekindonesia
#puisi
-------
30 November
CATATAN PARA PENAKUT
Tapi jujur, aku ini penakut. Bersama semua penakut di muka bumi.
Takut dunia gelap. Takut hukum rimba. Takut pembantaian manusia.
Takut bayi lak-laki dibunuh. Dibaiat jadi banci, dicetak jadi orang mati, tak boleh hidup, apalagi punya semangat jadi pemimpin untuk menyelamatkan hidup.
Atau dididik menjadi bandit, diiming-imingi uang recehan.
Takut anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup. Punya badan tetapi sengsara sebagai bukan manusia. Atau dijadikan pelacur, atas nama kesejahteraan yang tak pernah kesampaian. Jujur aku takut itu.
Takut kecelakaan sosial. Anak-anak kita bernyawa tetapi stress dan gila. Kepala dan jantung tak jauh dari tikaman mati. Kepalang marah, jadi syetan sekalian.
Jujur aku takut.
Sebagai Siliwangi aku takut ada yang membantai Siliwangiku. Aku takut atas nama Indonesia, membunuh segenap bangsa. Takut atas nama kebhinekaan, merusak kesejatian dan keharmonisan.
Takut atas nama Sunda Wiwitan atau Kejawen, atau sejenisnya malah memecahbelah kultur sosial.
Atas nama pluralisme malah anti kemanusiaan.
Takut juga kalau Islam cuma dipakai kedok, agar para penjahat terbebas dari amuk mayarakat.
Aku seperti kanak-kanak yang takut kegelapan dan syetan.
------
4 Desember
INTERUPSI POLITIK KEBUDAYAAN
Ok. Tapi tetap saja jika presiden menyebut sebuah lukisan wanita telanjang boleh dipamerkan di suatu galeri, setidaknya di galeri khusus atau di galeri pribadi, maka itu politik kebudayaan. Universalitas di negri ini. Meskipun boleh ada yang anti.
Sebuah konggres atau krgiatan apapun adalah kode politik bagi semua gerakan sejenis. Serupa tapi tak sama. Hasil-hasil pertemuannnya adalah sikap politik kebudayaan. Strategi. Suatu sistem nilai dan sistem sosial. Tanggungjawab warga bangsa.
Pensikapan pemerintah dan pensikapan masyarakat juga kesadaran politik kebudayaan itu. Terlepas dari cerdas atau tidak. Mungkin bisa ada sebuatan suatu ketika, era politik dungu, misalnya.
Tapi saya boleh ingatkan sebuah kalimat yang awalnya normal di warung kopi. "Kami sebagai pelaku sejarah konggres kesenian Indonesia adalah ... Bla bla bla". Karena itu memang sebuah momen.
Momen untuk sejarah dan jihad, tentu, bukan momen untuk menyebut, "Ente gak ada di dalam gerakan atau kegiatan itu!"
Soal kesenian yang begitu-begitu aja, dari begitu ke begitu, daun kering dan bulan merah sudah mafhum. Rumus.
Tetapi 'kalimat kami' di warung kopi itu juga yang menakutkan, bisa jadi menohok, "Ente siapa bagi data sejarawan?".
"Yang dari Indonesia timur, ente siapa, gak ada dalam pertemuan menanam pohon kehidupan kemarin?"
Yang mengerikan, kasihan, kalau kluruk tegas itu ternyata menanam 'ganja', atau sejenisnya.
Oke, selalulah kita pakai bahasa yang lembut. Eufis. Biar teduh. Atau, husnuzon, biar makomnya sampai.
Jika 'kami' di warung kopi itu bermaksud baik. Ternyata idiom baru masih bisa lahir, bahkan bisa dipolitisasi, ada seniman-seniman konggres yang hebat, dan seniman-seniman non-konggres yang tidak hebat. Semestinya, janganlah berandai-andai dengan sejarah nasional. Yang pasti-pasti aja. Namanya juga membangun.
Sejarah suatu kota di ujung Kalimantan bisa berkata tidak nyaman pada seseorang, orang Kalimantan, tentu tidak kepada orang kalimantan yang telah diundang, "Ihlaskan saja tidak berada di dalam konggres nasional itu".
Terkecuali kalau ada keterwakilan yang masuk akal, bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan. Kalaupun bukan keterwakilan berdasarkan kota/kabupaten, berdasarkan pada potensi seni, inipun bisa meliputi semua kabupaten/kota. Atau berdasarkan potensi seniman yang ada di tiap propinsi. Tapi ukurannya apa dan 'siapa' untuk potensi seni itu.
Sebagai otokritik, ini tidak cuma logis, tetapi mendesak untuk dimengerti. Karena bisa jadi kita sudah terbiasa membangun Indonesia yang tidak punya data, tidak kenal nama.
-------
20 Desember
JAWARA
beladiri di layar tv
silat dalam puisi
mencetak jawara
seperti ninja warior
seperti super hero
melompati langit
menembus bumi
terjebak dalam rimba rintangan
#puisipendekindonesia
#puisi
-------
22 Desember
HAL WISATA SASTRA
Wisata sastra bukan isu baru dalam gerakan budaya di Indonesia. Tetapi opini yang berkembang tentang wisata sastra sangat beragam.
Setidaknya, pembiaran kegiatan itu oleh pemerintah, juga dapat diartikan Wisata Sastra adalah bagian dari Politik Budaya kita. Hidup di masyarakat dan diketahui oleh pemerintah secara terbuka.
Berikut ini beberapa kegiatan yang menggunakan nama Wisata Sastra:
1. Menelusuri kedalaman sastra secara kontemplatif adalah bentuk Wisata Sastra Rohani
2. Berwisata ke komunitas tempat berkumpulnya para punulis sastra, atau mengumpulkan para penulis di suatu komunitas/sanggar, biasanya untuk mendapatkan pencerahan seputar proses kreatif bersastra
3. Berwisata ke obyek wisata alam terbuka untuk menggelar aksi dan diskusi sastra di sana, paling dekat adalah ke taman kota setempat, paling praktis adalah kegiatan sastra di taman sekolah/kampus (tidak di dalam ruangan)
4. Wisata Sastra diartikan juga berkunjung ke obyek-obyek wisata apapun, yang disertai kegiatan sastra di sana
5. Wisata sastra juga berarti berkunjung ke perpustakaan tertentu, untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi seputar sastra di situ
6. Wisata Sastra juga nama bagi rombongan mahasiswa jurusan sastra yang berwisata ke suatu tempat tertentu, dan di sana diadakan acara yang sesuai dengan kegiatan jurusan
Coba anda simpulkan, apa itu Wisata Sastra? Atau tetlebih dahulu klik google, explore: Wisata Sastra. Maka akan didapat banyak informasi seputar Wisata Sastra.
Satu contoh kami berikan, beberapa tahun Cannadrama pernah menemani kegiatan mingguan Wisata Sastra Situbuleud Purwakarta. Bermula dari kegiatan menampung dan menerbitkan buku antologi puisi di situ. Tepatnya di suatu peringatan Hari Kebangkitan Nasional, yang kami beri tema, Bangkit Itu Anti. Maksudnya, anti segala maksiat/ pengrusakan/ kriminal/ pembodohan. Di situ juga diadakan kegiatan teater, latihan dan lomba gambar, baca puisi bergilir, fotografi, dan diskusi sastra. Berbagai komunitas pun terlibat aktif. Misalnya Lampu Merah, Rumah Seni, Sang Sastra Purwakarta, Cannadrama Purwakarta, Sanggar Anak Berwarna, Karep, Komunitas Baca Sajak, Komunitas Kabaret, Komunitas Sastra Wanayasa, Komunitas Sastra Kampus, Komuntas-komunitas Sastra Sekolah, dll.
------
23 Desember
Padahal Desember, tapi aku menemui mr. google untuk buka-buka data hari wayang dunia, 7 November, sesuai kesepakatan bangsa Indonesia, pengakuan UNESCO.
Hal wayang, adalah khazanah Indonesia bukan india.
-----------
25 Desember
(JALAK BANTENG?)
Ini tentang temanku di rumah, Jalak Sungu Indonesia. Tugasnya jaga rumah dan nemenin anak-anak kalo aku lagi kerja. Aku sejak kecil dan bapakku males menyebut jalak kebo, karena kami harus kumpul kebo. Kami sebut saja Jalak Sungu, karena banyak hidup di tanduk kerbau, atau hidup di tanduk banteng. Haha.
----------
25 Desember
DUA PENARI
ada yang memilih tragedi-tragedi
Ve, kau lihat penari-penari
yang setia menulis puisi
---------
26 Desember
Dari Panggung silaturahmi Volunteer Day (Jakarta)
Dari pentas Teater Langit Manusia, sutradara Gilang Teguh Pambudi:
LANGIT MANUSIA 2
hanya manusia yang memanusiakan manusia
------
27 Desember
NAMAKU JALAK
jika seekor jalak mati tua di sangkar
tanpa sempat diberi nama
makanan dan minuman yang masih penuh di situ menyebut,
ia mati sempurna
daripada para manusia pelaku kriminal dan pembunuh
-----
Itulah sebagian catatan di kolom status media sosial Facebook Gilang Teguh Pambudi di tahun 2015. Ternyata, kecerahan itu dibangun dari kejelasan prinsip-prinsip yang pernah dijalani dan terus dipegang kebenarannya.
Atau, kecerahan itu suatu hasil meluruskan, ketika hidayah datang, menjelaskan sisi kurang, meskipun di suatu waktu di masa lalu kita pernah bermaksud mulia.
Dan kekalahan dengan rasa malu yang besar adalah ketika kita telah bersikeras atas suatu kebodohan, kegelapan ilmu, yang di kemudian hari kita malu meralatnya.
-------------
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
Komentar
Posting Komentar