SEPERTI CATATAN KIPER HUDA

Saya pengagum PERSIBA BALIKPAPAN. Tanpa mengurangi kebanggaan pada kesebelasan Bali United yang sedang bersaing untuk merebut gelar juara di laga-laga akhir Liga 1 2017, malam ini (16/10) saya dukung kemenangan PERSIBA. Meskipun peluang untuk itu sangat berat.

Babak pertama PERSIBA unggul 1-0 berkat gol tunggal, Sunarto. Jika di babak kedua mereka bisa mempertahankan keunggulan, sebenarnya tim yang kharismatik dengan suporter Kalimantan yang fanatik ini bisa makin jauh meninggalkan jurang degradasi.

Tapi ijinkan saya untuk tidak membuat laporan hingga pertandingan di stadion Balikpapan ini berakhir. Sebab bukan itu fokus tulisan ini.

Saya mau menyebut salut ketika gol PERSIBA yang dicetak Sunarto benar-benar dipersembahkan untuk almarhum penjaga gawang, Choirul Huda yang meninggal  seusai bertabrakan di kotak finalti dengan teman satu timnya di PERSELA LAMONGAN kemarin. Ketika menjalani laga panas menghadapi SEMEN PADANG. 

Bahkan Sunarto membentangkan kaos bernomor 1 yang bertuliskan Sang kapten, Choirul Huda seusai mencetak gol. Lalu mengikatkan kaos itu di wajahnya. Benar-benar menunjukkan kesetiakawanan sosial di lapangan hijau. Sebuah sikap manusiawi dari Tim Biru Kalimantan ini.

Siang tadi banyak ucapan belasungkawa di media sosial untuk kiper yang tenang ini. Para Bobotoh PERSIB pun melakukan hal yang sama. Sementara pemberitaan TV terus mengulang-ulang kabar meninggalnya penjaga gawang yang setia sampai mati kepada profesinya, pemain sepak bola dengan posisi spesial penjaga gawang.

Di internet ada tulisan CNN Indonesia yang mengaitkan meninggalnya Choirul Huda dengan kerasnya kompetisi sepakbola Indonesia yang melebihi kerasnya Liga Inggris. Terbukti pada tahun-tahun sebelumnya, sejak tahun 2000, sebelum meninggalnya Choirul Huda, sudah ada beberapa pemain  yang meninggal karena benturan di lapangan.

Apa yang terjadi pada Choirul Huda adalah inspirasi buat seluruh pemain bola tanah air. Jadi seperi Catatan Kiper Huda. Kiper yang tetap mencintai sepakbola meskipun ada resikonya. Resiko yang mesti terus diminimalisasi. Sebab sesungguhnya profesi apapun di dunia ini.pasti punya resiko. Dan perjuangan Huda untuk kehidupan keluarganya sudah pasti masuk katagori jihad fi sabilillah. Istilah yang perlu disebut di lapangan bola agar membuka ruang katarsis di situ.

Tak perlulah kita menyebutnya dengan istilah tumbal lapangan bola, yang punya konotasi negatif. Meskipun kalau menelisik ke isi maksudnya, tumbal bisa berarti resiko. Misalnya resiko pengguna sepeda motor di jalan raya, memungkinkan ada yang terpeleset dan jatuh di jalan raya, kecuali kalau tidak ada sepeda motor dan tidak ada jalan raya. Di Laut Kidul pun ada istilah tumbal laut. Padahal maksudnya, berenang di laut bisa beresiko ada yang tenggelam. Kecuali hilangkan saja wisata pantai dan jangan berenang di laut.

Bagaimanapun, perjuangan Huda untuk tim sepakbola daerahnya yang secara sistemik punya kontribusi bagi supremasi persepakbolaan nasional patut kita acungi jempol. Salut. Yang artinya salut untuk seluruh pemain sepakbola.

Selamat jalan Choirul Huda. Selamat jalan pejuang sportifitas dan pejuang profesi sepakbola. Sang penyaji tontonan bola bagi para pencinta sepakbola di tanah air.

Tapi. Ah, ini seru! Karena tulisan ini selesai sebelum pertandingan usai, akhirnya saya mesti menaikkan kabar, PERSIBA menaklukkan Bali United, 3-2, padahal memasuki menit-menit akhir PERSIBA masih tertinggal 1-2. Penonton pun sontak terhenyak. Benar-benar pertandingan yang gila. Perseteruan papan atas dan papan bawah di tahun ini.

Lagi dan lagi. Kaos bertuliskan Choirul Huda dijadikan tempat menumpahkan dendam cinta dan rindu. Diciumi di lapangan dan dipake bergaya berfoto depan para wartawan seusai gol ke tiga dilesakkan PERSIBA sebelum peluit puncak berbunyi. 

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DINDING PUISI 264

JANGAN KALAH HEBAT DARI BIMA

TIDAK ADA YANG BENCI KALIMAT TAUHID