SELAMAT HARI MELAWAN
TERNYATA KITA BUTUH
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan sosial
kata tikus yang mencuri kelapa
dan ular yang meninggalkan bisa pada korbannya
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan ekonomi
kata beruang yang bertapa
depan perapian sampai mati kelaparan
kata harimau yang menghabiskan
sisa makan siangnya
di tengah kerabatnya
yang juga mati kelaparan
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan beragama
kata kadal gurun
yang memahami suhu panas
tetapi lupa pemangsa dan janji Tuhannya
kata srigala malam
yang melupakan kasih sayang bulan
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan berpendidikan
kata induk elang
yang menipu anak itik
sebelum memangsanya
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan bernegara dan berbangsa
kata sekelompok burung jalak
dalam suatu perjalanan cinta
yang melupakan nasib kelompok
dan nasib setiap perut anggotanya
sementara paruhnya bernyanyi-nyanyi saja
tentang keadilan hukum dalam berbangsa
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan hidup bersama alam
kata anjing lewat
yang mengencingi tembok-trmbok
menimbulkan bau tak sedap
kata seekor macan
yang merusak sarang pipit
dengan ujung cakarnya
kata sekawanan gajah
yang menginjak-injak kebun sayuran
kata mesin gergaji
yang menumbangkan pohon-pohon
ternyata kita butuh kecerdasan dan kedewasan berbahasa
kata seekor kelinci yang sangat lucu
yang tidak mau mengerti
maksud setiap kalimat
dalam kitab suci
kata seekor ayam
yang bulunya dipakai
mencoret-coret sajak
kata kuntilanak
yang diatas pohon
entah menyanyi,
menangis atau menghina
Kemayoran, 07112017
------
Kalau ini dianggap teori ya sudah tinggalkan saja. Karena sudah banyak yang berkata, ah teori. Meskipun hadirnya upaya menulis, dan lahirnya tulisan di tengah manusia adalah praktek, adalah upaya. Meskipun hasilnya menembus, merebes atau terbawa angin sore. Ya, melalui angin sore ketika orang terpaksa menghirup kesentausaan senja. Terpaksa mengakui.
Besok 10 November. Dari istilah mengingatkan, kita pasti harus saling mengingatkan betapa pentingnya sikap kepahlawanan manusia di tengah-tengah masyarakat manusia. Menjadi pemberi inspirasi, motivasi, suritauladan, dan solusi persoalan. Lawan dari penyebab kerusakan hubungan antar manusia.
Dalam bahasa agama kita mesti menjadi alif yang tegak. Terdepan, ganjil, percaya diri, dan percontohan. Yatim yang mandiri. Anak laki-laki pertama, atau berkhidmad pada 'ummul muslimin', berjiwa eMpu. Meskipun para ganjil itu membangun sistem sebagai ganjil yang besar di tangan Allah. Bahkan ketika melihat suatu sistem yang salah, kita di luar itu dan bersama di dalam sistem langit, cakrawala yang maha luas. Yang akan mengubah sistem yang celaka itu. Menjadi cahaya yang membumi.
Saya sendiri sebagai seniman 'gila' sangat menghargai 10 November, sampai menjadikannya hari pernikahan. Setidaknya anak-anak saya, anak JAMAN (Jawa Manado) itu, bisa mengingat bahwa sebelum mereka lahir, saya dan ibunya menikah pada 10 November di Bandung. Bahkan waktu ditanya alm. Bapak, "Kenapa 10 November?". Saya jawab sebagai pemuda Jawa yang optimis, "Hari baik". Waktu itu hari Jum'at. Acaranya sederhana tanpa mengurangi semangat kesakralannya. Pagi sebelum Jum'atan ke KUA dan sore selamatan.
Hari Pahlawan identik dengan semangat anti penjajahan yang mengakibatkan Indonesia merdeka. Tanpa perjalanan panjang semangat kepahlawanan yang tak lekang oleh waktu, kita gak akan punya detik-detik proklamasi. Itu fakta.
Kalau ditarik ke wilayah daya juang manusia secara universal, selaku manusia Indonesia, kita mengartikan hari pahlawan itu juga sebagai tanda waktu untuk membebaskan diri dari segala hal yang mengekang, menekan, dan menindas hidup kita. Termasuk upaya membebaskan diri dan masyarakat dari kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dst. Ya, termasuk berharap tidak ada monster koruptor yang menindas hidup rakyat.
Dari kacamata sosial, membebaskan diri dari penyakit masyarakat, dari seluruh maksiat-jahat, adalah juga jiwa semangat kepahlawanan. Ada perlawanan di situ. Sebab kalau tidak, kita akan masuk ke kawah hidup kacau balau.
Maka kalau di hari kebangkitan saya bilang, BANGKIT ITU ANTI. Maka di momen kepahlawanan hal itu bisa dilanjutkan, KEPAHLAWANAN ITU MELAWAN! Tentu mesti tepat sasaran ketika mengadakan perlawanan atau penyerangan itu. Jangan memusuhi yang tidak layak dimusuhi. Bahkan memusuhi yang pantas dimusuhi pun ada teorinya, ada cara dan prosedurnya. Bahkan kepahlawanan Bung Tomo dan para pejuang saat itu pun begitu. Berjiwa pahlawan berarti melawan.
Teriakan Bung Tomo itu untuk melawan penjajah tentu saja, karena suasananya memang seperti itu. Tetapi kalau pekik kepahlawanan itu diteriakkan sekarang, maka siapa yang mau di lawan?
Sampai-sampai di buku antologi puisi bersama, Kita Dijajah Lagi (Penebar Media Pustaka, Jogja), saya pun menulis puisi yang bukan melawan Belanda atau Jepang:
MENULIS APA KITA
Mohammad Toha ditulis anakku
Depan rumah makan Sunda
Sebagai perlawanan yang siap meledak
Dengan bom di tangan
Menjadi kesejahteraan
Aku menulis apa dalam kesaksian yang tua?
Pintu-pintu kesejahteraan itu ditutup kembali
Lalu di ruang dalam
Kesejahteraan adalah tempat tidur
Bagi segelintir keras kepala dan hati api
Yang menimang serba keuntungan sendiri
Dan sebagian pesta korupsi
Muntah daging ditulis anakku
Karena tragedi anak negri yang tidak bisa menelan tubuhnya sendiri
Dengan ziarah kesalehan
Karena selalu berdarah kecelakaan sosial yang parah
Tetapi engkau malah tokoh pribumi yang menjual narkoba kepada anak kandung sendiri
Aku harus menulis apa
Melawan bangsa sendiri?
Kemayoran, 01082017
-----
Begitulah. Kita akan menghantam penjajahan juga di hari ini. Yaitu sesuatu atau suatu pihak yang berusaha menjajah kita. Yang bisa membuat kita terkekang, tertekan, tertindas, terbelakang dan terbodohkan.
Sungguh tepat kalau kita tidak cuma membiasakan diri melihat kapan rujukan suatu hari peringatan itu, tetapi melihat juga dari gairah yang melingkupinya. Gairah besar yang tak lekang oleh waktu.
Berikut ini hari baik itu jadinya, meskipun berangkat dari kesadaran dan kesaksian atas nilai peringatan tiap tahun, tetapi mesti mewujud:
20 Mei. : Bangkit itu anti!
28 Oktober. : Sumpah setia
10 November. : Kepahlawanan itu melawan
17 Agustus. : Perlawanan itu berwujud kemerdekaan sejati.
Kebangkitan kita tentu membawa sumpah. Ikrar suci. Dicatat Allah. Bukan dalam paham nasionalisme yang sempit. Tapi Indonesia untuk keselamatan bumi. Kebangkitan dan sumpah kita mewujud perlawanan-perlawanan. Sebab perlawanan itu tahu, sidik, mana penghalang kebenaran, kemuliaan, dan keselamatan yang mesti disingkirkan, untuk menggapai kemerdekaan sejati. Kemenangan dunia akhirat.
Kalau dalam suatu kuis TV atau diakhir talkshaw, Penyiar biasa meminta kepada bintang tamunya untuk menyebut satu hal penutup, atau mengucapkan dengan satu dua kata, di momen 10 November ini ayo kita lontarkan pertanyaan yang akan kita jawab sendiri, atau kita jawab sama-sama, "Sebutkan 10 kecelakaan sosial yang maksiat-jahat itu untuk kita lawan!"
Selamat HARI MELAWAN!
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
Komentar
Posting Komentar