29. ORANG RADIO INDONESIA 0281-0290
0281
KALENDER JURNALISTIK
Istilah Kalender Jurnalistik biasa saya pakai untuk presentasi program jurnalistik radio selama satu tahun yang jadwalnya sudah terpola. Tentu disesuaikan dengan program acara dan segmentasi pendengar kita.
Sebagai gambaran mudahnya, biasanya saya mengajak menengok kalender hari besar nasional, hari besar agama, hari besar internasional, dan hajat lembur (daerah). Bahkan kalender pendidikan nasional. Semakin banyak yang akan dipantau dalam satu tahun dengan pola peristiwa yang kurang lebih sama setiap tahunnya, semakin banyak materi yang bisa dibuat contoh untuk memahami wacana kalender jurnalistik itu.
Kalau mesti memantau program reguler yang mesti diikuti, tentu saya akan memasukkan pemantauan jadwal pertandingan Liga Indonesia (1 & 2), terkhusus jadwal pertandingan sepanjang tahun dari klub yang paling didukung fans Radio. Kalau di Jawa Barat ada PERSIB, dulu ada juga Bandung Raya. Dan yang sering disorot untuk daerah perkotaan, adalah pemantauan harian kondisi lalulintas.
Sebenarnya kalender jurnalistik lebih bebas dari kalender tahunan itu, tetapi setidaknya kalender itu memberi gambaran bahwa jurnalistik radio kita bisa dijadwal sejak awal dengan berbagai persiapannya untuk kebutuhan satu tahun penyiaran informasi. Tanpa kosong sedetikpun. Meskipun Radio kita Radio hiburan sekalipun, dengan jatah siaran berita di bawah 5%. Karena yang 5% itu bisa efektif jika radionya disukai masyarakat.
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
------
0282
JURNALISTIK KALENDER
Untuk memperkuat poin kalender jurnalistik sebelum uraian ini, saya bikin penegasan. Dengan contoh peristiwa bencana alam, misalnya. Peristiwa ini tentu bisa masuk dalam daftar umum kalender jurnalistik. Karena sifatnya spontan. Tidak tertolak. Sedangkan dalam jurnalistik kalender, kita benar-benar membaca angka-angka kalender yang sudah biasa memunculkan peristiwa atau kegiatan apa? Seperti tipis bedanya.
Dalam jurnalistik kalender, reporter atau jurnalis Radio tidak perlu ngoyo mencari berita di luar peristiwa menonjol sesuai tanggal harian. Untuk 2 Mei misalnya, fokus informasi dari dunia pendidikan akan sangat tinggi. Untuk sebulan Romadon, informasi seputar kesemarakan Romadon juga sangat tinggi. Hal-hal lain, meskipun menonjol, soal tertangkapnya koruptor kawakan, misalnya, gak perlu dipaksa naik. Itu bisa jadi jatah Radio atau media lain. Apalagi kalau durasi yang kita miliki terbatas. Formatnya Radio hiburan pula. Tetapi sebenarnya, kita masih bisa menyelipkan sedikit dan sekilas tentang itu di dalam suatu improvisasi materi kata. Sebab ketika seorang penyiar dangdut berkomentar, "Kamu kelamaan nelponnya, keduluan yang lain, baca berita tertangkapnya Si Fulan dulu ya?" Maka pendengar yang bimbang bisa berkomentar, "Berarti benar Si Fulan ditangkap!"
Pengalaman saya di luar kontek jurnalis umum, yang menengok kanan kiri, melihat langit dan ranting pohon bisa mendatangkan inspirasi berita, berdiri depan kalender dinding bisa juga membuat kita insyaf: seminggu ini akan ada wawancara dan reportase tentang apa saja? Bukankah 17 Agustus, hari kemerdekaan RI itu tidak maju, tidak mundur?
Itulah kalender.
Salam Profesional!
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
-----
0283
RADIONYA PRESIDEN
Pada saat nulis catatan ini saya lagi denger Radio Pro-3 #RRI di Kemayoran Jakarta. Nikmat dengarnya, apalagi lewat jam 11 malam terdengar lagu Dan dari Sheila On 7. Terasa ingat masa-masa siaran di Bandung dulu.
Tetapi ada yang lebih seru sebenarnya, sebelum muncul lagu bagus itu. Saya dengar suara Presiden RI, Joko Widodo mengudara mengisi suara iklan yang berpesan tentang Radio adalah media pemersatu bangsa.
Presiden benar. RRI sebagai Radio pemerintah adalah radionya presiden. Harus dipelihara manfaatnya bagi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat. Tetapi radio-radio swasta nasional pun aset bagi negara. Sehingga secara fungsi, radio-radio ini berfungsi bagi bangsa dan negara. Persis seperti yang dikatakan presiden itu, media pemersatu bangsa. Lawan dari media pemecah-belah bangsa.
Secara tidak langsung tentu saja salam pembangunan presiden itu sekaligus tips yang biasa kita pahami. Bahwa spirit nasionalisme yang bhineka tunggal ika memang mesti menjiwai seluruh acara radio, sejak on hingga off. Bahkan acara off air-nya pun mesti mengandung muatan yang sama.
Salam Profesional.
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com.
-----
0284
RADIO KOK NOLAK IKLAN?
Saya nulis catatan pendek pada bagian ini, setelah saya menulis artikel pendek di cannadrama.blogspot.com dengan judul, Penyair Merokok?
Sementara ini secara umum kita pasti heran dengan kalimat, Radio menolak iklan. Sebab semua radio pasti butuh iklan. Tetapi memang ada beberapa jurus yang dipakai radio berbeda untuk menolak iklan. Pertama, terlalu murah bayarannya, tidak ada kata sepakat. Kedua, ada produk kompetitor yang kuat di radionya. Ketiga, tidak sesuai dengan segmentasi pendengar. Keempat, merasa tidak pantas menerima iklan itu, misalnya produk yang mengandung alkohol, atau merk-merk rokok.
Menolak iklan secara profesional, membaca segmentasi pendengar dll tentu sah-sah saja. Tidak haram sebuah radio membuat kebijakan tidak mau menerima iklan rokok baik berbentuk spot iklan on air, maupun untuk sponsor program off air.
Tapi meskipun demikian, jika ada iklan bersama semisal rokok yang diterima organisasi, yang harus diputar semua radio, sementara ia bagian dari organisasi itu, bagaimana? Ini sebuah pertanyaan penting. Tentu sebuah organisasi mesti punya jalan keluar, membangun kesepahaman apapun dengan seluruh anggotanya.
Salam Profesional!
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
-----
0285
WAWANCARA TIANG LISTRIK
Tanpa harus ada meme lucu yang tersebar di medsos seperti hari ini, bab wawancara #tianglistrik / #tianglampu sudah lama dimiliki oleh jurnalis. Tapi hari ini, 17/11/2017 memang jadi viral karena mobil ketua DPR-RI yang dikabarkan terkena kasus korupsi e-KTP diberitakan menabrak tiang listrik. Meme itu menggambarkan, tiang listrik diwawancarai, diangkat ke ruang UGD, diinfus, dihadiahi 10 juta karena menemukan keberadaan ketua DPR itu, dikabarkan cuma luka ringan, dll. Bahkan bersamaan dengan ini, koleksi foto-foto mobil dan motor menabrak tiang listrik pun bermunculan.
Dalam jurnalistik, seorang wartawan senior di depan rumahnya pada suatu pagi bisa berhadapan dengan tiang listrik, gardu hansip, selokan, pohon tinggi pinggir jalan, dll. Dan itu bisa diwawancarai semua. Misalnya ada pohon yang menjawab, "Maaf, saya jadi tinggi dan rimbun begini karena petugas dari Dinas Pertamanan belum memotong".
Secara spiritual ini bisa buat pengantar ngaji ilmu tinggi. Sebuah tembok pinggir jalan bisa cerita, siapa wanita berjilbab yang lewat dua jam lalu dengan parfum yang khas. Bisa memberi data, berapa berat mobil truk yang baru saja lewat. Rahasia ini yang mengangkat derajat ilmu, dan menjatuhkan ilmu yang sesat. Bahkan agama yang lurus pun diukur oleh tiang listrik.
Momen viral meme lucu tiang listrik kali ini bisa dipakai oleh Orang Radio Indonesia untuk belajar banyak soal jurnalistik radio. Bahkan sisi asyik berjurnalistik.
Salam Profesional!
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
-----
0286
RADIO YANG DISENANGI DAN DIHARGAI
Teman saya di media sosial. Mahesa Noe, namanya. Juga ngaku tukang las profesional yang seorang penyair. Dia bangga puisinya dibacakan di Radio, tepatnya di RRI.
Membaca sukacitanya itu saya merinding. Terharu. Sebab sudah puluhan tahun saya sebagai Orang Radio Indonesia (Seniman Radio Indonesia) mengakui frekuensi radio adalah ranah publik yang punya sima (daya magis) kuat di tangan pengelola yang visioner dan profesional. Yang pinter, sensitif, dan sungguh-sungguh.
Padahal ada juga frekuensi radio yang cuma dipakai main-main oleh sekelompok orang tertentu. Sebab itu ranah publik semisal tanah, sungai dan laut. Maka perbuatan tidak bertanggungjawab itu sama seperti mencemari tanah, air dan udara, dan merusak hutan. Kalau perbuatannya berupa dosa dengan menggunakan media massa, bahkan bisa sampai seumpama mengencingi air wudu.
Menengok pengalaman Mahesa Noe yang bangga puisinya naik siar di #RRI, mestinya berkacalah Indonesia, tentang harga frekuensi di tengah masyarakat. Sekaligus posisi Radio di tengah kebudayaan, di tengah sastra.
Salam Profesional!
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
-----
0287
TIGA KEMAMPUAN SPESIAL DI RADIO
Kalau kita seorang penulis yang punya hasrat besar untuk siaran, maka kata-kata kita bisa mengalir deras saat siaran. Padat berisi seperti cerita pendek. Kalau kita berbakat. Tapi kalau kita gak punya bakat bersiaran, kita akan mentok di tulisan. Artinya, jadilah profesional dan istimewa dengan media tulisan. Tidak di dunia siaran. Meskipun masih mungkin diwawancarai atau mengikuti program talkshow.
Tapi kalau kita biasa siaran di radio, untuk terjun jadi penulis bukan perkara mudah. Sebab menulis itu tidak sekadar memindahkan bahasa siaran menjadi bentuk tulisan. Butuh keahlian khusus. Maka pengalaman di lapangan menunjukkan, banyak yang gagal. Bahkan untuk menulis satu puisi sederhana dalam rangka hari-hari tertentu, untuk momen hari kemerdekaan misalnya.
Yang bisa dilakukan oleh penyiar pemula adalah latihan menulis naskah siaran untuk langsung dipraktekkan. Tentu modelnya bahasa tutur yang ditulis. Karena untuk diucapkan secara on air. Ini termasuk salah satu kemampuan dasar penyiar. Tetapi penulis naskah siaran ini tidak mudah secara tiba-tiba jadi penulis koran atau buku. Butuh latihan dan adaptasi.
Maksud tulisan ini adalah memotivasi bagi Anda yang merasa jago nulis, berbakat dalam siaran, dan akhirnya bisa mempelajari cara membuat naskah siaran yang efektif. Anda menguasai tiga hal spesial. Bisa jadi wartawan koran atau setidaknya suka nulis di koran atau buku, script Writer di radio, sekaligus penyiar.
Salam Profesional!
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
-----
0288
FOTOGRAFI DI RADIO
Saya sebenarnya malas nyebut jaman now (plesetannya jamenow), atau jaman old (jamenol). Kesannya gemulai gitu. Tapi sejak dunia viral menyebut, jaman now akan direbut jaman nov (Novanto), saya jadi lumayan gagah sebagai jaman now.
Seorang teman bikin fotografi. Lalu minta dikomentari, bagus gak karyanya. Saya jawab, minimal sebagai karya jurnalistik masih okelah, kalo minat ke radio atau koran. Ini komen inspiratif. Sebab foto jurnalistik itu khas. Misalnya, untuk menyebut seseorang buronan ada di suatu tempat, foto yang secara wajar disebut tidak sempurna, sepotong, goyang, bias, buram dlsb, tetap menjadi bukti jurnalistik. Apalagi kalau foto itu cuma satu-satunya. Dan harus cepat naik cetak. Mau apa lagi? Bukankah bagaimanapun ini bisa menjadi gambar pertama dari seluruh media pemberitaan?
Lalu dia komen, bagaimana mungkin Radio ada gambarnya?
Saya jawab. Ini jaman now. Penyiar bisa teriak di radio ngasih kabar, kalo butuh gambarnya bisa dilihat di internet, di website Radio atau di akun sosial milik radionya. Bahkan di situ ada juga Radio Streaming (Radio on line) nya.
Salam Profesional!
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
-----
0289
JAM BULAN
Istilah atau frase Jam Bulan adalah istilah yang biasa bagi seorang Programmer Radio. Ini menjelaskan, bahwa kalau Programmer menempatkan jualan acara untuk iklan, menggunakan detik dan menit, maka untuk pemrograman acara dalam sebulan, baik yang sudah rutin atau yang khusus, ia akan memakai teori Jam Bulan.
Istilah ini memiliki beberapa klasifikasi jam. Misalnya, program acara yang mengudara satu dua jam perhari secara rutin tiap bulan. Kedua, ada yang siaran cuma satu dua jam perhari selama sebulan saja. Artinya kerjasamanya tidak panjang. Ketiga, ada jam siar satu-dua jam tertentu yang hanya naik satu dua kali seminggu. Keempat ada program acara yang naiknya sebulan sekali, biasanya pakai istilah, naik pada Minggu pertama, kedua, ketiga atau keempat.
Apa gunanya? Untuk memudahkan pemrograman dan jualan program. Sebab kalau Programmer tidak sensitif dan fasih soal ini, ia akan menemui kerumitan memutar-mutar jarum Jam Bulan-nya. Apalagi Jam Bulan ini bisa tarik-menarik dengan penyiar yang mengisi acara atau narasumbernya.
Tetapi melalui poin ini, saya tak bosan-bosan mengingatkan. Kalau ada seorang penyiar yang hanya naik sebulan sekali di Minggu pertama saja, misalnya, tanpa jatah jam lain, secara profesional bukan berarti ia lebih buruk kualitas dan popularitasnya dari penyiar lain. Sebut saja, misalnya, pembawa acara Wayang Golek, pembawa acara Mimbar Majlis Taklim, atau pembawa acara Ruang Komunitas yang mewawancarai berbagai komunitas di suatu kota. Dlsb.
Salam Profesional!
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
-----
0290
PENYIAR TEMBAK
Sebenarnya istilah penyiar tembak seperti istilah yang dipaksakan saja. Bahasa gaul radio. Tapi okelah, kita bicarakan juga. Ini fenomena menarik di seluruh Radio Indonesia, bahkan dunia.
Begini. Seorang Kepala Siaran atau Programmer tentu tidak boleh bodoh dan ceroboh. Setiap bikin mata acara, tentu sudah ia pastikan penyiar rutinnya. Termasuk penyiar penggantinya secara pasti jika penyiar utama itu sakit. Sudah dirapatkan. Bahkan penyiar ketiga juga sudah siap, jika penyiar penggantinya kebetulan off dari radio, atau justru sedang dipakai untuk suatu event penting.
Nah, dari pengalaman di lapangan, penyiar ketiga yang jadi pengganti inilah yang biasa disebut penyiar tembak. Biasanya siapa saja yang menurut Programmer memenuhi kriteria minimal untuk menggantikan penyiar utama.
Jadi teorinya, meskipun penyiar tembak, dia tidak boleh hadir atau dihadirkan sembarangan. Sekali lagi ada standar minimal untuk bisa menggantikan. Ini artinya, jika Anda mau jadi penyiar yang serbaguna di radio, mulailah berfikir, selain jadi penyiar utama di jam khusus, mampukah jadi penyiar pengganti yang telah disiapkan pada saat-saat tertentu? Atau bersiap-siaplah jadi orang ketiga, yang tanpa persiapan selalu siap ditampilkan.
Salam Profesional!
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
------
Komentar
Posting Komentar