AIRMATA ROSUL, TIMNAS, DAN SEMANGAT 312

AKHIR ZAMAN

akulah Muhammad
dan akulah Isa
yang membenarkan

Kemayoran, 2011-2017
#puisipendekindonesia
-----

Maulid Nabi 2017 dan mengingat peristiwa sejarah, 312 tahun lalu, apa kaitannya?

Yang jelas, menurut informasi. Sabtu pagi, akhir pekan, 2 Desember 2017 kita sudah dapat kepastian bahwa malam Minggu ini Tim Nasional akan berjibaku, menghadapi Tim Nasional Brunai Darussalam, dalam ajang internasional, Aceh World Solidarity Cup.

Kita tentu masih ingat peristiwa unik dan heroik yang viral dengan sebutan Peristiwa 312 atau Aksi 312. Terjadi pada tanggal 3-12-2016 setahun lalu. Yaitu ketika sebuah perhelatan sepakbola Piala AFF, yang baru membawa Tim Nasional di semifinal leg 1, tetapi sudah heboh lantaran MISI SPIRIT NASIONALISME. Bahkan presiden yang di banyak event sepakbola biasa hadir hanya di ajang pembukaan atau di partai puncak, kali ini ia ihlas hadir di babak semi final di stadion Pakansari, Cibinong, Bogor. Baru leg pertama pula.  Otomatis sangat menyemangati segenap anak negri. Itulah misi pembangunan. Demi Pancasila, demi bhineka tunggal Ika, demi keutuhan NKRI, dst.

Setelah di berbagai tempat dan pemberitaan Presiden Jokowi, yang juga saya sebut Presiden Bola Indonesia, menyampaikan pesan kebangsaan, kali itu ia merasa wajib hadir di tengah lapangan hijau. Mengangkat dan meneriakkan SEMANGAT MERAH PUTIH di tengah ribuan suporter bola di stadion, dan bersamaan dengan gegap gempita masyarakat Indonesia penggila sepakbola, pencinta Merah Putih, di seluruh tanah air. Tentu, sungguh momen yang tepat. Ya, momen bersejarah 312.

Viral di media sosial, aksi 312. Bela merah putih. Bela Timnas. Bela NKRI. Dilanjutkan dengan kalimat umum yang juga disosialisasikan oleh presiden, Saya Indonesia, Saya Pancasila!

Siapa yang tidak bersaksi akan hal ini?

Diakhir pertandingan yang dimenangkan oleh Timnas Indonesia,  presiden menyalami para pemain nasional, Evan Dimas dkk.

Sebagai peristiwa sejarah, Spirit 312 tentu akan selalu bisa dikenang. Karena itu tabungan masa depan. Semangat yang penuh harapan. Meskipun partai semifinal Piala AFF itu sudah berlalu jauh.

Tapi untungnya, malam ini, malam menjelang 312 (3-12-2017) besok, kita bisa melihat Timnas bertanding melawan Brunai Darussalam. Setidaknya ini akan menjadi pesta kebetulan yang baik. Semarak nasionalisme yang akan terus menyala sampai kapanpun.

Nostalgia 312, aksi cinta Indonesia, begitu kita mengingatnya. Kali ini dari Aceh Serambi Mekah. 

Secara prinsip, penyadaran dunia sepakbola, tontonan bola di Indonesia, dari lapangan bola, memang butuh nasionalisme. Tetapi sebagai titik, sentrum massa, lapangan bola adalah representasi kemanusiaan Indonesia di tanah air. Bicara atau berpropaganda hal baik kepada mereka, apapun, para manusia gila bola itu, sesungguhnya  juga bicara kepada segenap warga bangsa.

Menariknya lagi, suasana 312 tahun 2017 ini terjadi pada libur panjang yang marak disebut, LIBUR PANJANG MAULID NABI SAW. Bahkan ummat non-muslim pun menyebut begitu. Mereka menyebut, berkah Maulid Nabi. Karena kita punya tiga hari libur akhir pekan, Jumat, Sabtu dan Minggu.

Sejak hari Jum'at, libur Maulid Nabi SAW, bagi saya sendiri adalah hari-hari air mata setiap menyebut atau mendengar, Ya Rosul Salam Alaika. Karena kalimat sholawat ini memang kalimat sakti. Sudah begitu dari dulu. 

Bagi Indonesia, momen Maulid Nabi ini menjadi tradisi besar yang super manfaat.

Di satu sisi kelahiran Nabi SAW menjadi misi kelahiran ummat Islam, bahkan misi kelahiran ummat manusia yang percaya Allah tanpa kecuali. Misi tasyakur bi nikmah. Ngaji diri untuk menyambut masa depan.

Di sisi lain Maulid Nabi menjadi momen kelahiran, momen kehadiran, momen pergerakan ummat untuk keselamatan, keadilan, kesejahteraan, dan kemenangan.

Di pintu mulia yang dirahmati Allah inilah sebagai sebuah bangsa kita patut merenungi makna cinta tanah kelahiran, cinta yang universal, cinta Indonesia.

Ah, jadi ada pertemuan besar  rasanya antara semangat cinta Rosul, Maulid Nabi SAW, dan perhelatan sepakbola sebagai sentrum mata massa untuk tetap utuh sebagai Indonesia.
------

ADA

ada yang terus merusak
tapi Allah terus sempurna

-----

RUAS JALAN TEBU

di ruang kepala terbuka
ruas jalan kotamu tebukah
yang diberi nama-nama pahlawan
dan segenap nama baik itu
tempat memuliakan mulia
hidup menghidupi hidup

------

KATA-KATA USIRAN

aku mengerti
kau pernah mengusir puisiku
lalu menangisinya

Kemayoran, 2011-2017
#puisipendekindonesia
-----

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG