KALAH OLEH FUNGSI ALAT VITAL

DEPAN SANG KHOLIQ I

cinta yang ihlas
dan rahasia

bahkan jeritan
ketidakberdayaan

setia disimpannya sebagai
keagungan gunung-gunung
kedalaman laut
dan berkah langit yang terbuka

Kemayoran, 2011-2017
#puisipendekindonesia 
-----
Pulang kerja. Baju kerja masih berkeringat. Sudah ada WA mempertanyakan, apa hukumnya manusia beralat kelamin pria, tetapi suara, kecantikan dan kehalusan tubuhnya 100% perempuan? Lalu bagaimana jika ada manusia berkumis, bahkan brewok, berbadan atletis 100% laki-laki, bahkan bersuara lelaki, tetapi alat kelaminnya perempuan.

Saya mau jawab tapi nafas lagi ngos-ngosan. Meskipun pulang pakai motor, tetapi ngebut 15 menit setelah kerja keras, tidak ngaruh pada turunnya rasa capek. Maka WA saya biarkan dulu. Sementara setelah melepas baju kerja langsung nyawang burung kicau. Refresing. 

Cangkeling-ku gacor banget. Beli tidak sampai 100 ribu dulu. Kalo sekarang ada yang minat? Pertama, nampaknya gak saya jual. Kedua, harganya kira-kira sekarang bisa 250-300 ribu minimal. Jalak kebonya lagi ngaso. Suaranya jarang-jarang. Tumben. Sementara Jalak niasku blum gacor benar sebab masih usia muda. Tapi lucu lompat sana lompat sini. Perkutut? Baru sembuh dari sakit dia, kedinginan dluar rumah selama hujan kemarin. Terpaksa dibawa masuk rumah, dikasih suasana hangat. Sekarang Trengginas lagi.

Saya memang suka burung sejsk kecil. Bahkan masuk kebun binatang yang paling disukai burung-burung. Apa anda kira, karena saya ini laki-laki, jelas suka burung, atau karena saya pantas dianggap Pawang Sang Penjaga Burung-Burung?  Ah, ada-ada saja. 

Beberapa saat kemudian sambil minum teh saya mulai jawab soal di WA itu.

Alat vital adalah anugrah agung secara fungsi, eksistensi, dan penerimaan.

Secara fungsi alat kelamin pria hak pria saja. Tidak perduli ukurannya kecil atau sangat kecil. Toh kalau difungsikan tetap sanggup menghamili istrinya. Keluar sperma dengan sempurna. Sementara alat kelamin wanita adalah hak wanita saja.

Secara eksistensi, alat kekamin pria adalah kekuatan hidup. Selalu hadir dan berbuat. Dia normal dan perkasa. Meskipun yang ukurannya kecil bahkan sangat kecil. Begitupun eksistensi alat kelamin wanita. Ia adalah kehormatan wanita. Harga diri ibu manusia. Kelembutan atau keteguhan cinta. Berdaya apa saja.

Secara keihlasan. Bacalah cara teh dan kopi mengakui rasanya, sehingga menjadi khas yang natural. Begitulah alat vital pria adalah rasa yang mengajak bersenggama istri-istri yang dicintainya. Begitupun alat vital wanita, itu adalah alat vital Allah yang tidak menolak takdir mulianya yang tidak kejam, untuk mencintai dan dicintai laki-laki.

Pertanyaannya bagaimana kalau yang laki-laki itu bersuara wanita, bahkan cantik, bahkan tubuhnya sehalus wanita? Jawab saya, dia laki-laki! 

Fisik, tampilan, segala sesuatu bisa mengelabui. Itu hukum alam. Buah yang kelihatan ranum pun adakalanya ketika dicoba pahit rasanya, bahkan beracun. Sampai para manusia memaki Tuhan, "Allah tidak adil, mestinya buah ini manis!" Begitupun ada masyarakat yang sewot ketika melihat foto dan perawakan seseorang, "Bagaimana mungkin kita dipimpin oleh orang kasar dan preman?" Padahal mereka tidak tahu, ternyata orang yang wajah dan perawakannya kasar itu ternyata hatinya selembut salju. Itulah hal fisik.

Kalau ada pria bersuara dan berperawakan perempuan, dia sah 100 pria. Kalau saja saya wanita, saya masih berkemungkinan menikah dan punya anak darinya. Jika Allah menghendaki. Bahkan masih sangat bisa diharapkan dia akan memimpin keluarga secara tenang dan bijaksana.

Kalau ada wanita berperawakan kekar, 100% persis laki-laki. Bahkan berkumis, bahkan brewok, dan bersuara laki-laki? Bagaimanapun dia tetap seorang wanita karena hukum alat vitalnya. Karena itulah disebut VITAL. Keutamaan. Kalau saya laki-laki saya masih bisa menikahinya, tetapi kalau muncul rasa cinta dan kecocokan. Lalu punya anak darinya.

Maka kelak kalau laki-laki yang bersuara dan berperawakan wanita itu jadi suami, biarlah dia menjadi rahasia cinta istrinya. Itu bukan lesbi atau hubungan sesama jenis. Meskipun ketika memakai celana panjang, jaket jeans, dan berambut pendek, sang suami itu tetap disangka cewek oleh masyarakat. Masabodoh saja. Yang penting istrinya 100% yakin, dia suami yang dicintainya. Ini termasuk rahasia keluarga dan rahasia kamar tidur.

Orang tua harus ihlas menerima kenyataan itu. Menjadikannya anugrah, meskipun secara umum tidak lazim.

Yang harus difikirkan adalah keselamatan dan kesejahteraan masa depannya. Tidak usah disembunyikan ---setidaknya di tengah keluarga---, jangan disebut perempuan kalau memang dia laki-laki, apalagi kalau sampai sejak kecil diperlakukan selayaknya wanita. Dikasih pakaian wanita karena rasa malu yang besar. Jangan.

Begitupun sebaliknya. Biarpun berperawakan laki-laki sejak kecil, seorang wanita mesti diperlakukan sebagai wanita. Dia harus hebat karena penerimaan kewanitaannya itu.

Seorang ayah atau ibu tidak boleh malu di depan Allah menerima kenyataan anaknya yang secara fisik berbeda dengan khalayak umum. Setidaknya di hadapan Allah dan di tengah keluarga hal itu sudah selesai. Sudah normal. Cuma persoalan takdir fisik belaka. 

Yang harus difikirkan adalah, bagaimana adaptasi sosialnya, terutama proses pendidikannya, dan nasib perjodohannya. Ini butuh peran besar pemerintah atau negara untuk memecahkannya. Apakah mereka yang seperti ini akan dinasehati agar melalui pendidikan privat sejak kecil? Bagaimana cara-caranya? Ini soal kebutuhan dasar pendidikan dan sekolah (institusi pendidikan).

Bagaimana urusan belajar privat sejak TK hingga perguruan tinggi bagi yang miskin? Bagaimana legitimasi kelulusannya? Apakah pemerintah akan lepas tangan dan menyebut, itu salah keluarga yang bersangkutan, kenapa miskin? Padahal miskin itu peristiwa nyata. Tidak bisa ditolak, kecuali diatasi.

Selanjutnya masalah perjodohan. Ini rumit. Memang. Ketika Si Pria yang menunjukkan segala penampilan perempuan, kecuali pakaian dan alat kelaminnya, tentu butuh wanita yang bisa mengerti keadaannya ini. Yang siap jadi istrinya.

Begitupun si wanita. Orang tua akan kesulitan memperkenalkan kepada para pria, jika penampilan fisik anaknya kekar, berkumis, brewok dan bersuara besar selayaknya laki-laki. Padahal kalau ketemu jodohnya, itu bukan hubungan sejenis, homo, atau pria ketemu pria. Bukan.

Belum selesai nulis, perut saya rasanya laper. Lihat nasi belum mateng. Jadi teringat kata, fungsi. Fungsi makanan bagi diri pribadi dan secara relijius, adalah bikin sehat, kuat, dan selalu mendatangkan nikmat rasa syukur kepada Allah. Sedangkan dalam kontek sosial, kebutuhan dan rutinitas makan bisa dipakai untuk ngaji belas kasihan kepada saudara-saudara kita yang serba berkekurangan. Sehingga agama yang lurus, Islam, mengajari untuk mengerti, ngaji sosial itu adalah fitrah diri. Rasa kemanusiaan itu adalah karakter kepribadian.

Sambil menunggu nasi mateng saya makan tahu goreng. Ngemil dulu. Ini jelas urusan fungsi. Maka dalam hal alat vital, saya gak ngomongin anus. Itu bukan alat reproduksi, bukan soal alat reproduksi sehat. Setidaknya itu pengetahuan saya sejak kelas 1 SMA, sejak mulai bikin-bikin tulisan ilmiah soal KB.

Kalaupun soal anus akan dipaksakan. Ketika suami menemui istrinya. Terlepas dari argumentasi halal dan haram. Posisinya bisa menyerupai, mengapa kaum pria suka mencium leher istrinya? Ada apa dengan leher? Variasi seks-kah? Sekali lagi, itu bukan soal alat vital.

Maka jika ada suami salah orientasi seks, menganggap anus wanita adalah alat vital yang sesungguhmya, maka jelas haramnya. Ini univeral. Fikiran Islami. Inilah cikal bakal pergeseran, anus dijadikan alat vital. Sehingga jika ada pria menyukai pria, itu akan dianggap sudah cukup dan sah. Kalau perlu sampai menikah sejenis. Cukup dari mana?

Selanjutnya saya ingin bicara soal alat vital pria yang dianggap kecil bahkan terlalu kecil untuk persetubuhan yang normal. Meskipun kenyataannya demikian, selama masih normal mengeluarkan sperma, itu tetap bernilai kejantanan laki-laki sejati. Hal ini tidak boleh dipakai tipu menipu. Maksudnya, informasinya harus sudah diketahui oleh calon istri sejak sebelum menikah. Jangan terbongkar di malam pertama. Itu telat. Itu penyiksaan kepada wanita. Haram hukumnya.

Selama masih ada solusi untuk membesarkan alat vital pria yang kecil, termasuk dengan cara operasi, itu boleh dilakukan sepanjang niatnya tidak untuk merendahkan Allah. Tidak cuma sekadar demi kepuasan seks semata, tetapi untuk memuliakan segala kemuliaan. Sebab Allah maha kasih sayang kepada hambaNya.

Bagi pria yang tidak bisa berbuat banyak, artinya alat vitalnya tetap kecil, bahkan terlalu kecil, bisa menikahi wanita yang mencintainya dengan tidak menipu dan dengan perjanjian mulia.

Kalau ketemu. Jalan spiritual atau tarekat tertentu, bisa membuat alat vital suami tiba-tiba menjadi besar dan panjang. Tiba-tiba memuaskan istrinya. Anak-anak tercinta yang soleh-solehahpun segera lahir.  Begitulah rahasia cinta Allah. Maka janganlah sekali-kali menghina dan merendahkan Allah Yang Maha Kuasa dan Mulia.

Dan janganlah berzina, atau mendekati zina, atau mudah menuduh seseorang berzina.

Terakhir.  Bagaimana jika alat vital seseorang itu hasil operasi karena suatu sebab yang serius? Ya tetap saja. Maka, bentuk alat vital pria harus bekerja sebagaimana layaknya kehormatan pria, demikian pula akat vital wanita mesti berfungsi selayaknya kehormatan wanita. Tidak ada pembenaran hubungan sejenis. Tidak ada salah orientasi. 
-----

POLITIK LANGIT

kulihat tanganmu
sudah patah

-----

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG