KEDAULATAN DI LAPANGAN BOLA
INDONESIA
bulat bola dunia
Kemayoran, 2011
#puisipendekindonesia
-----
Beberapa waktu lalu saya sudah nullis di cannadrama.blogspot.com, sekilas soal Tuhan sudah kasih kekuasaan kepada setiap Tim Bola yang sedang berlaga untuk menguasai lapangan bola sepenuhnya, dalam aturan-aturan permainan yamg terukur.
Pada laga final perebutan Juara Tiga Piala AFF U-19, Sidoarjo, 14 07 2018 kali ini, saya tergelitik ketika komentator TV Indonsiar, Valentino Simanjuntak berteriak menyemangati, agar para pemain Timnas Indonesia menjaga kedaulatannya. Spontan saya tersenyum. Setidaknya kalimat sepenggal itu bisa diartikan dua hal. Pertama, Tmnas mesti bangga dengan kedaulatan NKRI yang nama baiknya sedang dipertaruhkan dalam ajang AFF Cup ini. Kedua, supaya para pemain menguasai teritorialnya supaya tidak diterobos lawan, Thailand.
Final gila ini akhirnya dapat dimenangkan Indonesia dengan skor 1-2, meskipun 20 menit terakhir Thailand bermain total agresif dan punya banyak peluang. Ini benar-benar gila, karena tidak sedikit pengamat memprediksi partai Indonesia vs Thailsnd bakal menjadi partai puncak perebutan juara 1-2. Nyatanya tidak demikian.
Thailand yang di laga akhir fase grup A mengalahkan Indonesia, nampaknya sedang menunjukkan performa terbaiknya saat itu, sehingga kondisinya menurun ketika secara mengejutkan ditaklukkan Myanmar di babak semi final. Lalu performanya naik tinggi lagi karena tidak mau rugi kehilangan juara tiga saat melawan Indonesia. Untungnya, Timnas Merah Putih mampu membalikkan keadaan di fase grup itu. Kali ini Thailand harus kebobolan lebih dulu dua gol, lalu hanya mampu memperkecilnya dengan satu gol.
Sementara itu Timnas Indonesia cenderung stabil karena termotivasi sebagai tuan rumah Piala AFF 2018. Saat kalah dari Thailand di akhir fase grup A, Indonesia sesungguhnya main maksimal dan semestinya punya peluang menaklukkan Thailand. Tetapi seperti terperangkap grogi depan Tim Gajah Putih itu. Meskipun tenaganya sudah sangat terkuras pada laga sebelumnya saat mengalahkan tim kuat Vietnam.
Pasca dikalahkan Thailand dan lols ke semi final, secara mengejutkan pula Indonesia kalah dari Malaysia juara grub B yang sesungguhnya bermain tertekan. Selama 2x45 menit Tim Garuda Muda sangat menguasai pernainan dan tampil menyerang. Tapi peluangnya kandas dalam adu finalti, setelah laga cuma imbang 1-1.
Maka ketika puncak final Piala AFF 2018 memunculkan petarung Myanmar dan Malaysia di puncak perebutan juara 1-2, nampaknya kesengitan perebutan juara tiga akhirnya menjadi seperti Laga Puncak saja. Terutama karena prediksi awal, kedua tim ini dianggap paling siap tampil di puncak final.
Adapun soal penonton di Stadiun Sidiarjo yang menurun pada laga Thailand vs Indonesia, ini mudah dimaklumi. Sebab bagi masyarakat Indonesia, Timnas-nya lolos ke semi final atau masuk final tingkat ASIA TENGGARA adalah hal biasa. Itu merupakan kegembiraan perantara saja. Mereka sebenarnya lebih haus gelar juara. Oleh karena itu ketika di partai semi final Tim Garuda kalah, sebagian para suporter merasa sangat kecewa telah kehilangan momen, meskipun retap mendukung prestasi Juara Tiga. Ini tentu ada positifnya. Artinya, Sepakbola Indonesia di Asia Tenggara masih dioptimisi berada di level atas, tapi sayang sering gagal juara.
Kembali ke soal kekuasaan atau kedaulatan Tim Sepakbola di lapangan bola yang menggelitik saya itu. Lagi-lagi saya mau bilang, sesungguhnya Allah sudah kasih jalan terang, setiap Tim Bola boleh merasa menguasai lapangan bola sepenuhnya. 100%. Ini bikin senyum bahagia. Mengapa? Karena nyata-nyata bukan soal perebutan kekuasaan. Bukan itu sama sekali. Malah tidak perlu saling rebut. Melainkan hanya soal, mampu atau tidak sebuah tim menguasai lapangan sepakbola sehingga harus menganggap lawan cuma NGONTRAK. Semua lini adalah milik satu tim saja. Dan dilanjutkan dengan memenangkan laga serta mencetak gol sebanyak-banyaknya.
Tentu. Tentu ketika satu tim berfikir demikian, maka lawannya pun bisa sama persis berfikir begitu. Ini namanya RAHASIA TERBUKA. Dan itu menggelikan memang. Sangat-sangat menghibur. Padahal sama sekali gak ada yang diperebutkan. Yang mereka minta cuma bikin gol dan menang. Itu saja. Bahkan setelah satu tim menang dan yang lain kalah, lapangan bola itu ditinggalkan begitu saja. Itulah KEDAULATAN LAPANGAN BOLA. Hahaha!
Bahkan tidak ada serah terima GUNTING RUMPUT dari Kapten Tim yang menang kepada pihak Pengelola Lapangan Bola.
Sukses untuk Timnas U-19 sebagai Juara Tiga AFF Cup 2018.
Selamat juga untuk pemerintahan Presiden Jokowi yang selama kepemimpinannya telah membuka wacana lapangan bola sebagai sentrum publik, pemersatu bangsa, sekaligus tempat NGAJI NASIONALISME. Titik simpul PANCASILA dan BHINEKA TUNGGAL IKA. Sesuatu yang tidak terasa gaungnya pada periode sebelumnya sejak awal kemerdekaan.
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
#PialaAFF
#PialaAFF2018
#AFFCup
#AFFCup2018
#PSSI
#Indosiar
#GNPSIndonesia
#GNPSI_312
Komentar
Posting Komentar