KAMPANYE DAMAI ALA PERSIB VS PERSIJA

MAIN POLITIK DAN MAIN BOLA

dalam main politik
seusai putaran bola pemilu 
tidak ada tukar-tukar baju
inilah bedanya dengan main bola

tapi mana yang semestinya 
lebih menebarkan
persaudaraan nasional?

Kemayoran, 23092018
#puisipendekindonesia 
------

Baru 5 menit berlangsung sudah dua kartu kuning untuk pemain Persib. Sungguh laga yang keras. Tapi untung semua masih bisa menyikapinya secara sportif. Sehingga laju laga masih enak dinikmati. Sebuah duel seru dua tim hebat. Juga dua tim yang 50:50 saya dukung. Maklum, saya tetap merasa warga Bandung meskipun sudah beberapa tahun ber-KTP Jakarta. Meskipun famili saya sudah sejak tahun 70-an menjadi warga Jakarta. Wajar dan masuk akal kan?

Pengalaman saya ini sebenarnya pengalaman biasa di Indonesia. Seperti saya juga masih tetap 100% cinta PSIS Semarang, karena pernah lahir di Jawa Tengah. Bahkan almarhum bapak sudah dimakamkan di Sukorejo, Kendal. Secara khusus ini pelajaran berharga, selain ajaran umum sepakbola, sportif, fairplay dst. Kita bebas mendukung tim mana saja, suka-suka, apapun alasannya. Saya juga cinta Persipura dll.

Saya suka seriusya Simic dkk yang terus ngotot tinggi sampai menit ke 16, sementara n"Douassel dkk juga terus main terpola dan penuh percaya diri.

"Kevin dukung Persija", kata anak laki-laki saya. Meskipun dia lahir di Purwakarta tetapi dia tim futsal 79 Kemayoran, Jakarta. Saya senyum-senyum saja. Setidaknya dia tahu, papanya malah akan cenderung pada Persib Bandung kalau begitu. Biar seru minum teh depan Indosiar-TV minggu sore, 23092018 ini. Maka dapat dibayangkan, bagaimana Kevin bakal teriak-teriak untuk Persija dan saya teriak-teriak untuk Persib. Sementara anak perempuan saya netral. Haha.

Sampai menit 23. Kita menyaksikan setiap tendangan bebas selalu menjadi adegan paling dramatis. Saling dorong sangat agresif dan ekspresif. Tentu membuat wasit berkali-kali harus menegur para pemain dari dua kubu. Apalagi laga ini mulai menunjukkan jumlah pelanggaran yang cukup tinggi.

Melewati menit ke 25 pengamat bola Kusnaeni menyebut, banyak momen yang butuh perhatian khusus. Dan itu sangat benar. Baik saat terjadi pelanggaran maupun pada saat eksekusi tendangan bebas.

Dan .... Dan .... Dan .... Gubernur baru Jawa Barat, Ridwan Kamil pun teriak histeris di menit 28 bersamaan dengan seluruh suporter biru di GBLA ketika Ezechiel n'Douassel berhasil melesakkan gol pertama, 1-0 untuk keunggulan Persib.

Menit ke 38 nyaris permainan menjadi tidak nyaman untuk ditonton. Karena, gara-gara sebuah pelanggaran para pemain berkerumun dan saling dorong. Bahkan penjaga gawang dan hakim garis harus ikut mengatasi suasana. Untungnya bisa berakhir nyaman tanpa ada pihak-pihak lain yang merangsek masuk lapangan. Kalau tidak tentu sangat disesalkan. Sebab Persib dan Persija sudah dikenal sebagai kubu sepakbola yang disorot oleh seluruh tim dan suporter se Indonesia. Dan nampaknya para pemain menyadari itu sehingga sangat termotivasi. Namun kadang terlalu emosional.

Memasuki menit 46 total kartu kuning yang sudah dikeluarkan wasit sebanyak 6 buah, 3 untuk Persib dan 3 untuk Persija. Sebuah drama yang sangat berat tentu saja.

Dan akhirnya Jaimerson da Silva berhasil menyamakan gol pada menit 49, menit tambahan waktu babak pertama. 1-1. Bagi para penonton yang netral di Indonesia, terutama dari tim dan para suporter tim-tim yang ada di Liga 1 dan Liga 2, ini jelas akan memberi banyak catatan berharga, bagaimana menghadapi sebuah partai Super Big Match yang penuh motivasi.

Meskipun permainan babak pertama berlangsung dalam tensi tinggi, tetapi untungnya secara individu setiap pemain berusaha unjuk skil secara maksimal. Meskipun tidak mudah. Lagi-lagi biang penyebabnya adalah motivasi. Termotivasi berada di partai krusial bagi superioritas kedua tim, setidaknya dalam bentuk permainan yang maksimal. Ibarat babak final saja.

Bagi kubu Persib, sesungguhnya mereka sedang dimanjakan oleh keadaan. Pertama, Persib sedang memuncaki klasemen Liga Satu. Kedua, dalam beberapa laga tandang terakhir Persib mampu memperoleh poin memuaskan. Tetapi nampaknya, hal itu masih belum seberapa memuaskan sebelum mengalahkan Persija. Yang artinya, secara tidak langsung kubu Persib sangat menganggap Persija Jakarta sebagai tim legendaris dan super hebat. Istilah 'musuh bebuyutan' kalau menurut saya tidak merepresentasikan penghargaan atas kualitas kedua tim. Tidak cocok. Itu cuma kalimat duel belaka.

Baru saja saya menulis paragraf kontra istilah musuh bebuyutan itu, tiba-tiba Bung Kusnaini seperti mengamini saya. Dia juga menyebut, tidak setuju istilah musuh bebuyutan. Kok bisa pas begitu ya? Tentu rahasia Allah. Beginilah salahsatu pengalaman sering nulis sambil nonton.

Tapi kalau dari sisi nama sapaan saya jauh lebih beruntung. Selama lebih 20 tahun di radio, saya selalu dipanggil Bang Gilang. Saingannya Bank BNI, Bank BCA dst. Sedangkan Kusnaini yang oleh teman-temannya dipanggil Bung Kus, tentu bersaing dengan bungkus nasi, bungkus kacang, dan kakak-adiknya. Haha! Subhanallah. Enak ngakak dikit.

Sebuah hukuman hansball pada menit 60 di dalam kotak finalti Persija akhirnya menguntungkan Persib. Jonathan Bauman yang dipercaya menjadi eksekutor berhasil menaklukkan penjaga gawang Timnas Indonesia, Andritani. 2-1 untuk keunggulan Maung Bandung.

Dan gila! Menit 65 Rohit Chand berhasil menanduk bola dari dalam kotak finalti ke dalam gawang M. Nasir. Skorpun berubah menjadi 2-2. Ini semakin menunjukkan kedua tim tidak mau main dalam kualitas rendah dan dalam serangan yang tumpul. Suatu pelajaran berharga bagi tim-tim manapun, apa artinya main dalam kualitas rendah dan tumpul?

Waduuuuh. Saya mengangkat dua kaki hampir jungkir balik. Ketika menit 80 Ezechiel n'Douassel menyundul bola tapi tipis melayang di atas gawang lawan. Oalah! Belum beruntung. Langsung dinetralisir dengan nyucrup teh dalam cangkir warna pink. Si Kevin pun senyum-senyum, mungkin dalam hatinya berkata, "Syukurin Si Papa".

Tetapi, memang harus berakhir dramatis. Di menit 93, perpanjangan waktu babak kedua, akhirnya pemain belakang Malisic berhasil menjebol gawang Andritani melalui sundulan yang tepat sasaran. 3-2 untuk kemenangan Persib Bsndung.

Alhamdulillah. Anak saya meskipun sempat kesal akhirnya bisa menerima kemenangan Persib. Legowo. Kami pun berpelukan. Tetapi tidak perlu tukar baju. Apalagi Si Kevin sudah dari tadi kegerahan, jadi dia nonton telanjang. Haha! Mantap gila.

Syukurlah. Selain menjadi pemuncak klasemen, Maung Bandung bisa nambah 3 poin penuh lagi. Sementara itu saya tetap salut kepada Macan Kemayoran Persija Jakarta. Apalagi saya masih ngimpi, tahun ini mestinya dua tim ini layak berada di posisi satu dan dua. Bagaimanapun formasinya nanti.

Pertandingan kali ini pun diakhiri dengan suasana berpelukan penuh senyum dan saling bertukar kaos kebanggaannya masing-masing. 

Dan karena momen laga ini bertepatan dengan kampanye damai Pilpres dan Pileg 2018 tadi pagi, maka sudah sepantasnya jadi rujukan untuk berpesta yang aman, nyaman dan cantik dalam Pemilu, sebagai harga mati untuk Indonesia. Tak perlu ada kegaduhan apalagi kerusuhan yang tidak perlu. Sepenuhnya menikmati pesta demokrasi Pancasila. Apalagi seusai duel bola Persib-Persija ini masyarakat Indonesia langsung bisa menyaksikan laga persahabatan Timnas Indonesia vs Timnas Thailand yang tengah mempersiapkan diri untuk laga piala AFC Bulan depan. Yang menyadarkan kita sebagai sebuah bangsa besar yang kuat dan berdaulat, serta butuh nama baik di dunia. Termasuk melalui kesuksesan menggelar pesta demokrasi.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG