KUTUNGGU DI AWAL HIJRIAH

SERIBU CERITA PENDEK

pagi dan membuka jendela 
ada di seribu cerita pendekmu
tetapi diam-diam mengapa 
kau juga yang melupakan indahnya

Kemayoran, 10 09 2018
#puisipendekindonesia 
------

Fajar 1 Hijriah adalah awal tahun yang mendebarkan bagi umat manusia di bumi. Bahkan ketika identifikasi Sang Proklamator negri ini dijuluki Putra Sang Fajar, selain karena rujukan fajar kefitrian Syawal yang populer itu, tentu juga sekaligus bersentrum pada fajar 1 Hijriah. Mengapa? Sebab Bung Karno disebut-sebut sebagai representasi gerakan kemerdekaan yang memulai lelahiran NKRI. Dan itulah fajar bagi Indonesia, yang ke Indonesiaannya sudah jauh lebih lama umurnya daripada sekadar permulaan 17 Agustus 1945 itu. Yang biasa kita sebut dengan perjalanan panjang sejarah Nusantara.

Ya, fajar adalah istilah untuk kebangkitan-kebangkitan yang sangat populer di Indonesia, sebagai pengaruh prinsip Islam. Apalagi detik-detik proklamasi biasa diperingati setiap jam 10 pagi di setiap tanggal 17 Agustus. Begitulah penanda Indonesia kita.

Sebagai pribadi, setiap diri kita memang selalu lahir sebagai kebangkitan fajar dalam kehidupan. Sebagai rahmat semesta alam. Sehingga gunung, laut dan angin menyambut kedatangan kita selalu dengan takbir, karena tak ada satupun bayi yang lahir di muka bumi ini dalam keadaan haram.

Sebagai pribadi putra Idul Adha kita adalah para pejuang di jalan lurus yang ihlas berkurban di jalan Allah. Yang berjiwa haji sejati.

Sebagai anak manusia yang senantiasa merindukan spirit fajar 1 Syawal kita adalah generasi puasa yang menyambut kemenangan diri yang bersih. Yang menolak dunia yang rusak, yang serba menyiksa umat manusia.

Sebagai putra fajar Hijriah, kita selalu membaca kembali langkah perjalanan harian kita. Apakah masih dalam kekuatan niat sempurna dan menuju ke arah titik tuju yang sempurna, dengan prinsip hari ini harus lebih baik dari hari kemarin? Ataukah kita sedang kesasar-sasar, sudah gak tau lagi motor dan mobil kita entah ngebut ke arah mana, sehingga benar-benar harus putar haluan, masuk kembali ke jalan lurus?

Dan sebagai pejuang fajar kemerdekan, kita adalah generasi yang berderap maju dan bersyukur sebagai nasionalis sejati di jalan Allah. Pendeknya, dari seluruh persegi hidup, kita ini memang PUTRA SANG FAJAR.

Maka ketika besok pagi adalah kedatangan awal tahun Islam, 1 Muharom, maka pada detik-detik seperti ini jantung kita berdegup kencang. Sebab kita harus menghargai semangat keagungan di situ. Sebagai sebuah bangsa atau sebagai manusia selamat yang menyelamatkan di muka bumi ini.

Dalam tulisan saya terdahulu di Cannadrama.blogspot.com, sudah saya uraikan, ada dua Hari Santri di Indonesia. Ini menurut pengamatan saya. Bahkan sudah saya bahas di Radio. Pertama, hari santri internasional yang jatuh bertepatan dengan Tahun Baru Hijriah. Mengapa demikian? Karena momen ini selalu disemarakkan oleh para santri di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, untuk membangun semangat berhijrah. Ada pawai obor, pawai lampion, pawai cahaya pada malam harinya dan ada arak-arakan lain di siang harinya. Itu sebabnya nyaris tidak ada acara malam tahun baru Islam yang berlangsung sampai subuh, karena besok siangnya sudah ada acara-acara lagi. Berbeda dengan tahun baru Masehi yang besoknya seluruh rangkaian acara itu dianggap selesai, karena di situ dikenal istilah 'puncak pergantian tahun pukul 00:00". Sedangkan di dalam perayaan tahun baru Islam, pada tanggal 1 Muharom masih ada acara sejak subuh hingga sore harinya, bahkan masih ada acara spesial Hijriah di sepanjang bulan Muharom. Tentu ini suatu kesemarakan yang beda, yang jauh lebih panjang.

Kedua, adalah Hari Santri yang diputuskan oleh pemerintah, di era Presiden Jokowi, yang dikaitkan dengan semangat kepahlawanan para santri di Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Tentu, kita bebas memiliki dua hari besar itu sekaligus dengan penuh rasa sukacita. Bahkan kalau di masa sebelum umur 20 tahunan dulu, waktu saya masih seumur dengan sebagian besar anggota Remaja/Pemuda Mesjid, kalau saja Hari Santri Nasional sudah ada, tentu kami akan memperingati keduanya.

Karena sekarang kita sedang bersiap-siap menyambut awal tahun baru Hijriah besok, tentu malam ini kita akan menikmati pawai obor, pawai lampion, pawai cahaya di mana-mana, di seluruh Nusantara. Ini acara tradisional yang sudah sangat lekat dengan masyarakat. Selain tradisi-tradisi baik lainnya. Bahkan biasanya sudah dipersiapkan sejak sebulan sebelumnya. Saya sangat setuju kalau pemerintah sangat perduli pada fenomena ini. Bahkan kelak ini bisa menjadi momen wisata tradisi internasional di Indonesia. Apalagi seperti saya bilang, acaranya tidak berhenti di sini. Besok-besoknya selama satu bulan masih banyak acara. Ada pawai santri di siang hari, tablig akbar, ada bedah buku dan pameran buku Islam, ada pertunjukan teater, ada festival Hijriah, ada Pekan Muharom, ada pameran produk halal, ada berbagai lomba dan pentas seni. 

Semoga kesemarakan ini terus bisa kita jaga di lubuk hati terdalam. Menjadi kesadaran suci. Menjadi cahaya penyemangat hidup. Menjadi optimisme. Menjadi momen pemicu kreatifitas manusia di segala bidang. Sekaligus wujud rasa syukur dan berbagi kebahagiaan.

Di daerah-daerah acara Tahun Baru Hijriah secara formal biasa di selengarakan di tingkat Kabupaten dan Kecamatan. Biasanya kalau acaranya di tingkat Kabupaten, utusan pesertanya dari seluruh kecamatan dan kelurahan, instansi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Sedangkan kalau penyelrnggaraannya di tingkat kecamatan, biasanya pesertanya dari perwakilan seluruh kelurahan dan lembaga-lembaga yang ada di wilayah kecamatan tersebut. Tidak jarang pada momen tanggal 1 Muharom itu terjadi penyelenggaraan acara secara bersamaan di tingkat Kabupaten dan di tingkat Kecamatan. Itu suatu yang biasa.

Selain yang formal seperti itu, sudah tertradisikan juga acara-acara menyambut tahun baru Islam yang diselenggarakan oleh pesantren-pesantren dan seluruh lembaga pendidikan lainnya, baik negri maupun swasta, dari PAUD-TK sampai perguruan tinggi. Diselenggarakan oleh berbagai organisasi sosial, organisasi kepemudaan, organisasi agama, bahkan organisasi politik. Dan acaranya tidak sekadar semarak pada malam pergantian tahun saja, tetapi juga di sepanjang bulan Muharom.

Saya bisa menyebut berbagai acara seni yang sudah tidak asing muncul di bulan Muharom dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriah itu selain acara rutin malam pawai obor, pawai ta'aruf siang hari, tablig akbar, lomba baca tulis Al-Qur'an dan lomba dakwah, misalnya: lomba baca-tulis puisi, pentas teater, lomba dan pentas qosidah, nasyid, marawis dll, lomba dan parade busana muslimah, lomba menggambar dan mewarnai, pameran lukisan, bedah karya sastra Islam, lomba dan pentas Hijjab Dance, lomba dan pameran fotografi, apresiasi film, lomba video, dst. Hal ini perlu saya sebut secara agak rinci, meskipun baru sebagian, untuk menemani para pembaca /panitia yang tengah mencari inspirasi terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungannya.

Jika dikaitkan dengan suatu kepedulian sosial tertentu, tidak jarang panitia-panitia yang mengagendakan lomba dan pentas seni khusus untuk yatim piatu, atau orang-orang dengan kebutuhan khusus, disela-srla acara yang umum. Di situ para peserta itu mendapat santunan semua, selain berpeluang unjuk prestasi dan memenangkan lomba-lomba.  

Terakhir, secara khusus saya berharap agar lembaga siaran dan pemberitaan seperti #radio, #televisi, surat kabar, pemberitaan internet, dll akan lebih semarak lagi memberitakan segala khas peringatan Tahun Baru Hijriah ini. Apalagi saya punya catatan khusus ketika terjadi peristiwa 212 di Jakarta beberapa waktu lalu yang melibatkan massa Islam cukup banyak itu. Saya bilang, kesemarakan seperti itu semestinya menjadi kesemarakan pada syiar sukacita Tahun Baru Hijriah. Tentu akan menjadi syiar Islam yang besar dan dasyat. Daripada terjebak dan ditarik-tarik masuk ke dalam wacana politik yang sempit.  

Semoga tulisan ini besar manfaatnya.

Kemayoran, Jelang 1 Muharom 1440 H / 10 09 2018

Gilang Teguh Pambudi 
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG