TIDAK ADA LAKI-LAKI SEMPURNA
KAUSEBUT AKU
baik, kausebut aku*) Jaka Tarub juga
karena telah kucuri selendang cinta
dari bidadari di telaga
(untuk bercinta
berbahagia
membangun mahligai rumah tangga)
sampai waktunya tiba
jika dia tidak bisa bahagia
karena belum pernah ada laki-laki sempurna
yang sanggup memenuhi seluruh mau istrinya
maka kukembalikan selendangnya
semoga dia terbang bebas, sukacita
Kemayoran, 02112018
#puisipendekindonesia
*) Indonesia
-------
Belum pernah ada laki-laki sempurna di dunia ini. Yang ada itu dua ukuran. Pertama, lali-laki yang cuma bisa berusaha untuk sempurna hidup di jalan Allah, meskipun ada luka-lukanya, yang dia sendiri tidak menyukainya. Membuatnya selalu beristigfar. Menurut ahli hikmah, istigfar adalah prinsip dan konsep hidup yang besar. Bukan cuma pengakuan berdosa dan memohon-mohon ampun.
Kedua, kalaupun terpaksa ada yang diberi sebutan sempurna, seseorang yang soleh hanya bisa sempurna memenuhi ukuran dirinya yang serba berkelemahan di hadapan Allah SWT. Ini yang mengakibatkan kita juga selalu mengucap "subhanallah" untuk setiap sukses yang sempurna dari siapapun.
Cobalah tuntut seorang suami untuk begini dan begitu sesuka-suka yang menuntut karena butuh dibahagiakan. Karena suami dianggap telah berdosa, berani menumpuk beban dengan menikahinya. Terlalu berani mengikat wanita dalam perkawinan, yang semestinya dibebaskan dari penjaranya. Maka tak akan ada seorang suami pun yang sanggup memuaskan seluruh, bahkan sebagian dari keinginan istrinya itu. Begitupun sebaliknya jika suami banyak menuntut secara tidak masuk akal. Pasti yang terjadi malah kekerasan dalam rumahtangga kepada istrinya, terutama secara kejiwaan.
Dari sudut pandang KERASULAN, tentu hanya Rosulullah SAW yang paling sempurna. Logika iman seluruh penduduk bumi mustahil menolaknya. Kecuali yang ingkar dan kafir. Baik sempurna sebagai laki-laki, maupun sempurna dalam memahami wanita. Sebab meskipun Muhammad putra Abdullah adalah seorang pria, tetapi KERASULAN itu tidak pria atau wanita. Ini sekaligus mematahkan fitnah sebagian manusia yang menyebut, Rosulullah SAW adalah laki-laki yang berkuasa atau gila kekuasaan. Termasuk di depan wanita yang katanya dinomorduakan atau dilemahkan.
Kerasulan adalah alamat kebenaran dan kemuliaan tempat pulang keyakinan hamba-hamba yang soleh. Sehingga setiap pribadi muslim wajib menemui Rosulullah melalui keyakinan di hatinya, sehingga lahirlah sikap, perbuatan, dan kata-kata mulia dari dirinya.
Sering kita dengar kalimat mulia, majasi, hati yang suci adalah Rumah ALLAH dan rumah Rosulullah. Sedangkan hati yang ingkar adalah tempat segala pengkhianatan. Orang kafir yang atas usaha baiknya diberi rahmat dan hidayah Allah pun akan terkagetkan begitu mendengar istilah, pengkhiatan atas kehidupan mulia manusia.
Manusia atas dasar mencintai dirinya, dan mencintai wanita seperti halnya mencintai diri sendiri, memang akhirnya berakibat membutuhkan pendamping hidup, seorang wanita yang diperistri. Pada keduanya lalu terjadi proses saling memberi dan menerima secara proporsional atas dasar cinta yang tulus untuk menggapai rido Allah SWT. Sepanjang hayat. Atau sampai pada suatu ketika, yaitu ketika salahsatu pihak atau keduanya menemui suasana yang tidak nyaman bagi keduanya. Mereka boleh berpisah di jalan Allah daripada memupuk dosa. Meskipun, tetap hidup bersama dalam cinta dan setia menyemai kebaikan jauh lebih disukai Allah daripada itu. Terlebih-lebih buat yang sudah berketurunan.
Tetapi seperti yang sering kita saksikan di layar TV. Baik berupa berita artis atau cerita sinetron, seringkali kehidupan suami-istri yang gagal justru karena lemahnya pondasi rumahtangganya. Seperti jadi saling menuntut dan saling mengkhianati, yang berujung pada perceraian. Tidak sedikit perceraian di muka bumi ini yang dimurkai Allah karena alasan perceraiannya yang jauh dari ajaran kebenaran dan kemuliaan. Kadang sampai pemirsa dibuat malu, ketika ada salahsatu pihak yang bercerai membela diri habis-habisan padahal prinsipnya sungguh celaka. Tetapi bagi kalangan awam, ini justru pengaruh besar yang bisa diikuti. Maka semakin rusaklah kondisi sosial masyarakat kita.
Melalui tulisan ini, saya tidak cuma mau bicara soal tidak ada laki-laki yang sempurna, seperti halnya terjadi pada wanita. Tetapi juga jngin membicarakan hal seperti itu sebagai bagian dari tema film, sinetron, novel, cerpen, puisi percintaan, dan arah pemberitaan yang menyejahterakan hidup manusia.
Berkaitan dengan ini, sebagai awam kita pasti selalu ingat, bahwa ajaran suci selalu menempatkan cinta dan keadilan sebagai pondasi utama dalam membangun keluarga. Sebab kesejahteraan memang sebaiknya diukur dengan itu. Sebab jika kesejahteraan yang selalu dituntut-tuntut berjarak jauh dari itu, Rosulullah pun bisa dituding laki-laki doyan perempuan tetapi tidak mampu menyejahterakan perempuan. Maka semakin kacaulah proses hidup kita ke depan tanpa suritauladan yang benar.
Tidak cuma dalam berumah-tangga, prinsip cinta dan keadilan juga mesti menjadi pondasi kehidupan berbangsa dan bernegara di muka bumi. Termasuk di Indonesia. Sebab kesejahteraan hidup manusia akan terus diukur dengan itu. Hidup senantiasa diikat oleh jalinan cinta yang mesra dan berkeadilan. Sebab jika tafsir kafir atas kesejahteraan dibiarkan liar, maka hidup, termasuk dalam berbangsa dan bernegara, tidak akan pernah mendatangkan cinta dan keadilan. Hanya berisi tuntutan-tuntutan, kemarahan-kemarahan, dan kebencian-kebencian.
Selain itu saya pun sering bilang, kita memang akhirnya harus ngaji Yusuf Sulaeman. Maksudnya ngaji Nabi Yusuf AS yang gagah dan Nabi Sulaeman AS yang kaya. Kita harus merenungksn soal gagah dan kaya itu. Tetapi harus lurus dan proporsional dalam memahaminya. Tentu, yang paling utama bukan gagah secara fisik, tetapi gagah prilakunya. Mempesona dan penuh tatakrama yang santun. Penuh cinta dan berkeadilan. Karena dibalut oleh keyakinan hidup yang benar. Juga bukan kaya harta yang tidak jelas ukurannya, apalagi cuma untuk membuat kasta yang lebih tinggi dan terhormat daripada oang miskin. Sebab kaya yang sempurna, adalah ketika seberapapun rejeki yang dimilikinya sangat besar manfaatnya, sehingga senantiasa mendatangkan rasa syukur dan mengabarkan Allah Maha Kaya. Sehingga hidup bisa dipacu untuk terus berusaha secara optimis.
Semoga kita senantiasa dijauhkan dari kekacau-balauan hidup. Mari kita jadikan ini salahsatu renungan Jumat kita.
Kemayoran, Jumat, 02112018
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
Komentar
Posting Komentar