JANGAN KALAH HEBAT DARI BIMA

TARIAN MENOLAK PELACURAN 

sejak viral berita pembongkaran kasus pelacuran artis
yang dibandrol 20 hingga 80 juta 
jutaan Netizen dibuat sibuk
dari mulai bikin komen macam-macam di media sosial 
bikin meme paling lucu
sampai ngitung-ngitung pakai kalkulator

pertama-tama 
1 laki-laki untuk 1 perempuan, seingatnya

lalu 
50 laki-laki untuk 50 perempuan, katanya 
jika kebetulan angkanya demikian
setidaknya pria dan wanita sama jumlahnya 
padahal dia belum ngitung
berapa banyak yang uzur tua
dan berapa banyak yang masih balita 
yang penting dia tulis pakai logika andaikata dulu

lalu 
40 laki-laki untuk 60 perempuan
dengan asumsi jika perempuan lebih banyak 
sebagian perempuan mau dipoligami
sebagian perempuan setelah cerai tidak mau kawin lagi
seperti ngasih kesempatan kepada yang lain jadinya 
sebagian perempuan memang niat hidup sendiri 
apalagi yang sakit-sakitan sejak kecil
atau kondisinya tidak memungkinkan untuk nikah
ini pun gak masuk akal
karena usia manusia itu beda-beda 
dan tidak semua laki-laki mau poligami
dan belum tentu mau nikah lagi 
setelah istrinya meninggal atau
diceraikan atau minta cerai 
meskipun Allah tidak mengharamkannya

lalu 
60 laki-laki untuk 40 perempuan
asumsinya jika laki-laki yang lebih banyak
tentu dalam itungan yang masih serampangan juga 
sebagian laki-laki nunggu ada perempuan cerai
sebagian laki-laki niat tidak kawin
apalagi yang sakit-sakitan sejak kecil
atau merasa kondisinya tidak layak kawin

lalu dia mulai berfikir 
bagaimana kalau ada laki-laki atau perempuan 
yang tidak pernah kebagian pasangan hidup
sampai usia tuanya?

bagaimana dengan laki-laki
yang tidak pernah mau menceraikan istrinya
yang sakit payah sehingga mustahil
berhubungan suami-istri
sedangkan ia muda dan perkasa
sementara untuk poligami ia tidak tega?
atau sebaliknya,
bagaimana jika istrinya yang muda belia dan sehat
sementara suaminya tak berdaya 
untuk waktu yang sudah lama?

bahkan bagaimana jika ada seorang wanita
karena memang atas keinginannya sendiri 
atau karena memang tidak menemukan laki-laki
atau karena laki-laki yang ada tidak ada yang lurus
lalu ia berdoa, "Ya Allah, kalau sampai takdirku, 
nikahilah aku olehmu. Berilah aku anak soleh". 

masih berputar-putar ia berfikir begitu
melintas satu pertanyaan tinggi: 
"Adakah kecerdasan langit yang lain
yang tetap utuh, menolak pelacuran
dan seks bebas?"

meskipun angkanya 80 juta 
yang bisa menggiurkan wanita?
meskipun angkanya jauh lebih murah dari itu 
yang tentu memudahkan laki-laki? 
meskipun, seandainya laki-laki juga 
bisa pasang tarif sampai 80 juta
atau lebih murah dari itu
sehingga ibu-ibu bisa memanggil ke rumahnya? 

tiba-tiba sebagian mereka malah takut
dituding sesat oleh orang-orang 
meskipun Allah telah membenarkanmya
tetap konsisten mendukung pernikahan 
dan menolak pelacuran dan seks bebas 

Kemayoran, 11 01 2019
-------

Bima adalah tokoh wayang yang berada di dalam Pandawa Lima, yang terdiri dari lima orang anak kandung permaisuri Dewi Kunti. Sebagai anak ke dua, Bima bersaudara dengan Yudistira, Arjuna, Nakula dan Sadewa. 

Bima digambarkan tokoh yang bertubuh besar, kekar, berotot, sangat kuat, ganteng, dan memiliki kekuatan Kuku Bima. Tetapi tidak cuma memikat karena penampilan fisik dan kekuatannya, Bima juga dikisahkan sebagai seorang Kyai, tokoh masyarakat yang ngerti dan taat mengamalkan agama. Begitulah dikisahkan dalam Wayang Wali, wayang yang dipergunakan dalam dakwah menyebarkan ajaran Islam oleh Wali Songo.

Penampilan lain yang menonjol dari Bima alias Werkudoro adalah berkain atau bersarung kotak-kotak.

Julukan Werkudoro diperolehnya setelah ia menikahi seorang raksasa wanita bernama Dewi Arimbi. Dikisahkan suatu ketika Pandawa Lima dan Dewi Kunti berada dalam pengejaran pasukan Kurawa. Hal itu karena Kurawa bermaksud menguasai Hastina Pura dan membunuh Pandawa Lima yang berpeluang memimpin Negri Hastina.

Dalam pelariannya itu tanpa sengaja mereka terjebak ke dalam sebuah gua yang merupakan pintu masuk ke dalam kerajaan raksasa yang saat itu dipimpin oleh Raja Hidimba, kakak kandung Arimbi. Bagi Hidimba itu adalah pelanggaran, sebab ia pernah terikat perjanjian dengan Resi Bisma, kakek Pandawa Lima, bahwa sejak kekalahan para raksasa dari Bisma maka mereka menyepakati perbatasan dunia manusia dan raksasa. Tidak ingin saling mengganggu kecuali jika ada pelanggaran perbatasan. Atas peristiwa itu maka Hidimba berniat membunuh dan memakan Pandawa Lima dan ibunya.

Arimbi yang diutus kakaknya untuk menangkap Pandawa Lima dan Dewi Kunti segera merubah diri jadi wanita cantik dan seksi. Akibatnya mereka mudah dibujukrayu. Tetapi lama-lama Arimbi berubah fikiran. Dia malah jatuh cinta kepada Bima sehingga tidak ingin terjadi pembunuhan atas keluarga kerajaan Hastina itu. Maka sejak saat itu kondisinya berbalik, Hidimba juga dibuat marah besar dan harus membunuh adiknya. Tetapi usaha itu berhasil digagalkan oleh Bima. Hidimba pun tewas.

Singkat cerita, Arimbi memohon untuk dinikahi oleh Bima, dan Bima harus menjadi raja menggantikan kakaknya. Demi mengetahui Arimbi adik seorang raksasa Bima sempat menolak. Tetapi Arimbi berjanji, ia memilih berpenampilan selayaknya manusia biasa seperti yang disukai Bima, kecuali jika keadaan mengharuskannya merubah diri jadi raksasa.

Kisah perubahan wujud ini di dalam Wayang Wali dijadikan sebagai pesan dakwah tentang berubahnya watak buruk seseorang ke watak baik. Atau lebih umum disebut hijrah kebaikan. Dewi Kunti, Bima dan saudara-saudaranya pun setuju. Maka mereka pun menikah dan mempunyai anak, Raden Gatot Kaca. Otot kawat tulang besi yang bisa terbang itu.

Khusus cerita tentang kekuatan Kuku Bima banyak dibicarakan para pencinta cerita wayang. Selain menunjukkan keperkasaan Bima dan kekuatan fisik untuk banyak kepentingan dan perang, Kuku Bima juga sering menjadi simbul kekuatan seks seorang pria. Sehingga terjadi candaan, wanita yang telah menikah berarti sudah ketemu dengan kuku bima. Sekaligus menyindir kaum pria, jika ia dalam keadaan lemah syahwat harus ngelmu lagi, ngasah Kuku Bima. 

Kuku Bima lebih populer disebut Kuku Pancanaka. Artinya lima kekuatan.  Disebut juga lima keutamaan hidup dan lima cara mengekang hawa nafsu. Itu sebabnya kuku yang didapatnya sejak bayi ini juga menjadi perlambang menuntut ilmu yang lurus. 

Apa yang saya kisahkan secara sangat singkat ini, menunjukkan suritauladan dalam wayang wali. Yang menjelaskan secara halus tapi terbuka, bahwa seorang Bima yang berkekuatan luarbiasa, termasuk dalam hal menaklukkan syahwat wanita, tidak pernah suka pelacuran. Dia wajib menikah. Bahkan dengan raksasa pun ----dalam bahasa Islam biasa disebut dengan jin pun, dia menikah. Bagi Bima tidak ada istilah pelacuran dan seks bebas meskipun dengan jin, apalagi dengan manusia biasa.

Tentu di kalangan umat Islam, menikah dengan jin, meskipun jin yang lurus bukan jin kafir, atau dengan malaikat sangat tidak lazim dibicarakan. Tetapi kisah Bima itu sudah menegaskan, nikah adalah syareat utama pada manusia. Apalagi Bima menikahi Arimbi setelah berubah wujud selayaknya manusia sebagai persyaratan dari Bima dan Dewi Kunti, meskipun masih mampu mewujud raksasa.

Cerita rakyat seperti ini, yang di jaman lampau jadi buah bibir, termasuk di kalangan santri pengajian, sekarang sudah mulai pudar. Padahal sudah bagian integral dari kecerdasan dan kearifan lokal, termasuk untuk memiliki keyakinan penuh menolak pelacuran dan seks bebas.

Tetapi bangsa ini pernah mengalami masa senjang yang sangat panjang, dari era para wali dulu hingga masa kemerdekaan. Yaitu masa-masa kita dijajah, ditindas dan dihilangkan hak hidupnya oleh para penjajah. Akibatnya hidup masyarakat hanya berdasarkan pada dua pola. Di satu sisi gaya hidup yang diijinkan penjajah, di sisi lain, selalu sibuk mengadakan perlawanan. Masa-masa tenang pengajian itu sudah kadung menjadi milik masa keemasan di masa lalu. Bahkan ketika RA. Kartini mengadukan soal kekangan dalam kehidupan ala kraton di tanah Jawa, itupun setelah kondisi kraton banyak diganggu relijiusitasnya oleh para penjajah itu dalam kurun waktu yang lama. Sebab Islam keraton pun mesti punya kehalusan-kehalusan. Dan kemerdekaan kaum wanita Indonesia pun sudah terjadi di masa silam. Justru lagi-lagi penjajahanlah yang menomor-sekiankan wanita Indonesia. Yang setelah terbelakang lalu disebut-sebut, pribumi Indonesia ketinggalan jaman. Tetapi kita tetap harus bersyukur kepada sahabat-sahabat Kartini yang berbangsa Belanda, sebab upaya mereka telah turut mendukung mengembalikan kejayaan wanita Indonesia. 

Tulisan saya ini saya persembahkan sebagai renungan di hari Jumat, 11 01 2019, terutama setelah Indonesia dihebohkan oleh berita viral, mengenai pembongkaran prostitusi artis on line yang dibandrol harga 20-80 juta rupiah.

Di akhir tulisan ini saya mau mengajak sekilas mengingat kisah wayang wali yang konon mengandung cerita poliaandri. Satu istri dinikahi oleh lebih dari satu laki-laki. Setidaknya sebagaimana disebut dalam beberapa buku yang dibuat oleh penulis asing. Yang bisa berakibat generasi kini anti wayang.

Menurut saya itu tidak benar. Memang dikisahkan, pada suatu ketika beberapa Ksatria Pandawa Lima bersepaham dan terpaksa untuk melakukan tindak mulia, menikahi satu wanita yang sama. Dewi Drupadi. Tetapi dikisahkan juga bahwa kehidupan semodel itu tidak menjanjikan ketentraman lahir batin, meskipun diikat oleh aturan-aturan. Oleh suatu cara-cara mulia. Akibatnya banyak persoalan yang timbul. Penceritaan model ini justru kontradiktif dari ajakan untuk menghalalkan poliandri. Yang ada justru menyadarkan untuk anti-poliandri.

Kedua, berdasarkan nasehat ulama yang sudah umum, setiap wanita atau pria normal pasti punya ketertarikan pada lawan jenis di manapun. Itu gejala normal. Tidak bisa dicegah. Untuk itu bagi yang mengalami hal demikian, diharapkan segera pulang untuk menemui istri atau suaminya. Sebab nafsu birahi yang tumpah kepada pasangan hidup kita yang halal, tak ubahnya kepada seluruh pria dan kepada seluruh wanita. Itu adalah anugrah Allah Swt. Dengan kata lain, pada kisah Pandawa Lima, terkandung maksud, menikah dengan satu pria tak ubahnya menikah dengan satu pria yang membelahdiri, atau tak ubahnya menikah dengan lima pria. Dan itu sangat cukup bagi Allah. Pada bagian penjelasan ini, bahkan poligami meskipun dihalalkan, tidak perlu dilakukan jika itu malah tidak membahagiakan, apalagi jika ditempuh dengan cara-cara yang salah.

Ketiga, dalam pagelaran dan rekaman wayang wali, bagian kisah poliandri ini justru sering tidak dipentaskan. Cuma sewaktu-waktu dan sekilas-sekilas saja. Seperti bagian yang tidak terlalu penting. Paling-paling muncul pada obrolan dengan dalang atau dalam diskusi-diskusi wayang.

Selamat merenung. Kebenaran dan kemuliaan hanya milik Allah Swt.

Kemayoran, 11 01 2019
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG