BAB PENCIPTA AGAMA

TARIAN SARUNG-SARUNG

musim meminang damai rumah 
beribu sarung rumah-rumah
kotak-kotak peta dunia
warna-warni taman kota
selepas isya menemui lampu-lampu
bermain kilau, bercerita siang
sebab malam selalu mimpi dan perencanaan
seorang muda menikmati beranda
seorang bapak depan langit berjendela
seorang ibu merapihkan mukena
di pintu surga
sarung-sarung membuka kenangan
mencumbu lagu
melompat kaki-kaki panari
ke tempat-tempat penjagaan malam
penjagaan tanaman dan
penjagaan kampung halaman
ketika petani dan petugas ronda
membungkus tubuhnya sampai habis
waktu hujan atau cuaca gerimis
musik lembut membuka halaman buku
lembar-lembarnya masih menyimpan cerita hutan dan perkebunan
ketika kotak-kotak sarung itu
lumbung buah-buahan ranum segar
merah, kuning, hijau dan ungu
lalu musik menggulung sarung
kita sudah tiba di atas perbukitan
terus menanam syukur matahari

Kemayoran, Minggu, 23 12 2018
Dari antologi TAGAR (Tarian Gapura)
------

Saya orang sibuk kerja selain sebagai penyair yang sensitif terhadap isu-isu sosial politik. Tetapi khusus untuk informasi seputar Rocky Gerung yang muncul di media sosial yang menyebut kampus yang melahirkan sesuatu yang disesalinya yaitu Agama, saya sempat berfikir itu hoak. Tidak boleh menyebarkan hoak. Soalnya saya belum tahu sumbernya. Tetapi jika benar dia menyatakan demikian, atau setidaknya ada yang sepertinya berucap demikian, saya bilang dia intelektual yang ideot. Berfikir, suka berfikir, tapi ideot. Sebab yang benar ILMU ALLAH (Cahaya Allah) yang telah memberi jalan yang lurus (AGAMA) kepada manusia. Sebab ilmu Allah yang bercahaya itu tidak identik dengan kampus, justru Agama telah terbukti membuat banyak kampus-kampus bercahaya. Yang bisa membuat dosen dan mahasiswa tidak nakal juga. Terlebih-lebih, "Agama" melingkupi seluruh persoalan hidup, sedangkan kampus hanya fokus pada hal-hal tertentu. Sikap saya ini seperti memarahi jika memang.

Bukan sebatas syariat atau teori-teori yang terbuka yang disampaikan dan telah dibahas satu-satu, Agama juga mencakup yang ada di balik seluruh tafsirnya. Bahkan sampai ke titik, yang Allah dan malaikat saja yang tahu. Sebab akan menjadi beban manusia kalau harus menanggungnya. Sementara pada manusia cuma diminta menjadi manusia yang baik, yang saling menyelamatkan dan melindungi, amanah dan bersyukur.

Rocky Gerung harus hati-hati.

Berkecenderungan ataupun netral secara sosial politik. Sendirian atapun ada yang sependapatpun, anda ada di mana dalam ruang besar kekuasaan Yang Maha Hidup Penuh Cinta? Sebagai pihak penyembah, atau katakanlah cuma dipaksa lahir oleh rahim ibu, anda penuh apa?

Ketika wahyu yang penuh cinta dan airmata itu turun ke langit manusia, Seorang Utusan yang terpilih tak terkira sukacitanya, air mata sujudnya seumur hidup. Ia berseru menembus bumi sampai ke luas langit, "Ini jalan yang lurus (agama), jalan cahaya untuk seluruh manusia, tanpa kecuali". Manusia-manusia yang ihlas dan terpilih yang akhirnya memahami dan menerimanya demikian. Karena ada yang sudah ada, abadi, di kalangan muslim populer disebut sejak Nur-Muhammad, yang harus dipahami itu. Allahlah yang punya agama. Dan itu kenyataan yang melahirkan kampus-kampus dan kelak juga menyadarkan kampus-kampus.

Saya memamg bukan rektor bukan dosen. Sejak tahun 90-an sambil jadi jurnalis radio dan siaran, kerjaannya ngurus teater dan komunitas seni. Tetapi di situ sebagian aktivisnya mahasiswa bahkan ada yang sudah sarjana.

Terakhir, sesungguhnya saya lebih tertarik bicara ini, saya mau sedikit komentar mengenai pernyataan yang lebih dulu heboh, tentang kitab suci adalah fiksi. Saya langsung ke contoh. Ketika peristiwa Musa melawan kezaliman Firaun ditransfer melalui proses penafsiran menjadi 'siapa saja yang berhadapan dengsn kezaliman", lalu melahirkan fiksi-fiksi seputar itu, maka akan terasa sekali fiksinya. Semacam kisah hikmah yang bermanfaat. Tetapi ketika dilihat dari sisi keberangkatan awal dan niat Rosul, maka kitab suci bukanlah fiksi sama sekali. Artinya kisah hikmah apapun, apalagi yang fiktif semisal dongeng, jelas bukan tempat kedudukan utama kitab suci, apalagi titik tumpu keberangkatan utama kitab suci.

Gini. Kita ke Al-Qur'an. Kapan Al-Quran turun? Bersamaan dengan Nur-Muhammad? Saat Nabi lahir (12 Rabiul Awal)? Saat Nabi umur 40 tahun, atau saat nuzulul Qur'an (17 Ramadan), atau bahkan di malam-malam lailatul qodar? Mana yang benar? Oke, semua bisa menunjukkan argumentasi yang benar. Turun ke langit bumi, lalu ke langit manusia. Berarti kitab suci sudah lebih dulu ada --- bukan dalam bentuk fiksi-fiksi seketangkapnya otak yang berprasangka, jauh sebelum Nabi diangkat jadi Rosul dan sebelum Nabi memulai menyebarkannya.

Kalaupun disangkal dengan pernyataan, yang dimaksud adalah fiksi yang positif, itu pun tidak pas sama sekali. Sebab dongeng Si Kabayan pun positif, tidak ngajarin jadi penjahat. Analoginya gini. Ketika Al-Quran artinya bacaan, bukan berarti membaca Al-Qur'an sama dengan membaca koran harian. Atau sebaliknya. Apalagi ada juga koran asal bikin asal beredar. Kalau Firaun hidup di jaman now, mungkin dia pun butuh bikin koran versi dia.

Harus diposisikan, Al-Qur'an adalah bacaan khusus yang benar dan mulia. Ini bukan permintaan. Bukan permohonan. Tapi telitilah penyebab-penyebabnya. Seteliti-telitinya.

Satu analogi lain. Untuk menunjukkan jangan mudah menyebut kitab suci itu fiksi. Saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa saya dan para ulama satu pendapat, sampai kapanpun kitab suci Allah tidak akan pernah jatuh. Lalu apakah pantas kesaksian, pengakuan dan pernyataan ini ditimpali oleh kalmat, "Siapa bilang, kemarin di saat gempa di suatu tempat ada suatu rak yang berisi buku-buku, termasuk kitab suci, rubuh dan isinya berserakan tertimbun reruntuhan gedung". Ini jelas-jelas tidak nyambung. Tidak layak adanya pernyataan, "Kitab suci bisa jatuh", untuk menunjukkan buah pemikiran kitab suci dan buku-buku apapun itu sama belaka.

Saya jadi merenung. Ini layak jadi renungan Jumat kita juga.

Kemayoran, Jumat, 01 02 2019
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG