BAWAAN PALU
mungkin sudah bawaan kelahiran saya sebagai laki-laki. Dari dulu kalau lihat palu atau gergaji, meskipun yang sudah jelek, hati rasa senang. Yang penting berfungsi optimal. Entah apa sebabnya? Bahkan ketika teringat sambil siaran, jadi MC, ngetik naskah drama, atau disela-sela baca sajak.
Laki-laki yang memegang kuat-kuat dan mengendalikan palunya secara sempurna, tidak mungkin berteriak diketawain #kinjeng (Kyai Kanjeng), "Mana palu? Mana palu?" Ya, kepada para laki-laki sejati, met sholat Jumat.
Ngomong-ngomong soal kinjeng, saya menulisnya dalam sebuah puisi pendek berjudul, ALAM MEMBACA KITA. Termuat dalam antologi Jakarta Dalam Karung (JALAK) yang diterbitkan oleh JM-Bandung. Ini puisinya:
ALAM MEMBACA KITA
waktu Dimas Kinjeng Merah
sajak yang meluncur
sampai ke langit terbuka:
"ngapung wangi
bunga-bunga
berjalan di atas air
mempesona"
aku telah melompati pilihan-pilihan
sambil memahami dan menghindari
kesalahan-kesalahan
selalu dibikin sadar, alam membaca kita!
Kemayoran, 06 12 2018
Kinjeng = Capung
-----
Lalu saya ingin menutup dengan kalimat saran, jika bersua dengan seseorang yang berangkat sholat Jumat atau yang mengajak sholat Jumat, ucapkanlah dengan ramah, bahagia, dan meyakinkan, "Silahkan duluan". Jangan katakan, " Saya sedang tidak sholat Jumat". Atau segeralah berangkat bersama-sama.
Kemayoran, Jumat, 03 05 2019
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
#palu
#intermezopalu
#lakilakisholatjumat
#kinjeng
Komentar
Posting Komentar