HIDUP RAMADAN (2)

hidup ini sholat
sehingga 24 jam kita doa-doa keselamatan semata

Dari puisi Hidup Ramadan
Buku Tadarus Puisi - Penebar Media Pustaka - Yogyakarta 
----

Yang terdapat pada awal tulisan ini adalah bait kedua dari puisi saya, Hidup Ramadan. Selengkapnya dari puisi tersebut adalah:

HIDUP RAMADAN

hidup ini keyakinan
demikian firman Allah dan keramat utusan

hidup ini sholat
sehingga 24 jam kita doa-doa keselamatan semata

hidup ini zakat
membaca fitrah diri
yang telah lahir tanpa daya dan upaya

hidup ini wajib puasa
sebab dengan menahan diri
akan hadir kemuliaan dan kesejahteraan

hidup ini selamat dan menyelamatkan
sebagai lautan manusia
telanjang tanpa kuasa
kecuali dalam kuasaNya

Kemayoran, 31 05 2017
-----

Sudah jelas inti hisab pada manusia itu sholatnya. Tidak usah mendebat. Tidak perlu bertanya lagi, kata siapa? Sudah jelas kebenaran Rosulullah SAW itu. Kunci utama sholat yang 5 waktu adalah menyembah, memohon dan bersyukur kepada Allah. Itulah doa-doa tertinggi dan mulia yang wajib menguasai 5 waktu kita. Dalam rentang waktu itu biasa kita sebut, menguasai 24 jam sehari semalam.

Para ulama dan kaum sufi biasa menguraikannya dengan gamblang sebagai jalan terang. Jika kita telah menunaikan sholat subuh, maka segala doa selamat di situ harus berdampak pada keselamatan kita hingga datang waktu sholat wajib berikutnya, yaitu sholat zuhur. Artinya kita selalu berupaya untuk tidak pernah tersesat ke jalan salah. Pun demikian jika telah tunai sholat zuhur, maka segala rahmat dan pahala Allah harus mengiringi kita hingga tiba waktu wajib berikutnya yaitu sholat ashar. Sebab kita tidak memilih jalan sesat dalam rentang waktu itu meskipun cobaan hidup kita tidaklah ringan. Demikian seterusnya hingga ashar ketemu magrib, magrib ketemu isya dan isya kembali ketemu subuh. Sebagai lima waktu yang terjaga. Yang hakekatnya satu kesatuan waktu belaka, yang terus berputar sempurna dalam kuasa Allah SWT.

Bahkan ketika disebut ada waktu haram sholat dalam hidup ini, ia tidak mencuri genapnya 24 jam sholat sehari semalam.

Maka jika kita meninggalkan sholat, apa itu artinya? Mungkinkah kita hidup tanpa menyembah, tanpa memohon dan tanpa bersyukur kepada Allah?  Logika iman mana yang bisa sampai ke titik ini?

Kalau kita tidak menyembah Yang Maha Mulia, apa kita sedang berada di antara dua keadaan? Menyembah yang maha sesat dengan memilih menjadi mahluk jahat, atau sedang diam sama sekali tanpa ada rasa, niat dan maksud apa-apa dalam hidup? Kalau kita tidak sedang memohon segala kebaikan untuk kesejahteraan lahir-batin dan keselamatan dunia-akhirat, apa kita sedang memohon neraka, kesesatan diri dan penyiksaan atas diri-sendiri oleh hidup? Oleh semesta jahat? Termasuk apa kita sedang berdoa agar semua manusia terpanggil sesat, sehingga kesesatan mereka menyusahkan dan menyiksa kita? Dan kalau kita tidak bersyukur kepada Allah, apakah kita sedang sibuk melaknat Allah yang tidak mampu memberi apa-apa? Atau malah menyebut Allah itu tidak ada, cuma rekayasa manusia belaka? Sebab jika benar Yang Maha Mulia itu ada, abadi, menjadi awal dan akhir, maka berarti kemuliaan itu bisa bekerja dan ditunggu-tunggu manusia dalam kehidupan ini.

Benarkah hidup yang sebenar-benarnya bagi hidup manusia itu adalah yang serba menolak itu? Logika iman manakah yang bisa sampai ke situ?

Bukankah kita tahu, Yang Maha Mulia tanpa pernah tidur telah bekerja siang malam berabad-abad? Membuktikan kebenaran dan kemuliaan adalah ruang keselamatan yang besar. Sedangkan kesesatan seseorang adalah murka Allah, sebab dia justru memanggil sengsara. Sementara pada orang-orang yang berserah diri dalam suka maupun duka, cobaan-cobaannya justru mampu mengantarkannya pada tingkat ketinggian kesadaran dan kesaksiannya. Bahwa Allahlah yang maha mengirim bahagia, keselamatan, sengsara dan cobaan-coban.

Ya, yang wajib dalam hidup ini adalah sholat. Sholat membuat sesama manusia saling mencintai dan melindungi. Sedangkan tidak sholat akan berarti sebaliknya. Sholat membuat anak-anak mencintai orang tuanya, pun sebaliknya. Tidak malah melahirkan penyiksaan bahkan pembunuhan orang tua oleh anak kandungnya atau sebaliknya. Sholat wajib itu mewajibkan penguasa selalu amanah dan adil dengan kekuasaannya. Sebab tanpa sholat wajib maka penguasa boleh bertindak sewenang-wenang terhadap yang dikuasainya. Membodohkan, memiskinkan, menyiksa, bahkan membinasakannya. Lalu seberapa tinggi posisi sholat dalam hidup ini kalau demikian?

Bait kedua dari puisi saya, yang saya ambil dari puisi Hidup Ramadan itu, jelas mengisyaratkan keutamaan sholat, posisi strategis sholat pada kemanusiaan di muka bumi dan hubungan dengan Allah, serta gerak vitalnya. Siapa menolak?

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG