JANGAN TERTIPU

ZULHIJAH PENGHABISAN 

Muharom mengepakkan sayap
sayap hijrah
rajawali wangi bunga
ros pada hutan pada vas di meja
jutaan cerita melengkung pintu mesjid
jutaan jiwa memberi nyawa Rumah Allah
rindu rosulku solawat
solawat yang hidup:
ros pada langit
setia tumbuh di bumi dan
zaman pun telah sampai pada
Zulhijah yang penghabisan

Kemayoran, 17 10 2018
Dari antologi puisi JALAK, Jakarta Dalam Karung, JM-Bandung.
------

Puisi ketujuh di dalam buku antologi saya, JALAK, Jakarta Dalam Karung, sebenarnya sebuah puisi yang punya badan menarik. Gagah, perkasa, kuat, istikomah, amanah, enerjik, menarik, dan eksotik. Mengapa eksotik saya sebut terakhir? Maklum, selain karena kita hidup di negara timur, di Indonesia, biasanya erotisitas pada kehidupan manusia disebut belakangan, sebagai sesuatu yang biasanya berada di balik kelambu atau di balik sampiran pantun. Nah, di dalam kata eksotis itulah bersemayam erotisitas yang terukur dan halal. Yang 'nyunah'.

Saya harus katakan demikian. Bukan semata karena ada yang bilang, tahun Masehi itu eksotis ---maksudnya kali ini ada kejujuran pada erotisitas pada sisi hidup manusia, lalu bermaksud menyainginya. Bukan. Bukan karena itu. Tetapi memang saya harus mengatakan setulusnya, dalam perasaan yang tenang dan dewasa, bahwa tahun Islam atau tahun Hijriah itu eksotis. Bagaimana tidak mungkin demikian? Apa anda punya alasan?

"Ya Allah, cinta tulusku. Izinkan aku senyum syukur untuk keagunganmu". Maklum mendekati tradisi halal bihalal, sesekali pembicaraan yang agak erotik memang menjadi penghias bahasa dan tulisan. Meskipun kadang dibuat samar-samar. Dibungkus alus. Sebab sukacita ini seperti lebih murah daripada maksain beli pakaian dan segala macam yang serba baru dan mengada-ada untuk berlebaran. Padahal kalau teorinya dibalik, sukacita halal macam ini jauh lebih mahal dan sempurna, terlebih setelah tunai zakat dan sedekahnya.

Mengapa saya memberi gambaran puisi saya itu, gagah, perkasa, kuat, istikomah, amanah, enerjik, menarik, dan eksotik? Lalu apa kaitannya dengan tahun Hijriah?

Puisi serius saya itu lahir dari bentuk puisi dalam permainan atau kesukacitaan Pramuka, anggota Osis, para pecinta alam atau Remaja Mesjid. Sering disebut-sebut, sebagai cara paling mudah bikin puisi. Namanya puisi akrostik. Yaitu puisi yang huruf-huruf depannya jika dususun dari atas ke bawah akan menunjukkan maksud tertentu. Dan yang paling umum adalah menunjukkan nama seseorang, misalnya Andini Trisnawati atau Nisa Fauziah, dst.

Tetapi secara teori dan praktek, puisi akrostik tidak cuma untuk karya puisi yang terinspirasi oleh nama diri atau nama seseorang. Bisa juga terinspirasi oleh kata-kata atau kalimat tertentu. Misalnya PANCASILA, bisa dibuat menjadi puisi 9 baris. P-nya menunjukkan kalimat apa, lalu A-nya menunjukkan kalimat bagaimana, N-nya seperti apa, dan seterusnya sampai berakhir pada kalimat yang berhuruf awal A. Atau terinspirasi kata PRAMUKA. Atau kalimat, BHINEKA TINGGAL IKA. Dst. Dalam banyak karya puisi akrostik, kata atau kalimat yang dibentuk oleh huruf-huruf pertama pada seluruh baris adalah judul puisinya. Tetapi tidak sedikit juga yang menggunakan judul lain. Misalnya, judulnya SELAMAT HARI LAHIR PANCASILA, padahal huruf-huruf di depannya cuma membentuk kalimat, PANCASILA saja.

Lalu perhatikanlah puisi saya yang berjudul Zulhijah Penghabisan itu. Itu lebih seru lagi. Mengapa? Sesungguhnya tidak bisa dibaca sebagai satu rangkaian kalimat atau kata. Sebab 12 hurufnya adalah, M, S, R, R, J, J, R, S, R, S, Z, Z. Kependekan dari akronim, "MuSaf RaRaJumTsani RasyaRasya DzulHijjah". Yang menunjukkan 12 bulan dalam kalender Islam. Muharom, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Sani, Rajab, Sya'ban, Ramadan, Syawal, Zulqodah, dan Zulhijah.

Puisi tersebut memang menunjukkan spirit tahun, 12 bulan dalam satu kesatuan. Spirit Muharom yang gagah perkasa dalam Zulhijah yang penghabisan. Tentu umat Islam sangat faham, Zulhijah itu identik dengan keutamaan apa saja? Maka saya menulis:

ZULHIJAH PENGHABISAN

Muharom mengepakkan sayap
sayap hijrah
rajawali wangi bunga
ros pada hutan pada vas di meja
jutaan cerita melengkung pintu mesjid
jutaan jiwa memberi nyawa Rumah Allah
rindu rosulku solawat
solawat yang hidup:
ros pada langit
setia tumbuh di bumi dan
zaman pun telah sampai pada
Zulhijah yang penghabisan
---

Saya sering merinding atas kesadaran besar. Takjub tak selesai di depan karunia yang maha luas. Bahwa di dalam kuasa Allah, kita sedang berada di dalam kehidupan yang tidak menipu. Sungguh sangat-sangat tidak menipu. Demikianlah energi keberangkatan sekaligus energi pulang. Berangkat dari Muharom, memahami yang nampak agung pada Zulhijah.

Termasuk ketika menyentuh yang biasa dirasa-rasa dalam malu-malu itu. Eksotisitasnya. Subhanallah. Sampai-sampai saya tidak meninggalkan kata ros atau mawar untuk sesuatu yang indah dan harumnya terasa segar damai ke mana-mana. Padahal pada saat yang sama saya ini pengagum kembang ganyong, bunga tasbih, yang wanginya karena indahnya. Tidak terhirup selayaknya parfum.

Lalu apa yang terlintas di benak anda, ketika dari indah dan wangi ros, yang saya kisahkan dalam rentang Muharom sampai Zulhijah itu, tiba-tiba membawa saya mengingat ganja. Ya, GANJA. Sebab belakangan ini saya agak ngeri kalau melihat informasi-informasi, baik dari media sosial maupun website tertentu, tentang multi-manfaat ganja bagi kesehatan manusia, terutama untuk penyembuhan penyakit-penyakit tertentu, yang kemudian merambah sebagai informasi dengan tafsir sepihak yang keliru. Yaitu penghalalan ganja.

Itu jelas bikin saya ngeri. Sampai-sampai ketika ada postingan tentang manfaat ganja di media sosial yang bersumber dari situs tertentu, saya langsung komentar:

"Manfaat-manfaat ganja itu karunia dan rahmat Allah yang besar.
Tetapi bahaya ganja itu laknat Allah yang sangat besar.
Oleh sebab itu kita butuh undang-undangnya. Karena ganja tidak bisa dibebaskan begitu saja, atau serta-merta dihalalkan.

Kita bisa pake prinsip KHAMR, minuman yang memabukkan. Biarpun setetes belum tertelan, masih di ujung jari, sudah jatuh haramnya, kalau niatnya mabuk atau bersengaja menyebabkan orang lain tertarik untuk mabuk. Di dalam Al-Qur'an dan Al-Hadis, jangankan satu ayat, satu kata pun bermaksud banyak. Jadi sejak kapan menyebut Khamr tidak menyebut yang lain? 

Dan gambar-gambar ganja pada topi, kaos, sabuk, dan tatoo itu sayangnya cenderung diniatkan untuk propaganda halal mabuk dengan ganja. Semacam perlawanan. Tetapi dibungkus manis oleh propaganda, ganja itu bermanfaat bagi manusia".
---

Minuman beralkohol yang bisa memabukkan yang diniatkan untuk mabuk-mabukan adalah haram. Tetapi tentu cairan alkohol sendiri sangat bermanfaat. Untuk itu harus dipisahkan sejauh-jauhnya jarak dari dua niat itu. Niat baik menggunakan alkohol dan niat jahat dengan menggunakan alkohol. Dua titik yang tidak akan pernah bisa bertemu sampai kapanpun. Menurut puisi pendek Gusjur Mahesa, perseteruan yang tidak pernah bisa duduk sebangku. Tetapi benar, saya suka membuat ilustrasi, kalau ada upacara adat, mencipratkan air ---tidak kecuali air alkohol, ke suatu titik atau ke udara, atau ke tanah, itu sangat bisa dimaklumi. Karena mengandung kalimat, yang bermanfaat bagi manusia, apapun, adalah anugrah Allah. Tetapi tetap harus dijauhi haramnya, bahayanya, kalau memungkinkan bahkan sampai sekecil apapun. Dan jangan dilupakan juga, informasi ketidakbergunaanya adalah rahmat Tuhan yang tiada tara.

Ya. Hidup di dalam tahun-tahun Allah sepanjang hayat, memang terasa sebagai hidup yang tidak pernah tertipu. Wangi seperti ros atau seperti bunga tasbih. Oleh karena itu kita selalu ngeri kalau ada sinyal-sinyal yang mengarah ke arah "mulai menipu" padahal bisa jadi berawal dari informasi yang benar. Termasuk tentang ganja itu. Tidak mustahil ada yang bersumber dari pusat informasi yang benar mengenai keutamaannya untuk kesehatan atau penyembuhan penyakit tertentu, tetapi diedarkan atau diinformasikan oleh pihak tertentu untuk maksud propaganda yang lain, dibelokkkan. Sengaja diplintir menjadi virus negatif yang memikat nikmat.

Kadang saya ingin bicara lugas selugas-lugasnya. Rokok saja yang halal, mubah, atau setidaknya makruh, masih positif kalau diharamkan. Setidaknya oleh para pihak tertentu yang bermaksud meninggalkannya sama sekali. Dengan tetap memaklumi pihak lain yang merokok ---di tempat tertentu yang diperbolehkan, karena memang rokok tidak sebahaya yang lain-lain. Sehingga kedua kelompok masyarakat ini masih gumul, rukun dan biasa bersenda-gurau. Tetapi mengapa untuk sesuatu yang sudah jelas-jelas bahayanya, sudah dimaklumi bersama, tidak terlihat titik haramya? Meskipun seperti pada alkohol, sisi manfaatnya tidak bisa ditinggalkan. Harus disyukuri.

Singkatnya, saya ingin teriak pada diri sendiri dan yang sepaham, "Jangan tertipu!" Sambil mencoba mengerti, manfaat ganja untuk keselamatan manusia melalui prosedur yang ketat, yang benar, yang terawasi memang bisa berakibat ekspor 'manfaat ganja'. Masyarakat yang sudah mulai paham di antaranya biasa menyebut, asal untuk kepentingan medis.

Bicara soal 'jangan tertipu ini', saya juga teringat propaganda yang menyebut, Rosulullah SAW itu laki-laki yang gila wanita, bahkan disebutnya, ketika dalam posisi sudah punya istri tetapi berniat memperistri wanita lain yang memikat hatinya, maka Rosulullah termasuk suami tukang selingkuh. Darimanapun datangnya propaganda itu, jelas-jelas itu cara-cara menipu yang dibungkus dan dibumbui argumentasi yang seperti masuk akal, padahal tidak sama sekali. Sebab sama sekali tidak pernah ada bukti-bukti yang meyakinkan bahwa Rosulullah pernah selingkuh. Iya kan?

Akhirnya saya ingin memungkas dengan sebuah puisi ini:

JANGAN TERTIPU

telah ada guru
tapi orang baik berfatwa
jangan tertipu oleh yang mengaku guru itu

telah ada haji
tapi orang baik berfatwa
jangan tertipu oleh yang mengaku haji itu

telah ada yang berpendidikan tinggi
tapi orang baik berfatwa
jangan percaya kalau dia berpendidikan

telah ada orang yang berpengaruh
tapi orang baik berfatwa
jangan percaya pada pengaruh-pengaruhnya 

Kemayoran, 03 06 2019
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
---

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG

TEU HONCEWANG