SIAPA MENUNGGU WAKTU?

SIAPA MENUNGGU WAKTU?

Bahkan seorang intelektual yang akan bertengkar dengan dosennya, karena sudah lama memendam pertentangan yang serius, kadang harus menunggu selesai wisuda dulu. Haha.

Ini bukan puisi, kecuali kalau saya tulis begini:

SIAPA MENUNGGU WAKTU?

bahkan seorang intelektual
yang akan bertengkar dengan dosennya
karena sudah lama memendam
pertentangan yang serius
kadang harus menunggu
selesai wisuda

ha
ha

Kemayoran, 12 06 2019
#puisi
#puisipendekindonesia

Apakah ada yang keberatan?

Itu sebabnya saya selalu bilang. Pertama, penuhi standar kelayakan sebuah puisi agar bisa sebenar-benarnya disebut puisi. Jangan sampai 'diketawain' cicak.

Kedua, penyair adalah orang yang konsisten 'kerja hidup' dengan kepenyairannya. Terpanggil oleh kepenyairannya.

Ketiga, selalu ada bukti, apapun, seorang penyair itu bekerja dan berpengaruh positif.

Keempat, punya misi. Karena itu mesti paham universalitas karya sastra dan politik kebudayaan. Karena di sini alamatnya.

Lalu apakah menulis puisi itu mudah. Ya, mudah pada waktunya. Tapi bisa sangat-sangat berat, bisa melebihi beratnya melahirkan. Apalagi berpuisi di daerah konflik atau perang. Bisa diteror, dikejar-kejar, bahkan di-DOR kepalanya.

Kemayoran, 12 06 2019
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG