MENGGUNAKAN JAKARTA

PEMBANGUNAN

"jangan kau korbankan
keringat kemanusiaan
berteriak-teriak beban
menangis-nangis harapan
sementara kecelakaan
kau sebut pembangunan"

Kemayoran, 2011-2018
#PuisiPendekIndonesia
#PuisiKritikSosial
--------

Tahukah anda? Jakarta itu ibu kota negara. Simbul negara. Supremasi nasionalisme. Sehingga acara-acara yang bertempat di Jakarta selalu menunjukkan wibawa ke-Indonesiaannya. Baik itu acara nasional maupun internasional. Tetapi tahukah anda? Jakarta juga bisa disimbulkan sebagai titik gerakan nasional untuk mengumpulkan nama-nama atau sekelompok orang atas nama 'perlawanan'. Misalnya, mengundang sekelompok orang, atau setidaknya beberapa nama terpilih, yang terang-terangan anti presiden Jokowi, dan anti presiden terpilih, Jokowi. Yang artinya, anti UUD '45. Nah lho. Padahal kaum intelektual paham, dalam posisi menjunjung supremasi keIndonesiaan di dalam UUD '45, mereka pasti mendukung seluruh kebenaran dan kebaikan Presiden Jokowi, tidak pernah bisa anti, tetapi tidak pernah menabukan kritik konstruktifnya. Sebab Allah pun murka jika ada dukungan pada ketidakbenaran.

Setidaknya ini catatan terbuka untuk dipahami. Bagaimana tatacara menggunakan atau membeli Jakarta?

Bahkan masyarakat awam pun tahu. Di dalam pemerintahan Jokowi atau siapapun, gubernur terpilih untuk DKI Jakarta harus berjuang untuk Jakarta dan Indonesia, sebagai 'tangan kanan' presiden. Pun demikian dengan seluruh ASN (PNS) se-Indonesia. Adalah tangan kanan pemerintah yang sedang berkuasa dan sedang membangun, melaksanakan titah Undang-Undang. Sampai-sampai harus netral dalam Pemilu. Tetapi kadang aneh, di akun sosial ada juga para guru negri di luar Jakarta yang di awal masuk sekolah kemarin lebih senang memajang foto Anies Baswedan sambil menyampaikan pesan-pesan sekolah, daripada foto Presiden Jokowi atau Mentri Pendidikan atau gubernurnya sendiri. Padahal Indonesia punya etika. Indonesia berbudaya luhur.

Saya sendiri dari tahun 1998, sejak jadi Koordinator Koes Fans Club dan membawakan acara Koes Plus-an di Radio, selain acara Apresiasi Seni,  sudah 'menggunakan' Jakarta melalui lagunya Kembali Ke Jakarta, untuk terus-terusan membakar semangat nasionalisme. Apalagi tahun-tahun itu adalah tahun gejolak reformasi dalam kegaduhan dan uporia yang luarbiasa. Bahkan ada ancaman dis-integrasi segala macam. Menurut saya, kembali ke Jakarta artinya kembali ke UUD '45, Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, dll.  Tentu untuk sampai kepada kembali kepada Allah yang merahmati negri ini.

Kemayoran, 24 07 2019
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG