POLITIK DAN PUISI, STATUS FB 2016

POLITIK DAN PUISI?

Sederhananya, puisi itu, kalaupun tidak indah karena 'permainan' bahasanya, setidaknya bernilai indah karena pesan kemanusiaannya.

Ukuran kemungkinan dimuat koran, diperdengarkan di radio, atau diterbitkan pada sebuah buku, adalah satu jalan menemui kualitas.

Mencapai pengalaman universal kemanusiaan, bukan kecenderungan pribadi, menjadi pertimbangan keumumannya.

Melahirkan puisi, kecerdasan yang bijak sangat dipertaruhkan. Kecuali kalau sebatas teriakan dipanggung tanpa kontrol yang terdengar seperti puisi.

Rugi kalau kita mematikan wajah kepenyairan yang agung pada diri kita  dengan memandulkan intuisi keumuman itu. Karena para pembaca (apalagi penyair-penyair yang kuat kepenyairannya) akan mencatat untuk kurun waktu seumur hidup. Bukan untuk kebutuhan politik praktis 5 tahun, misalnya.

Kemayoran, 20 November 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG