DINDING PUISI 189

Pada gilirannya antologi puisi adalah diri kemusiaanmu. Kemanusiaan bukanlah diri pribadi, tetapi hakekat manusia sebagaimana dirimu juga eksis dan berbuat sesuatu secara khas, mewakili atau terwakili berbuat apa saja. Sehingga seluruhnya, perbuatan baik manusia kau sebut, "perbuatanku", atau lebih umum disebut, "kemanusiaanku". Inilah kunci humanis-universal. Tentu. Tentu, lagi-lagi saya harus bilang, dengan ketidakmungkinan menolak Yang Maha Mulia dan perbuatan mulia yang dipuji-puji 'manusia selamat', ini soal kemanusiaan yang religius, atau kemanusiaan berketuhanan. 

Selama ini kita mengenal, antologi puisi adalah buku-buku puisi itu. Baik buku berisi karya bersama maupun buku berisi karya sendiri. Tetapi sesungguhnya, antologi puisi adalah diri kita sendiri. Diri penyair yang bekerja total dengan kepenyairannya. Kita adalah buku. Kita adalah kumpulan puisi. 

Saya coba buat ilustrasi dari proses kreatif yang sudah lama kita kenal. Seorang penulis, sastrawan, atau penyair sudah biasa mengirimkan karyanya ke berbagai majalah dan surat kabar. Pun menyertakan karyanya ke berbagai buku. Antologi puisi misalnya. Buku-buku itu terbit atas inisiatif komunitas, tokoh tertentu, dinas, atau suatu penerbitan. Selain itu ia pun menerbitkan buku karyanya sendiri, atas inisiatif sendiri, komunitas, lembaga, atau permohonan penerbit tertentu. 

Saya yakin, pada gilirannya seluruh karya seseorang yang tercecer di mana-mana itu, akan kembali pada satu sosok, satu figur, sesosok manusia dengan prikemanusiaannya itu. Jika ia populer, kuat, dan kharismatik, bisa menjadi pusat perhatian bahkan penelitian. 

Maka tidak bisa diklaim, jika seseorang mengirimkan karya puisinya untuk suatu antologi yang digagas oleh suatu komunitas, maka ia bernasib seperti 'dicocok hidung' oleh komunitas itu, atau oleh satu cover buku itu. Tidak demikian. Sebab komunitas itu cuma fasilitator bagi kemunculan karya-karya. Ya, ia berjasa besar. Koordinatornya bisa terpuji, dikenang, dan berpahala karena itu. Disebut juga dengan istilah, panjang umur. Simbiosis mutualisme juga terjadi antara penyair dengan koran dan majalah. Tetapi yang benar, puisi-puisi karya seseorang itu telah bekerja ke berbagai tempat, melalui banyak pintu. Termasuk melalui pintu siaran sastra di #radio dan ruang sastra di media on line. Inilah daya tariknya. Pusat perhatiannya. Sentrum penelitiannya. Subhanallah. 

Sekali lagi, dia adalah manusia dan kemanusiaannya. Diakui siapapun dan mengakui siapapun. Karena kunci baiknya. 

Kemayoran, 10 07 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG