DINDING PUISI 196

Apa hendak dikata. Atau enyahlah. Sapardi dan sederet nama lain telah menjadikan negeri ini negeri puisi. Sehingga tanda dan kata-kata harus dimengerti. Sehingga literasi sastra atau literasi puisi membawa kita kepada dermaga, stasiun, terminal, jembatan penyebrangan, dan bandara ingin hidup. Kalau dipendekkan sesuai daya nalar manusia, ingin hidup seribu tahun lagi. 

Hari ini, Minggu, 19 Juli 2020 prnyair Sapardi Djoko Damono yamg biasa disingkat SDD, telah pergi untuk selama-lamanya, menuju kasih Allah. Tetapi saya segera menulis di media sosial, SDD adalah "Sspardi Dalam Dadamu", diiringi musikalisasi puisi Aku Ingin dari Ari Kpin. 

Sebab kalau kau bilang, 19 Juli ia akhirnya pergi juga, perginya kepada hidupmu. Menuju negri puisimu. Melanjutkan upacara keberangkatannya dulu, ketika lahir di Surakarta, 20 Maret 1940.

Apa hendak dikata. Atau enyahlah! Negeri puisi telah ditegakkan sejak proklamasi dan bismillahnya. 

Dan jangan khawatir, Bro & Sis. Dia juga punya kenangan November (1957). Yang disebutnya saat-saat pertama belajar bikin puisi, lalu mengirimkan karyanya ke suatu penerbitan di Semarang. 

Buat keluarga besar Orang Radio Indonesia dan pencinta siaran #radio, dia pun pernah mengasuh acara puisi di radio. 

Soal berpulangnya di Tangerang Selatan, adalah di suatu tempat, suatu alamat yang membahagiakan dia dan kita. Sebab dalam mistisisme, itu adalah bagian dari Sapar, bepergian, bulan kelahirannya yang disyukuri. Sebab Tangerang adalah Solo, Solo juga Tangerang.  Selalu lahir dan meninggal di tempat yang sama. Yang sangat dicintai. Meskipun ucapan cinta yang bersahaja itu selalu akan terasa sederhana saking dasyatnya. Ini tentang seluruh tempat adalah sajadah cinta. Maka:

membuka
grimis
dalam bingkisan  
melepas tujuh rasi bintang 

#Nalikan3259

Kemayoran, 19 07 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG