DINDING PUISI 210

Untungnya penyair main popularitas. Artis ya harus ngartis. Haha. Saya sebut 'main' karena itu bagian dari letupan sensasi bukan hal yang paling prinsip. Meskipun kita kenal pepatah Melayu, tak kenal puisi tak sayang diri. Maksudnya, tak kenal maka tak sayang.

Meskipun demikian, popularitas adalah juga kerja serius agar dikenal dan disayang itu. Dikenal dan disayang misinya, tidak boleh gagal, tetapi mustahil meninggalkan popularitas dirinya. Oleh karena itu kunci utamanya mesti kuat, mau apa kita dengan berpuisi? Meskipun kita tahu, serendah-rendahnya disebut dalam bahasa yang paling bersahaja adalah menghibur dan berbagi. Berbagi hal-hal dalam tema. 

Tidak penting mempersoalkan mana yang harus lebih dulu menonjol popularitasnya, apakah puisinya atau penyairnya? Karena pihak yang setuju pada popularitas karya lebih dulu, juga melihat ada beberapa sosok yang figuritasnya muncul terlebih dulu baru menyusul puisi-puisinya. 

Penyair dan Allah adalah kesatuan yang bekerja di ranah popularitas itu sehingga ada doa dan karunia. Sampai derajat tertingginya dalam makrifatullah, adalah terkabulkannya seluruh doa. Sehingga memiliki khas yang terang, diterima, puisinya bekerja, sekaligus memiliki ruang popularitas sesuai titahnya. Bahkan penyair, ketika ditolak oleh suatu masa sekalipun, itu adalah rekayasa Tuhan untuk mengangkat popularitasnya. Asalkan bukan ditolak karena murka Allah, karena hidupnya celaka. 

Maka kepada para penyair muda, saya cuma berpesan jangan pernah berbohong dengan potensi kepenyairan dan kerja puisi, serta percayalah bahwa kita hadir karena dipanggil untuk kerja puisi itu di tempat-tempat yang telah dipilihnya. Sangat populer di situ. Di jaringan itu.

Tentu. Tentu. Ada masyarakat yang belum kenal seorang penyair dan karyanya. Sampai suatu ketika atau selamanya. Padahal secara nalar, kalau mereka dihembus angin tahu, mereka akan sukacita. Maka merasa sajalah, kalau bukan syair kita, akan ada musyafir lain yang menghantar puisi dengan rasa yang sama. Atau setidaknya ada ahli hikmah yang akan menyampaikan hikmah-hikmah itu sesuai dengan misi puisi kita. Membangun sistem nilai yang menyelamatkan dan membahagiakan.

Asalkan mesti kita hindari sikap ingin populer dengan sikut-sikutan. Sebab kecut muka pecundang kita di situ akan tercium buruk rupanya, yang iustru menimbulkan antipati sekaligus mengobral fakta ketidakihlasan berpuisi, seperti cuma bermain-main kata dan sok bernilai, sehingga akan tertolak sempurna pada waktu yang tepat.

Terus berproses kreatif. Allah kasih jalan bahkan upacara penyambutan.  

Kemayoran, 12 08 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG