DINDING PUISI 220

Sudah saya bilang, semua puisi wajib pakai judul. Tegasin aja begitu. Emang kenapa? Termasuk yang disebut-sebut tanpa judul. Sebab tanpa judul itulah judulnya. Yang mengisyaratkan, tema yang tertangkap setelah puisinya terpahami oleh pembaca, itulah judulnya. Menjadi tanpa judul karena judul sebagai kepala suatu puisi sudah pamit dan melawat ke tema. 

Bahkan puisi tanpa judul itu kelebihan judul! Percayalah kepada saya sebelum menyesal. Ha ha! Sebab kalau tema yang maju menjadi fokus pertama dan utama, kita justru ketemu dengan potensi dan peluang tema untuk meletupkan puluhan-ratusan judul sekaligus. Masabodoh. Terserah elu, apa judulnya? Sakarepmu!

Saya tiba-tiba teringat peristiwa perdebatan masa silam. Bahwa pada cerpen atau novel tanpa tema, tanpa tema itulah temanya. 

Saya juga senyam-senyum di depan debat kusir, haiku itu wajib pake judul atau tidak? Maka slengean saya, gambar bibir senyum, meme semyum, bahkan video senyum adalah judul. 

Lalu bagaimana membaca puisi tanpa judul di atas panggung, sebab itu beda dengan duduk baca puisi depan kepul kopi di beranda? Dari pengalaman saya membaca puisi-puisi pendek tanpa judul, saya bilang begjni, "Teman-teman izinkan saya membaca beberapa puisi pendek. Kita mulai dari puisi pendek pertama ... bla bla bla". Atau saya bertindak seperti membuka tema, "Saya mulai dari puisi pertama tentang laut yang keruh ... bla bla bla". 

Ketika saya membuat grup Nalikan. Nalikan adalah puisi pendek berpola 3-2-5-2 (1,2,3,4,5,6,7,8,9), yang di dalam kurung adalah pilihan untuk baris atau larik ke empat, terakhir. Saya menjelaskan, Nalikan boleh pakai judul boleh tidak, boleh juga mrnyimpan polanya sebagai judul. Sebab jika penyair A memberi judul 3-2-5-9, sama persis dengan yang dilakukan penyair B, maka si pembaca tinggal menyebut, "Saya lanjutkan dengan membacakan sebuah Nalikan 3-2-5-9 dari Ahmad bin Ahmad. 

Setelah beberapa Nalikan saya terbit dalam buku antologj Mendaki Langit, insa Allah September 2020 grup puisi pendek Nalikan bakal menerbitkan buku antologi bersama. Teman-teman nyebutnya NUBAR, nulis bareng. 

Kemayoran, 25 08 2020
Gilang Teguh Pambudi 
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG