ngopi puisi DI BALIK MATA ANGIN HARIAN

DI BALIK MATA ANGIN HARIAN

pohon yang tumbuh di atas peraturan daerah
hidupnya seperti apa?
akar, daun, bahkan buahnya seperti apa?
sebab politik disebut-sebut
sering menjadi bencana 
seperti saat hilang separuh paru-paru kota
karena peraturan dan politik membenarkannya

sementara semak dan kekumuhan
di atas tanah-tanah sengketa
di tujuh penjuru kota 
bisa bertahun-tahun
menjadi hiasan memalukan memilukan
yang juga dibenarkan undang-undang
atau limbah-limbah beracun menguasai sungai
karena keadilan dan politik malu-malu
atau terpaksa mau menunggu waktu

dan kita memang hidup di dalam undang-undang
sambil terus mempertanyakan,
keadilannya punya siapa? 
lalu kita berkaca pada undang-undang itu
dan politik kekuasaan yang terus mengikutinya,
seperti apakah wajah kita dalam cetakan?
seperti apa postur dan tinggi badan kita
cara jalan dan ketajaman mata batin kita
dalam haru-biru politik yang minta dimenangkan?

bahkan ibadah-ibadah kita
totalitas penyerahan diri kita
tafsir-tafsir lurus yang terbuka 
bisa ditelikung, dianggap melanggar undang-undang
atau perlu dimusuhi lewat pintu-pintu politik
yang sembunyi di balik mata angin harian 
agar kelapangan hidup tidak berpihak

Kemayoran, 31 07 2019 
------

*) Puisi Gilang Teguh Pambudi, dari antologi puisi Perjalanan Merdeka, penerbit Penebar Media Pustaka. 

#NgopiPuisi
#NgopiPuisi017
#PuisiGilangTeguhPambudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG