ULANGAN: MEMULUNG KHAZANAH PUISI PENDEK
MEMULUNG KASANAH PUISI INDONESIA
Puisi pendek disingkat PUPEN, anda mungkin merasa baru dengar. Apalagi mendengar sebutan penulisnya yang getol, PUPENIS. Padahal guru SD kita biasa berucap, "Demikianlah sebuah puisi pendek telah dibacakan oleh Si Fulan". Atau berucap, "Itu bentuk puisi yang sangat pendek". Kenyataan ini menunjukkan bahwa wacana puisi pendek itu ada. Bahkan sejak jaman pra-kemerdekaan. Pribahasa, sebagai produk sastra lisan Melayu Silam bisa dicurigai sebagai salahsatu pijakan lahirnya puisi pendek berbahasa Indonesia. Termasuk kata-kata mutiara dan pantun dari berbagai bahasa daerah se-Nusantara yang telah menjadi kata-kata mutiara atau pesan hikmah berbahasa Indonesia. Artinya, kontribusi besar telah diberikan warga bangsa Indonesia untuk suatu saat 'terlahir' puisi pendek. Tentu dengan mencukupkan judul (kepala) puisi dan isi (tubuh) puisi. Karena, kalaupun ada puisi tanpa judul, maka 'tanpa judul' itulah judulnya.
Selain itu beberapa pengamat biasa berucap, "Sebagian puisi Rendra sangat panjang". Berarti ada ukuran sedang atau lazim dan ukuran pendek, bahkan yang sangat pendek. Yang berukuran pendek dan sangat pendek inilah yang biasa disebut puisi pendek.
Puisi yang disebut 'sangat panjang' bisa mencapai lebih dari dua halaman buku terbitan. Puisi yang lazim rata-rata tidak melebihi satu halaman. Berarti kalu satu halaman memuat 20 baris, maka puisi pendek dan sangat pendek bisa tidak lebih dari setengahnya, 10 baris. Salahsatu contohnya puisi yang terdiri dari dua bait dan tiap bait terdiri dari empat baris. Ukuran inipun oleh sebagian penyair masih dibilang panjang. Maka jika ada lomba menulis puisi pendek semestinya panitia bisa memberi batasan untuk lomba, bukan batasan untuk teori sastra. Misalnya, peserta lomba harus menulis puisi pendek yang tidak melebihi 6 baris. Misalnya.
Selain sajak-sajak mahasiswa yang demonstratif dan panjang, bukankah di Bandung dan Jakarta di awal teformasi 98 sudah biasa ada teriakan puisi pendek di tengah jeprut (teater spontan) dan demonstrasi, seperti misalnya:
KEPADA PEMERINTAH KORUP
karena kau selalu korupsi
maka kami sudah lebih dulu permisi
Atau teriakan:
Jangankan rakyat
Belalangpun ikut terbakar
Definisi yang menyebut, puisi pendek adalah puisi yang bisa dibaca dalam setarik nafas dalam cara baca yang normal, nampaknya juga tidak bisa disalahkan.
Maraknya Haiku dalam bahasa Indonesia yang dibuat oleh orang-orang Indonesia di media sosial belakangan ini, saya pernah tanggapi sebagai hal wajar. Sebab kecintaan pada model produk sastra dari suatu negara lain, itu halal. Tidak ada yang salah. Bahkan pada kesukacitaan itu menunjukkan Haiku bisa menjadi aset budaya Indonesia. Secara teoritis, telah didahului oleh penerimaan Haiku sebagai bagian dari puisi pendek. Tetapi karena memiliki ketentuan yang ketat, maka nama Haiku akan tetap menyertainya sebagai klasifikasi di dalam puisi pendek itu.
Sebagai tambahan, penting juga saya sampaikan satu hal. Di taman kanak-kanak dan SD, para guru biasa membuatkan puisi-puisi pendek dengan bahasa yang sederhana. Alasannya, daya baca dan ekspresi anak sangat terbatas. Hal ini juga merupakan satu argumentasi atas pertanyaan, "puisi pendek mengapa tidak?" Yang kemudian secara intelektual malah menguat jadi kalimat, "puisi pendek itu diajarkan sejak dini, ada dan halal".
Puisi-puisi pendek Indonesia sudah dimuat di buku-buku pelajaran sastra Indonesia. Sajak-sajak pendek karya Eka Budianta, Hamid Jabar, Sapardi Joko Damono dan lain-lain ada di sana.
Awal tahun 2001 saya membacakan puisi-puisi pendek saya di Malam Seni & Puisi di Situ Buleud yang dikomandoi Ali Novel. Itu saya lakukan dengan kesadaran puisi-puisi pendek saat itu sangat jarang dipanggungkan. Bahkan ada yang menyebut mustahil. Tetapi saya juga tetap rajin menulis puisi di luar puisi pendek.
Kemayoran, 12 Oktober 2015
#puisipendekindonesia
#puisi
Cannadrama.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar