DINDING PUISI 235

DINDING PUISI 235

Bolehkah sebuah proses kreatif penerbitan buku antologi puisi membatasi usia peserta atau usia penulis yang jadi kontributor? Tentu saja ini bagian integral dari proses kreatif. Ini bisa mengingatkan kita pada lomba atau festival teater remaja. Seluruh pemainnya remaja, usia 14-19 tahun. Padahal tokoh atau karakter yang muncul di pentas ada bapak-bapak, ibu-ibu, bahkan kakek-nenek. Kenyataannya mereka tidak perlu mencari-cari pemeran yang sudah dewasa atau tua. 

Dalam lomba baca-tulis puisi pun pembatasan usia sudah dianggap lazim. Ada lomba tingkat SD yang kadang dipecah dua, tingkat kelas 1, 2, 3 dan tingkat kelas 4, 5, 6, ada tingkat SMP, tingkat SMA,  dan katagori peserta dewasa-umum. 

Dalam antologi puisi, tentu gak bisa disalahkan kalau komunitas semisal Lumbung Puisi atau Cannadrama, atau grup-grup media sosial mengumpulkan karya dari para penulis yang berusia di atas usia 50 tahun lalu dilabeli, antologi puisi master. Atau antologi puisi 40 kalau usia minimal kontributornya 40 tahun.  

Pada tulisan sebelumnya saya menulis, sangat senang kalau ada undangan dari kepanitiaan-kepanitiaan untuk terlibat dalam program nulis bersama (nubar). Itu adalah forum komunikasi, forum silaturahmi berupa bergumulnya karya sastra dan sejumlah nama penulis, dan jaringan sastra, meskipun tentu saja tidak semua undangan bisa saya respon. Termasuk saya tidak selalu harus menolak ketika undangan itu datang dari kelompok sastra remaja yang mengangkat tema remaja, sebab saya pun pernah remaja. Bahkan saya pernah menyampaikan otokritik yang keras ketika ketidaksediaan para senior bergabung dalam antologi puisi remaja menggunakan alasan mereka masih 'bau kencur', 'masih pemula'. Padahal seorang Rendra pun bisa diajak peduli seperti ini, dan remaja yang berminat tentu sangat sukacita merasa ditemani seniornya dalam satu buku. 

Pembatasan usia pun tidak bisa dimutlakkan atau diklaim oleh asumsi sepihak. Karena itu lebih baik setiap kepanitiaan membuat keputusan yang tegas sesuai niat hajatnya. Misalnya untuk lomba baca puisi tema pemuda,  bisa dibatasi usia17 hingga 30 tahun. Ini memang bisa mendulang protes dari sekelompok masyarakat yang menyebut usia 16 tahun dan usia 30-40 pun masih bisa masuk katagori pemuda. Tetapi protes itu selalu bisa ditutup dengan penjelasan, "ini lomba antar pemuda usia 17-30 tahun".

Selain menentukan usia, antologi puisi pun bisa membatasi profesi atau penghobi tertentu. Misalnya antologi puisi guru, antologi puisi guru bahasa dan sastra, antologi puisi pembina pramuka, antologi puisi karyawan PT. Mahkota, antologi puisi pedagang kaki lima, antologi puisi petani, antologi puisi para pendaki, antologi puisi pencinta burung kicau, dst. 

Kemayoran, 14 09 2020 
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama-gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG