DINDING PUISI 267

DINDING PUISI 267

Jika ada potensi penting, cepat panggil pulang! Kita jadi teringat potensi BJ Habibie yang dulu dipanggil oleh presiden Soeharto untuk balik kandang, jangan jadi ilmuwan pesawat terbang di Jerman. Dan nyata, di Indonesia ia jadi pawang pesawat terbang dan Menristek, sebelum jadi Wakil Presiden lalu Presiden. 

Memang bisa begitu. Terutama untuk potensi kebanggaan negri ini yang masih berkiprah di luar negri. Untuk pulang dan bikin sukses di dalam negri. Tetapi untuk skala nasional adabnya tidak selalu begitu, bisa lain. Penyair asal Ambon yang sukses dan domisili di Jakarta tidak wajib ditarik ke daerah asalnya kalau mau memajukan dunia sastra di sana, sebab dari Jakarta pun bisa. Maksudnya, tanpa pindah alamat rumah pun koordinasi untuk itu masih bisa dilakukan.

Saya ambil satu misal. Jika ada penyair kelahiran Tasik Malaya atau yang pernah aktif berkiprah di Tasik Malaya, sudah lama domisili di Bandung atau Jakarta bersama anak istrinya, maka untuk mendukung sukses sastra di Tasik Malaya tidak harus segera memanggil pulang atau menunggu penyairnya pindah tempat. Cukup dilakukan dengan cara-cara bergotong-royong yang lain. Misalnya mengundang atau melibatkan penyair itu ke dalam beberapa kegiatan tertentu untuk kemajuan daerah asalnya. 

Selain itu, atas inisiatif sendiri Si Penyair itu bisa punya andil, kepedulian untuk bersinergi dengan potensi lokal di daerah asal atau di daerah sebelumnya untuk memajukan sastranya. Membantu program sukses literasi. Membuat terobosan-terobosan. 

Sebagai penyair yang lahir di Kendal saya pasti merasa bangga mendengar ada sebuah penerbit buku yang mulai eksis di sana. Maka saya pun mulai tertarik untuk melibatkan tulisan saya pada suatu penerbitan buku tertentu, atau berminat menerbitkan buku saya di sana. Tiada lain karena saya bangga dengan nama Kendal di belakang nama penerbit itu. Pun pada penerbit di Bandung. Saya melakukan hal yang sama. Saya juga bangga ketika ada teman dari Purwakarta meminta naskah drama saya untuk suatu pementasan, atau saya ngirim buku untuk perpustakaan Purwakarta walaupun cuma satu-dua judul,  atau ada teater di Sukabumi berminat disutradarai atau dilatih oleh saya. Atau saya mengundang beberapa nama di Purwakarta, Bandung dan Sukabumi untuk terlibat pada suatu penerbitan buku antologi puisi bersama. Kadang ada juga panitia yang bisik-bisik soal kiriman buku atau piala. Biasa. Bisa dialami siapa saja. Ini sekadar beberapa contoh kecil bahwa koordinasi itu bisa lintas daerah. Tidak harus penyairnya balik lagi atau diminta balik. Memang benar dunia ini luas, tak selebar daun kelor, tetapi jarak antar kota dan antar kabupaten se Indonesia hari ini hanya sepijit huruf S. Sampai. 

Selain itu sikap merasa berdomisili di suatu daerah di era media sosial saat ini tidak cuma dutunjukkan oleh tempat tinggal, tempat kerja dan KTP. Keterlibatan kita pada komunitas-komunitas sastra di berbagai daerah, misalnya melalui penerbitan buku antologi puisi bersama telah melahirkan sikap kita bagian dari daerah itu. Kita merasa sudah domisili di situ. Maka mau tak mau harus ikut andil memajukan sastra di daerah itu semampunya. Minimal turut memotivasi dan terlibat. 

Kemayoran, 08 11 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG