JAWARA SILAT DAN RACUN

Dulu, sudah lama sekali, saya pernah dengar seorang ibu berbisik, "He, tahu gak, suaminya mati dia racun". Tapi tidak heboh karena yang mendengar pasti akan bertanya, apa buktinya? Dan dia mungkin gak punya bukti. Tetapi kalau hari ini ada yang mati diracun lalu dikerumuni orang, media, karena isu itu memanggil banyak pihak untuk mempelajari bagaimana penyelesaian kasus rumit model begitu. Tetapi ada juga yang diam-diam mencuri teori lain, bagaimana racun bisa menghindari jerat hukum?

Padahal dalam ilmu beladiri, silat juga kungfu, prinsip racun yang ditebarkan oleh pihak jahat, meskipun dilambangkan dengan serbuk atau cairan, sering ditafsirkan sebagai strategi melemahkan musuh, dibikin mabuk dan lengah dengan cara apapun. Tidak selalu dengan serbuk atau cairan. Bisa dengan perempuan, kesenian, pekerjaan, uang, sandang-pangan-papan, pencitraan dalam pragmatisme politik, dll. Semacam tipuan maut. Yang paling populer disebut, racun ular. Penawar paling terkenal disebut, air kehidupan.

Sebuah kisah, ketika bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi banyak didemo di awal pemerintahannya, termasuk oleh mahasiswa, selain komunitas muslim, konon dia mengerahkan para jawara silat di sekeliling gedung  pemda (pendopo). Setidaknya isunya sampe ke kuping saya. Atau kalau teorinya dibalik, para jawara silat itu menolong Dedi dengan unjuk taring di situ. Aku sebagai narasumber acara Apresiasi Senibudaya di radio segera berminggu-minggu mengangkat tema, arti dan maksud jawara, filosofi nanggap pencak silat di acara hajatan sunatan, dst. Saya kira laporan tentang acara ini sampai ke Humas Pemda. Jelas, aku tidak masuk ke dalam wilayah konflik, tetapi menjelaskan sebuah konsep besar yang sering dilupakan orang. Tentang makna jawara silat yang sesungguhnya.

Kalau ada pihak yang tidak mengakui penjelasan saya itu, apakah dia harus menukarkan posisi tempat, antara keris dan sarungnya, kujang dan sarangka-nya.

Beberapa saat kemudian tersiar kabar bupati akan memberi anggaran pembinaan untuk komunitas-komunitas silat yang ada. Lagi, saya mengangkat tema-tema silat, bukan dari sudut anggaran, tetapi dari sisi manfaat silat dalam keberadaban masyarakat Pasundan. Apalagi secara pribadi, silat, terlebih dalam persepsi sebagai seni pertunjukan panggung (ibing penca) adalah juga air mata saya.

Banyak hal saya uraikan. Jawara itu kebal senjata kafir. Ini ngaji kerasulan, ilmu tinggi, bukan nguji nusuk-nusuk badan dengan pisau belati di depan awam. Tetapi kalau sekedar pertujukan seni, itu halal. Asal laduni. Semisal orang tidur di atas kasur paku. Harus cukup syarat halalnya.

Pesilat sejati itu bisa menggambar dan menari. Ngagambar jeung ngigel. Bisa melompati gedung 33 lantai. Bisa menjadi suritauladan dan penggerak partisipasi masyarakat, bergotong-royong dalam pembangunan. Menjadi ganjil yang menggenapkan, sebagai alif yang tegak, takbiratul ihram. Dst.

Pesilat tangguh itu bisa profesional sebagai pengusaha, guru, wartawan, pilot, tentara, polisi, masinis, petani, nelayan, ustad, anggota legislatif, pengacara, artis, dst. Mereka punya jurus-jurus jitu lengkap dengan nama-namanya. Bisa salto miring sambil menyemburkan api atau kabut dingin.

Silat dan senam sangat khas karena memadukan unsur seni yang menghibur sekaligus berolahraga. Apalagi berupa aksi masal. Sangat familiar.

Tidak bosan-bosan saya ulas, satu potensi teater dan film Indonesia adalah tema laga, selain drama percintaan, komedi dan mistik. Yang penting tidak mengajari jago main hakim sendiri. Tema-tema silat kalau dibuka, banyak jurus, adegan dan triknya yang padat pesan moral. Tidak flet cuma perkelahian antara kebaikan melawan kejahatan, apalagi sekadar visualisasi kekerasan.

Bagi saya, sebagai Orang Radio Indonesia (programmer, kepala studio, penyiar, reporter, dst), selain membawakan acara khusus Apresiasi Senibudaya, sesungguhnya on air radio selama 24 jam, adalah ruang informasi dan apresiasi seni. Radio adalah juga panggung kesenian yang mencerahkan,  begitu juga siaran langsung di televisi atau di atas panggung.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG