KOLASE PUISI PENDEK INDONESIA

Berikut ini beberapa tulisan singkat dari grup facebook, Puisi Pendek Indonesia:

Puisi Selama ini tidak ada batasan yang jelas tentang puisi pendek Indonesia, baik berkaitan dengan jumlah suku kata dan kata dalam satu baris, serta jumlah baris dan bait dalam satu karya.

Tetapi keberadaan puisi pendek Indonesia tidak mungkin ditolak. Beberapa penyair ternama Indonesia sudah menulisnya. Bahkan buku-buku mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia juga memuatnya.

Disebut puisi pendek Indonesia karena berbahasa Indonesia. 
Tetapi nampaknya bisa disepakati, puisi pendek adalah puisi yang bisa dibaca secara sekali baca dalam setarik nafas dengan menggunakan bahasa mulut yang normal. 

----------

Puisi pendek disingkat PUPEN, anda mungkin merasa baru dengar. Apalagi mendengar nama penulisnya yang getol, PUPENIS. Padahal guru SD kita biasa berucap, "Demikianlah sebuah puisi pendek telah dibacakan oleh Si Fulan". Atau berucap, "Itu bentuk puisi yang sangat pendek". 

Kenyataan ini menunjukkan bahwa wacana puisi pendek itu ada. Bahkan sejak jaman pra-kemerdekaan. Pribahasa, sebagai produk sastra lisan Melayu Silam bisa dicurigai sebagai salahsatu pijakan lahirnya puisi pendek berbahasa Indonesia. Termasuk kata-kata mutiara dari berbagai bahasa daerah se-Nusantara yang telah menjadi kata-kata mutiara berbahasa Indonesia. Artinya, kontribusi besar telah diberikan warga bangsa Indonesia untuk suatu saat 'terlahir' puisi pendek. Tentu dengan mencukupkan judul (kepala) puisi dan isi (tubuh) puisi. Karena, kalaupun ada puisi tanpa judul, maka 'tanpa judul' itulah judulnya.

Selain itu beberapa pengamat biasa berucap, "Sebagian puisi Rendra sangat panjang". Berarti ada ukuran sedang atau lazim dan ukuran pendek, bahkan yang sangat pendek. Yang berukuran pendek dan sangat pendek inilah yang biasa disebut puisi pendek.

Puisi yang disebut 'sangat panjang' bisa mencapai lebih dari dua halaman buku terbitan. Puisi yang lazim rata-rata tidak melebihi satu halaman. Berarti kalu satu halaman memuat 20 baris, maka puisi pendek dan sangat pendek tidak lebih dari setengahnya, 10 baris. Salahsatu contohnya puisi yang terdiri dari dua bait dan tiap bait terdiri dari empat baris. Ukuran inipun oleh sebagian penyair masih dibilang panjang. Maka jika ada lomba menulis puisi pendek semestinya panitia bisa memberi batasan untuk lomba, bukan batasan untuk teori sastra. 

Misalnya, peserta lomba harus menulis puisi pendek yang tidak melebihi 6 baris. Misalnya.

Selain sajak-sajak mahasiswa yang demonstratif dan panjang, bukankah di Bandung dan Jakarta di awal teformasi 98 sudah biasa ada teriakan puisi pendek di tengah jeprut (teater spontan) dan demonstrasi, seperti misalnya:

karena kau selalu korupsi
maka kami sudah lebih dulu permisi

Atau teriakan:

Jangankan rakyat
Belalangpun ikut terbakar

Definisi yang menyebut, puisi pendek adalah puisi yang bisa dibaca dalam setarik nafas dalam cara baca cepat yang normal, nampaknya juga tidak bisa disalahkan.

Maraknya Haiku dalam bahasa Indonesia yang dibuat oleh orang-orang Indonesia di media sosial belakangan ini, saya pernah tanggapi sebagai hal wajar. Sebab kecintaan pada model produk sastra dari suatu negara lain, itu halal. Tida ada yang salah. Bahkan pada kesukacitaan itu menunjukkan Haiku bisa menjadi aset budaya Indonesia. Yang secara teoritis, telah didahului oleh penerimaan Haiku sebagai bagian dari puisi pendek. Tetapi karena memiliki ketentuan yang ketat, maka nama Haiku akan tetap menyertainya sebagai klasifikasi di dalam puisi pendek itu.

Sebagai tambahan, penting juga saya sampaikan satu hal. Di taman kanak-kanak dan SD, para guru biasa membuatkan puisi-puisi pendek dengan bahasa yang sederhana. Alasannya, daya baca dan ekspresi anak sangat terbatas. Hal ini juga merupakan satu argumentasi atas pertanyaan, "puisi pendek mengapa tidak?" Yang kemudian secara intelektual malah menguat jadi kalimat, "puisi pendek itu diajarkan sejak dini, ada dan halal".

Puisi-puisi pendek Indonesia sudah dimuat di buku-buku pelajaran sastra Indonesia. Sajak-sajak pendek karya Eka Budianta, Hamid Jabar, Sapardi Joko Damono dan lain-lain ada di sana.

Awal tahun 2001 aku membacakan puisi-puisi pendekku  di Malam Seni & Puisi di Situ Buleud yang dikomandoi Ali Novel. Itu kulakukan dengan kesadaran puisi-puisi pendek saat itu sangat jarang dipanggungkan. Bahkan ada yang menyebut mustahil. Tetapi aku juga tetap menulis puisi di luar 'pakem universal' puisi pendek. 

----------

Bukan memelopori. Lebih tepat aku asyik memulung kazanah sastra, puisi pendek atau puisi singkat. Sebuah puisi yang bisa dibaca dalam setarik nafas dalam cara baca yang normal. Kalau diumpamakan tak lebih dari seperempat halaman buku, maka banyak baris maksimal bisa sekitar 5 baris, pendek-pendek. Meskipun tidak ada yang mengharamkan lebih dari 5 baris/larik.

Jujur, pertama kali aku suka puisi pendek adalah ketika menikmati puisi-puisi pendek  Eka Budianta. Lalu menengok juga puisi pendek Sapardi Djoko Damono, Hamid Jabar dll. Ini yang kumaksud, kita patut memulung kazanah sastra Indonesia yang beupa puisi pendek Indonesia.

Selain di radio yang sudah lebih dulu. Pertama kali aku membacakan puisi-puisi pendek di panggung  ketika Ali Novel dkk meggelar panggung seni di Situ Buled Purwakarta tahun 2000. Kalau di radio sudah sejak awal tahun 90-an. Tentu, sebagai penyair, sebagaimana penyair pada umumnya, aku tidak hanya menulis puisi pendek saja.

Aku juga membaca puisi 'hidup karena Allah' melaui Rumi dll. Membaca puisi 'membangun tanah air' melalui Muhammad Iqbal dll. Dari situ kian kusadari bahwa akulah puisi. Diam dan bergerak sebagai puisi. Akulah penyembah Allah Yang Maha Esa. Akulah negaraku. ION-PION (Isi Otak Nasional sekaligus Pelaku Isi Otak Nasional). Syairku syair wangi. Satu hurufpun tak lepas dari Kalam Illahi. Anti sesat dan maksiat. Sebab setiap bayi lahir membawa cinta dan mendambakan cinta.

Kalau gak enak disebut Kyai aku bangga sebagai muazin. Sampai-sampai ketika tahun 1999 aku mendirikan Yayasan Seni Cannadrama di Bandung spiritnya adalah muazin (memanggil dari jalan baik), bahasa visi-misinya: "menuju masyarakat seni Indonesia apresiatif". Yang dimaksud masyarakat seni yaitu, seniman dan pencinta seni. Yang ternyata berarti, semua manusia Indonesia.

Menjadi nampak terlalu berani, terlalu PD pakai nama Indonesia. Karena biasanya para penyair melepas visi-misinya kepada dunia lepas. Tetapi bagiku, Indonesia adalah dunia seluruhnya.

----------

Aku juga termasuk penulis syair wangi, yaitu syair-syair dalam celupan (sibgoh) tauhid. Maka sebagian pembaca bisa menyebut, sok dakwah. Padahal sastra hijb atau syair wangi  tidak mutlak harus menyebut kata Tuhan atau kata Allah, atau Nabi, atau dibuat dalam bahasa dakwah yang menonjol. Misalnya baris-baris ini:

Boneka manis 
Dalam pelukan anak
Hidup cinta kasih sayang dan rindu
Takir saji
Di sana-sini

Maka syair wangi itu terbuka sebenarnya, tidak sempit seperti dikata orang. Bermula dari realitas doa-doa Kyai yang menguat di tangan pembaca, pengikut dan penyair. Bahkan syair-syair Rumi sesungguhnya upaya penumpahan pengalaman spiritual atau sebuah perjalanan menghayati hidup bersama Allah. Niat menumpahkan ke dalam bahasa yang pendek dan cerdas, memggapai segenap tafsir dan makna.

Misal doa Kyai yang ditulis ke syair wangi:

Ya Rob
Ya Maha Cinta
Lindungilah aku, 
Orang tua kami
Dan anak cucu yang saleh-salehah

Jika ukurannya sependek itu, maka syair wangi itu masuk katagori puisi pendek Indonesia.  

----------

Sudah biasa saya dan komunitas ku membacakan puisi-puisi pendek di radio-radio sejak tahun 1991.

Tahun 2005 saya siaran di Radio Trend FM. Tentu merasa dan bertanggungjawab sebagai Tim Program karena beberapa acara saya yang mengajukan kepada pimpinan radio. Satu diantaranya adalah, Galeri Seni Trend FM.

Semua prinsip dan jenis seni bisa dibahas di acara ini. Tak terlewatkan membaca puisi yang dikirim via surat atau sms.

Kepada pendengar saya bilang, "Manfaatkanlah fasilitas SMS untuk mengirimkan puisi-puisi pendek. Nanti saya bacakan". Begitulah.

Menurut saya, di dunia radio, itu adalah bagian dari sejarah Puisi Pendek Indonesia. Disebut juga Puisi SMS. Kelak hal ini penting dibahas dalam perjalanan sastra Indonesia. Karena di bawah tahun 2000 radio masih sepi dari komputerisasi, apalagi spesial mengadakan acara Apresiasi Seni. Dianggap tidak komersil. Padahal bagian dari fungsi edukatif-rekreatif-informaif dunia radio. Tinggal difariasikan di dalam konsep multi-acara.

Tetapi dalam bentuk karya tulis (via surat), puisi pendek saya sebut-sebut di radio sejak tahun 1991. Mulai dari Radio Menara FM.

----------

Gilang Teguh Pambudi
@Cannadrama.blogspot.com 
#PuisiPendekIndonesia


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG