SELAMAT TARI KEBAYA KARTINI

Semua sudah tahu, bahwa maksud Raden Ajeng Kartini adalah perjuangan untuk harkat martabat kaum wanita. Bukan sekedar kesetaraan semu. Bukan sekadar menyama-nyamakan pria dan wanita.  Tetapi kesetaraan secara prinsip kemanusiaan universal. Seperti yang juga diajarkan agama. Apalagi Kartini yang gairah semangat pendidikannya segaris dengan KH. Agus Salim adalah seorang muslimah yang taat.

Meskipun secara logika dan kebetulan, Kartini menjadi populer sampai dipahlawankan sejak terangkat pula oleh 'politik balas budi' Belanda (bukan dalam posisi penjajah), yang melihat Kartini sangat dekat dengan tokoh Belanda, ---apalagi ketika gerakan di dalam negri Belanda (pro-pejuang Indonesia di sana) semakin anti kolonialsme itu---, tetapi garis perjuangannya masih bisa dibaca tegas, sekali lagi harkat martabat wanita Indonesia. Termasuk, dia pasti figur yang gak ribut soal ibu-ibu Indonesia yang berbaju kurung, berjilbab atau berkebaya tanpa kerudung. Tapi misinya, tetap wajib Islami. Atau bahasa umumnya, mencerminkan nasionalis yang berketuhanan.

Tanggal 20-21 April 2017 ini aku asyik melihat Kartini dan tari. Maklum aku kan pengamat senibudaya (sosial budaya). Maka mataku tertumpu pada rasa terimakasih kepada Presiden Jokowi. Karena dia telah menyambut kedatangan Wakil Presiden Amerika Serikat dengan tari Bali yang eksotik, yang diperagakan oleh wanita-wanita Indonesia yang cantik dan ramah. Meskipun melalui Cannadrama.blogspot.Com ini dan wacana yang dikembangkan, aku nitipin tari-tari tradisi lain juga.

Cerdas, cantik dan ramah  adalah ciri khas wanita Indonesia. Ciri khas di suatu negara yang secara menakjubkan sudah punya presiden wanita pertama, Megawati Soekarnoputri. Peristiwa sedikit dari negara demokrasi di dunia yang sudah mengalaminya. Termasuk di negara mayoritas muslim.

Meskipun sebenarnya RA. Kartini bukanlah wanita pertama yang menonjol di Nusantara. Jauh sebelum itu, di masa kerajaan-kerajaan telah banyak wanita Nusantara jadi manusia utama atau pucuk pimpinan kerajaan. Tetapi kehidupan di masa penjajahan dan paradigma berfikir masyarakat tertentu saat itu telah banyak mengekang kesempatan maju bagi wanita-wanita Indonesia.

Selamat hari Kartini.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG