BANGGA PAWONMAS

Tulisan ini berjudul Bangga PAWONMAS karena posisinya saya nyawang PAWONMAS.

Soal keberadaan, posisi dan fungsi organisasi, komunitas, forum silaturahmi dan lain-lain sudah sering saya tulis di media sosial. Tiada lain, sebagai bagian dari komunikasi efektif saya dan teman-teman yang menggunakan media yang sama. Sehingga tidak penting menjawab, mengapa tidak menggunakan media lain untuk menulis hal-hal itu? Tidak perlu sama sekali.

Tentu, semua prinsip yang sudah saya paparkan itu pula yang menjadi enerji universal yang saya bawa pula ke dalam forum organisasi PAWONMAS (Paguyuban Wonogiri Manunggal Sedya).

Tiga hal bisa saya kedepankan sebagai hal membanggakan dalam hubungan saya dengan PAWONMAS:

KELUARGA WONOGIRI
Saya tentu merasa keluarga Wonogiri. Setidaknya alm. mertua saya, yang mengakhiri hidupnya di Jakarta semasa masih jadi ketua RW itu adalah asli Wonogiri. Saya kenal dia sejak  masih remaja. Karena meskipun saya kerja dan domisili di Bandung, tetapi setiap saat berkunjung ke rumah ibu yang sejak tahun 70-an domisili di Kemayoran, Jakarta Pusat. Mertua saya itu orang yang supel, ramah, dan disukai banyak orang.

Ada yang sempat ngritik di facebook, mertua ketua RW aja 'dibanggakan'. Kesukaan saya itu wajar karena memang beliau orang baik. Bahkan bukan cuma saya, alm. Bapak tiri saya di Jakarta semasa hidupnya juga berteman akrab. Kalaupun saya juga bangga pada posisi mertua sebagai ketua RW, itu paradigma sosial. Bersifat umum. Juga sudah saya tulis berulang-ulang, bahkan dibahas di radio, bahwa kalau mau membangun Indonesia ini sesungguhnya mudah. Maksudnya sistematis. Karena dari Sabang sampai Merauke cuma bertebaran ketua RT/RW dan lurah. Kalau tiap kelurahan sampai ke RT/RW-nya damai sejahtera, berarti pembangunan Indonesia sukses. Itulah. Ditambah lagi mertua saya bisa jadi ketua RW di Jakarta, padahal dia masyarakat pendatang. Tentu beda dengan penduduk asli, atau yang sudah beberapa turunan di Jakarta. Itu menunjukkan kapasitas sosialnya bisa dipercaya. Ini pesan moral juga. Bahwa pendatang itu harus mendatangkan manfaat bukan malah bikin maksiat. Saya juga bangga kepada seorang gubernur DKI Jakarta asal Wonogiri di jaman Bung Karno. Dengan cara pandang yang sama. Saya biasa menyebut bahwa para Bupati/walikota/gubernur itu adalah para ketua RT/RW di posisi atas.

Begitulah. Karena saya menikah dengan putri Wong Wonogiri maka saya menjadi keluarga besar Wonogiri. Saya bangga dengan itu. Tetapi meskipun saya dan istri sama-sama keturunan Jawa, akad nikah dilakukan di KUA Purwakarta, karena ketika itu saya masih ber-KTP Purwakarta Jawa Barat, sedangkan calon istri ber-KTP Jakarta, sementara acara syukurannya di Jakarta.

KEKELUARGAAN
Inti prinsip kearifan lokal kita di Nusantara, gotong royong, adalah saling kenal dan saling menyemai kebaikan dalam hidup bersama. Itulah yang saya tangkap mengapa masyarakat asal Wonogiri yang ada di seluruh Indonesia pingin menjalin tali silaturahmi, membangun semangat kekeluargaan di manapun. Terlebih-lebih yang di rantau-rantau.

Tentu bukan primordial. Bukan atas dasar kesukukuan atau kedaerahan semata. Sebab masyarakat Wonogiri setahu saya selalu berusaha eksis dan tampil bermanfaat di daerah atau cabang masing-masing. Hidup rukun damai dengan siapapun. Menebar rasa santun dan jiwa sosial. Dalam bahasa prokemnya disebut, gaul.

Itulah landasan utama yang saya pahami sebagai daya tarik dari berdirinya PAWONMAS (Paguyuban Wonogiri Manunggal Sedya).

Bahwa di balik ajang silaturahmi itu, ada berbagai kegiatan sosial keagamaan, kegiatan pendidikan, senibudaya, olahraga, sosial-ekonomi dan lain-lain, itu semua adalah langkah kepedulian dan kreatifitas.

Pertama saya tergabung di PAWONMAS PUSAT di bidang Informasi dan Publikasi. Sementara istri di Sosial keagamaan. Mungkin karena teman-teman merasa saya yang bertahun-tahun berkecimpung di dunia Radio pantas di posisi itu. Setidaknya bisa berbagi pengalaman seputar berbagai media dan promosi/sosialisasi. Selama inipun beberapa partai yang sempat menghampiri saya, tawarannya Senibudaya atau INFOKOM. Sudah biasa. Tetapi tahun-tahun terakhir ini berada di pos Hukum dan Hubungan Antar Lembaga PAWONMAS. 

Pada posisi saya terakhir, yang utama tentu memahami status organisasi. Itu prinsip. Pada hakekatnya bentuk apapun boleh-boleh saja. Sah-sah saja.  Itu Kan cuma soal kesepakatan selanjutnya, setelah niat utama untuk saling bersilaturahmi.

Lalu saya melihat, seperti yang sudah di uraikan di hadapan pengurus dan anggota. Antar lembaga di internal organisasi harus berfungsi optimal dan saling mendukung sukses organisasi. Baik antar departemen, antar cabang, antara cabang-cabang dengan pusat, bahkan hubungan lembaga-lembaga di tubuh PAWONMAS dengan lembaga-lembaga di masyarakat. Terbangun sinerjisitas yang positif untuk kemaslahatan masyarakat.

Dengan demikian PAWONMAS bukanlah sebuah gangster, melainkan lembaga kerukunan antar anggota dan antar masyarakat. Lentur dan cair. Tidak aneh-aneh. Tidak neko-neko. Tetapi peduli dan kreatif.

MASA DEPAN PAWONMAS
Ini pun sesuatu yang lazim. Setiap pembentukan organisasi kemasyarakatan apapun, pasti kacamata terdekatnya adalah, ke depan soal apa? Itu sudah masa depan. Kecuali kalau mau ditarik garis yang lebih luas lagi, sebagai Paguyuban Wonogiri kita berharap seluruh masyarakat asal Wonogiri bisa sukses kehidupannya di berbagai bidang. Selain itu satu sama lain tetap terjalin dalam satu ikatan tali kekeluargaan.

Bahkan ketika masa depan PAWONMAS dikaitkan dengan keberadaan organisasi-organisasi masyarakat Wonogiri yang lain, no problem. Itu logika saja. 

Meskipun ada 1000 organisasi masyarakat Wonogiri, PAWONMAS tetap dengan khas karakternya. Tetap berdampingan dan saling menghormati. Sebab semua ingin memberikan kebaikan untuk  warga Wonogiri. Itu saja prinsip kebersamaannya. Tetap berbaik sangka dan berbaik sikap. Bahkan tidak ada 'persaingan-persaingan yang tidak penting'. 

Kalaupun paguyuban-paguyuban itu bersatu dalam satu forum komunikasi atau organisasi pemersatu. No problem juga. Meskipun secara logika organisasi, kita tetap harus membuka kran permakluman kalau ada organisasi yang tidak mau bergabung dalam satu wadah bersama. Ini kan bukan Orde Baru. Bahkan kalau PAWONMAS bersikap mandiri, tidak masuk perkumpulan organisasi-organisasi itu. Juga gak masalah. Tergantung kata sepakat. Bukan bentuk pengingkaran. Bukan aksi kontra. 

Sekali lagi, segenap pengurus dan anggota PAWONMAS, keluarga besar PAWONMAS, memang harus selalu memahami niat awal. Ini menjadi semacam kalimat panduan. PAWONMAS, menjalin silaturahmi antar warga Wonogiri di manapun, berperan positif di lingkungannya masing-masing, serta punya kepedulian terhadap Wonogiri tercinta dalam berbagai hal, untuk citra Warga Wonogiri yang baik.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.Com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG