DAYA MENULIS

Daya menulis di kalangan para penulis. Sebut saja novelis, cerpenis, penyair, pupenis, termasuk juga para penulis artikel, biasanya muncul setidaknya karena dua hal.

Hal pertama. Muncul dengan sendirinya. Spontan. Pada waktu yang tak diduga-duga sebelumnya. Bahkan kadang-kadang membuat penulisnya tercengang. Ia merasa telah melahirkan karya yang baik pada momen yang tepat, yang tidak direncanakan. Bahkan kadang-kadang heran, mengapa sebuah karya panjang yang biasanya butuh waktu lama, kali itu seperti mengalir deras dalam waktu singkat.

Saya sendiri waktu umur baru tamat SMA, bisa menulis sebuah novel 100 halaman HVS dalam waktu 6 hari. Padahal waktu itu masih pakai mesin tik, belum komputerisasi. Meskipun kemudian naskah itu hilang karena saya tidak terlalu perduli. Tidak merawatnya.  Mengingat temanya terlalu remaja. Saya tidak tertarik.

Tetapi setidaknya, itu garis penegas. Bahwa tiba-tiba hasrat kita bisa saja langsung ingin menulis. Tanpa ampun, tanpa basa-basi, malah memuaskan kalau diikuti. Ini sedikit berbeda buat yang jarang menulis. Meskipun kadang munculnya gairah sama, sama-sama kuat, tetapi pada mereka yang jarang menulis, dua hal sering jadi hantu. Hantu pertama, bingung untuk menumpahkannya, bahkan bingung untuk memulainya. Hantu kedua, baru memulai enerjinya habis dijemput malas.

Suatu ketika saya juga terinspirasi untuk menyudahi hatam Al-Qur'an dengan membuat rangkumannya. Kebetulan pada rentetan terakhir hataman Al-Qur'an itu, saya membaca tafsir Al-Qur'an berbahasa Jawa. Selain untuk mengulang hatam, juga untuk menggairahkan aura Wali Jawa di kepala dan hati saya. Maka begitu kitab itu saya tutup pada ujung ayat terakhir dari perjalanan 30 juz, saya segera ambil pulpen dan menulis rangkumannya dalam beberapa lembar kertas. Saya berharap seluruh kandungan ayat-ayat Allah itu ada di rangkuman itu.

Setelah rangkuman selesai. Saya segera menemui Al-Fatehah. Ibunya Al-Qur'an. Saya berbisik dalam hati, "Aku percaya". Lalu rangkuman itu boleh hilang. Setidaknya hilang menjadi diri saya di depan Al-Fatehah itu.

Kembali ke persoalan daya menulis. Daya ini biasa muncul, yang kedua dengan alasan memiliki tantangan khusus. Misalnya, ada lomba yang menarik, ada rubrik yang menarik, ada forum untuk mengedepankan suatu tulisan, ada yang meminta, dan seterusnya.

Khusus soal tulisan pesanan terbagi dua.  Istilahnya, halal dan dosa. Yang halal tentu saja selain tulisannya di ranah budaya baik, juga karena kita sesungguhnya menyanggupi menulis suatu tulisan tertentu itu dengan merangsang rekaman di dalam diri yang bisa mewujud menjadi karya tulis yang kuat. Karena manusia itu juga gudang, atau alat simpan data yang sewaktu-waktu bisa dimunculkan karena ada yang mengingatkan atau meminta. Semakin banyak pengetahuan seorang penulis, semakin padat data di lemari dirinya itu.

Kedua adalah melayani pesanan yang bernilai dosa. Tentu selain karena bisa jadi tulisannya bersifat pragmatis, sebuah formulasi ketidakjujuran, tipu muslihat yang cuma jago memainkan jata-kata dan lain-lain. Bisa jadi tulisan itu menunjukkan bukan ekspresi penulisnya secara total. Apa yang diungkapkan, bukan kesungguh-sungguhan hatinya. Ini sekaligus otokritik terhadap aku lirik dan semua pesan pencerahan pada puisi karya penyair. Bagaimana mungkin ia menulis 'bulan dan bintang' sementara ia menanam kegelapan?

Tentu bicara halal haram pun kita berada pada porsi universalitas halal haram itu. Sebab justru nilai itu yang dimaksud oleh Allah untuk menyelamatkan ummat manusia tanpa kecuali. Bahkan kata-kata-Nya menguasai.

Daya menulis adalah sebuah karunia yang mesti disyukuri. Berbentuk karya apapun, seperti apapun. Eksperimen pun. Karena melalui medium itu kita percaya, ada pesan-pesan atau pernyataan-pernyataan yang telah dimenangkan.

Daya menulis yang bukan milik penulis yang sudah biasa pun utama untuk dioptimalkan. Sehingga di sebuah hari Kartini seorang istri bupati bisa saja tiba-tiba baca sajak buah karyanya. Atau di bulan suci Romadon, beberapa pihak tiba-tiba pingin baca puisi untuk menyemarakkan acara panggung jelang buka puasa dan lain-lain.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.Com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG