DEWAN PENYAIR DAN APAPUN

Penggiat sastra asal Indramayu, RgBagus Warsono tiba-tiba ngajak ngobrol melalui akun media sosial facebooknya:

Tema obrolan kita malam ini adalah "Dewan Penyair" nasional sebuah gagasan unt peningkatan martabat penyair Indonesia:
1. Sejauhmana Dewan Penyair di Indonesia dibutuhkan keberadaannya untuk mewakili 'suara penyair
2. Sejauhmana gagasan pembentukan Dewan Penyair ditindaklanjuti dari mulai gagasan hingga terwujud.
3.Sejauhmana bila kelak terbentuk untuk memiliki perannya dalam kepentingan komunitas penyair.
4. Sejauhmana pembentukan semacam ini ditilik dari pengalaman sejarah.
5. Sejauhmana bila terwujud kelak wakil-wakil yang 'duduk di sana.
------

Ajakannya itu saya tanggapi singkat. Tentu sebagai obrolan juga:

Saya tidak pernah menyebut istilah Dewan Penyair atau apapun. Kecuali malah mengkritisi lembaga kesenimanan, baik bentukan pemerintah atau masyarakat secara independen.

Yang dibentuk pemerintah, pengalaman panjang di era Orde Baru, bahkan sering mau atau sudah bangkit di era reformasi, seperti tiba-tiba menjadi lembaga paling sah. Buah cara berkebijakan sentralistik, otoriter, dan bahkan seperti sekadar membangun lembaga partisan pada penguasa.

Ada yang permanen, ada yang timbul tenggelam. Bahkan ada yang sengaja dibuat timbul untuk tenggelam, yang penting ada dana yang bisa turun kepada sasaran yang khusus. Terlepas dari soal sukses atau tidak pembangunan senibudaya dan tepat sasarannya.

Di kalangan swasta saya sering memberi contoh sederhana. Temu penyair nasional itu bisa dilakukan atau dimotori oleh lembaga A, komunitas B, yayasan C,  Rumah Seni D, Pusat Sastra E, dst. Bisa untuk menampung aspirasi isu nasional, sekadar silaturahmi dan diskusi, melahirkan antologi bersama, memberi anugrah tahunan, dst. Otomatis yang disebut aktor, penyair, penari, penyanyi, dan pelukis terbaik versi lembaga T, bisa berbeda dengan hasil paguyuban Z, bisa tidak sama dengan keputusan badan U. Semisal aktor terbaik Festifal Film Indonesia bisa tidak sama dengan hasil Forum Film Bandung. Dan smua halal. Semua diberitakan.

Oto-kritiknya, masih ada kelompok yang asal ngadain acara. Ada yang bikin acara tandingan sekadar aksen politis praktis, bukan politik kebudayaan. Ada pihak yang mengklaim paling sah. Ada peserta yang bingung, mengapa tidak diundang padahal dalam hajat kawinan tuan rumah bebas memilih. Artinya, harus benar-benar dibaca dulu latar acaranya. Banyak ragam.

Terlepas dari pelembagaan itu, yang utama adalah politik kebudayaan. Ketika pemerintah membaca garis formalnya dan membaca ruang masyarakat yang independen itu sebagai bagian dari, melek konstitusi. Etik estetik itu.

Lalu dari situ biasanya saya menelusur dengan pengandaian. Jika 30 propinsi memiliki wakil minimal 30 penyair. Jika 500 kabupaten/kota memiliki keterwakilan 500an penyair. Jika tiap kabupaten/kota diwakili oleh nama-nama penyair yang jumlahnya tidak bisa dibatasi.  Berapa penyair wakil dari kota Bandung bisa beda jumlahnya dari berapa penyair wakil dari Cianjur atau Banyumas.

Terlepas ada dewan (lembaga) atau tidak. Data terakhir itu menunjukkan sebuah simbiosis para penyair di seluruh kabupaten/kota dalam geliat senibudaya secara umum. Tanggungjawab siapa menyadari realitas itu dan memantaunya?

Yang jelas, dinas/intansi terkait yang berkepentingan di tiap kabupaten/kota,  yang kemudian datanya terakumulasikan secara nasional, mesti tahu siapa penyair, penari, pelukis, dalang, pemain teater, desainer, komedian, pembina Komunitas, EO, penerbit dst.

Ini pun belum selesai, jangan sampai ada anak tiri dalam prinsip politik kesenian atau poitik kebudayaan. Sebab seseorang yang pernah hidup di tiga kota/kabupaten, misalnya, bisa jadi pernah aktif dan populer sebagai seniman di situ. Selanjutnya dia bisa disebut representasi seniman tingkat propinsi. Tapi bagaimana kalau terakhir lebih 10 tahun pindah propinsi. Dia harus dicatat dari mana?

Tentu. Tentu sebelum dewan atau apapun dibentuk akan mengernyit 77 kali. Termasuk ketika berusaha menggabungkan para seniman representasi seluruh kabupaten/kota dan propinsi itu dengan para seniman populer tanpa kejelasan daerah yang diwakilinya. Sebab yang tanpa kejelasan itu juga berada di dalam gerakan budaya nasional dan internasional

Salam senibudaya. Salam penyair Indonesia.

Mohon maaf, ini masih tulisan FB, tanpa edit maksimal.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG