DUA BULAN MENGGOCEK CITRA BOLA

Sungguhpun dibalut kekecewaan yang luar biasa, karena semestinya peluang untuk menjadi juara utama sangat terbuka, tetapi posisi juara tiga Sea Games dan juara tiga piala AFF U-18 bagi Tim Nasional Sepakbola kita sangatlah menghibur.

Di tambah lagi Egy Maulana Vikri menjadi top score dalam perhelatan piala AFF U-18 melawan Myanmar selaku tuan rumah. Tuan rumah yang sangat berambisi tinggi untuk jadi juara. 

Setidaknya bagi Indonesia, bagi masyarakat pencinta bola, PSSI, KONI, Menpora, bahkan bagi presiden (yang juga saya sebut presiden bola Indonesia), ini adalah daya tahan citra positif sepakbola kita. Tidak hancur. Tapi masih dibebani sial karena tidak bisa lebih unggul dari prestasi saat ini.

Bagi masyarakat bola Indonesia, citra positif seperti ini sangat dibutuhkan. Artinya, kita selalu butuh momen sejarah untuk menyebut, Indonesia masih menjadi kiblat bola Asia Tenggara. Meskipun target minimalnya semestinya, kiblat bola Asia. Mengingat aura Liga Indonesia sudah beraroma Asia, bahkan internasional dengan banyaknya pemain, pelatih, dan wasit asing yang terlibat.

Kalau kita cuma dapat perunggu di Sea Games, Agustus 2017, rasa syukur kita sangat tebal kecewanya. Karena target dan peluang kita sangat terbuka untuk juara. Tapi terpatahkan oleh ketidakberuntungan. Di final menjadi juara tiga, Indonesia menaklukan Myanmar 3-1.

Tetapi kita sesungguhnya bisa mengobati luka itu jika menang di piala AFF U-18, September 2017. Tetapi rupanya hiburannya belum itu. Tapi masih didapat. Yaitu menjadi juara tiga menaklukkan Myanmar, 7-1. Bahkan Egy meraih 8 gol sebagai top score.

Secara sosial ini hiburan berharga. Masyarakat kita butuh itu. Meskipun harus dinetralisir dengan kesadaran bahwa keikutsertaan kita dalam laga bola Asia Tenggara, menunjukkan bahwa sepakbola kita tetap eksis. Tetap menjadi petarung yang tangguh dan sportif.

Secara politik kenegaraan, kita masih merasa senasib sepenanggungan sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia. Yang akan sangat terasa sekali pada ajang-ajang seperti itu. Bahagia bersama, menangis bersama. Dan di dalam lapangan hijau, seluruh elemen yang berbhineka itu selalu bisa bergumul tanpa masalah. Dari dulu begitu.

Secara psikologis, kita menemukan kebanggaan menjadi pribadi yang suka olahraga (melakukan dan menonton) dan memiliki sifat progresif yang positif. Menjalani hari-hari dengan rasa bangga dan optimis.

Hebat!  Sukses sepakbola Indonesia!

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG