HATUR NUHUN BIN MATUR NUWUN

Sekali-kali dong bikin tulisan lucu-lucuan. Ini rahasia kedekatan saya dengan presiden. Meskipun presiden hari ini gak kenal saya. Kecuali secara sistem sosial. Setidaknya saya akan disebut olehnya sebagai anggota masyarakat. Atau biar seneng dikit, akan disebutnya satu dari semua tokoh masyarakat Indonesia. Lumayan.

Selanjutnya. Saya mau merebut Sukabumi dari Aher (Ahmad Heryawan, gubernur Jawa Barat itu). Mengapa? Pasalnya dalam idul adha kemarin ada berita miring. Beritanya terlalu miring ke Aher. Haha. Masa, ada berita ditulis begini, "Presiden merayakan idul adha dan nyumbang sapi di daerah asal Aher!" Ah gak seru. Karena Sukabumi itu kampung saya. 100%. Harusnya berita itu ditulis, presiden merayakan idul adha dan nyumbang sapi di kampung Gilang Teguh Pambudi. Haha.

Tapi ya itu tadi. Secara sistem sosial presiden kan kenal dekat dengan saya. Jadi ya dia berkhidmad pada makna agung Idul Adha sekaligus nyumbang kepada masyarakat Sukabumi. Masyarakat Jawa Barat. Masyarakat Indonesia. Termasuk ke saya. Hatur nuhun bin matur nuwun.

Waktu saya mengkritisi kerja pemerintahan SBY dulu sambil menulis buku Syair Wangi, saya sebut, mata dan kaki presiden kan ada di mana-mana, bahkan di depan rumah siapapun di pelosok-pelosok terpencil ada istana presiden. Maksud saya ada tokoh-tokoh masyarakat nasionalis yang vokal dan cinta negara, ada aparat dan fasilitas negara ditiap kampung. Masa dengan paham begitu presiden gak bisa lihat dan gak bisa peduli?

Di era Jokowi saya nulis di blog: cannadrama.blogspot.com. Presiden bahkan bisa membuat kesemarakan internasional, setidaknya melalui wacana nasionalisme Indonesia untuk kedamaian dunia, pada momen Agustusan di seluruh kedutaan besar RI. Maksudnya, Indonesia itu eksis dan berkontribusi secara kemanusiaan internasional. Bahkan presiden bisa dangdutan dengan para TKI di mana-mana. Ya, presiden kan punya 'kalimat sakti'.

Maka ketika ke Singapura presiden punya hajat Temu Kangen, saya merasa tersanjung. Apalagi acara di KBRI itu memakai istilah Temu Kangen, istilah yang biasa dipakai saya dkk, anak-anak Sukabumi, yang bisa merepresentasikan peristiwa seperasaan dengan orang 'kampung maju' di seluruh Indonesia.

Ya, Chaisar Baskara, Gilang Teguh Pambudi, Dadan Dani, Penti Lilis, Eni Sumarni, dll yang tamatan SPGN Kota Sukabumi, menyebut reuninya sebagai Temu Kangen. Dan Temu Kangen cocok untuk Presiden Jokowi dan warga Indonesia di luar negri. Kebetulan yang asyik.

Ini tulisan santai. Jadi ya wajar ngomong soal rebutan Sukabumi dengan Aher dan ngomongin cocoknya istilah Temu Kangen untuk kepentingan internasional presiden.

Lain kali kita lucu-lucuan yang hebat lagi.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG