ADA HANTU DI SEKOLAH?

Awal tahun 90an ada surat kabar mingguan Swadeshi. Anda masih ingat? Ada yang bilang surat kabar atau taloid merah, entah apa maksudnya. Mungkin karena tulisan nama korannya berwarna merah terang. Sama dengan Simfoni, Sentana dll.

Di surat kabar itu saya pernah menulis satu judul artikel yang dimuat dalam dua edisi. Judulnya, Kenakalan Remaja Eksistensi Hantu.

Kenapa saya harus bikin judul pake kata hantu, atau membuat frase, eksistensi hantu. Tiada lain karena saya sadar di Indonesia ini film selera masyarakatnya adalah percintaan, komedi, horor, dan laga. Mungkin ketika itu bisa dimasukkan juga film-film perjuangan.

Coba Anda datang ke kampung-kampung pelosok Nusantara hari ini. Pasti seru cerita hantunya. Karena memang begitulah Indonesia. Tetapi yang menggelitik, kadang ada sejenis hantu di suatu daerah seakan sama sekali tidak ada di daerah lain. Jadi serupa dengan syetan di Cina yang beda dengan syetan di Arab, beda pula dengan syetan di Amerika. Apa hantu-hantu itu memiliki bentuk penampilan sesuai tempatnya? Tidak seperti manusia yang di seluruh penjuru dunia bentuknya sama? Coba bayangkan, kuntilanak di atas pohon, itu ada gak di Inggris? Ratu Inggris waktu kecil pernah gak baca atau dengar cerita kuntilanak itu?

Di dunia pertanian Indonesia, hantu sawah dan hantu kebun pun macam-macam. Tolak bala di situ selalu disertai doa-doa untuk kesuburan dan keselamatan tanaman sampai panen tiba.

Di saat heboh hawa wereng. Komik kreatif sebenarnya bisa membuat berbagai-bagai cerita dengan sering munculnya hantu atau monster wereng itu. Bentuk fisik monsternya jelas bisa jadi berbeda. Misalnya berkepala wereng, berbadan gumpalan asap hitam, tidak menyentuh tanah, bisa tiba-tiba muncul dan hilang.

Sejak umur SMA saya sudah mikir. Pelacuran adalah hantu adalah monster. Peredaran miras dan narkoba adalah syetan adalah monster. Pelaku pencurian dan begal jalanan adalah hantu adalah iblis. Kenakalan remaja juga menurut saya sesosok hantu yang berbahaya. Harus ada yang berani berdoa, bakar wangi menyan, dan menaburkan kembang tujuh rupa untuk mengusir hantu kenakalan remaja itu.

Hal yang menarik lain adalah sumber penyakit dan hidup jorok adalah hantu. Misalnya, upil saja sebuah eksistensi hantu, monster.

Air kotor yang mengakibatkan masyarakat minimal gatal-gatal sekampung adalah hantu, adalah monster. Bentuk hantu atau monsternya bisa muncul dari sungai, berupa ular besar yang lendirnya menjadi racun kemana-mana, baunya tidak sedap, bikin muntah-muntah. Kalau dikisahkan secara hiperbolik, bahkan tanaman dan ternak warga juga kena sakit dan bahkan bisa mati. Tetapi hantu air ini bisa dikalahkan oleh seorang Ksatria bernama Mat Paijo, berpeci putih bercelana pangsi hitam, dan bersayap seperti Superman. Caranya ia ambil air cahaya bulan lalu disiramkan kepada monster air itu. Ternyata benar dia mati, meleleh, mencair dan hilang diserap bumi.

Itu sebabnya kepada anak-anak sanggar gambar saya, termasuk kepada dua anak saya Kevin dan Lita yang beberapa kali juara gambar itu saya juga memperkenalkan menggambar komik tangan dengan berbagai karakter hantu dan monster. Jadi semacam main-main cerdas. Ada hantu daun pisang, monster batu, monster asap, hantu tapak sepatu, monster balon, monster jendela, dll.

Satu pertanyaan coba saya lontarkan, maukah anda punya anak kandung yang jadi pelacur atau preman? Begitu mendengar sebutan pelacur atau preman Anda tentu merasa ngeri. Boro-boro mau kalau status penyakit sosial itu disandang anak-anak kita. Tapi itulah hantu gentayangan. Siapapun bisa tiba-tiba menjadi hantu di situ. Selalu menakutkan buat masyarakat terdidik yang butuh hidup aman, tentram, dan damai.

Hantu itu berdarkan tempatnya bisa di pojok pasar, di pinggir kuburan, dekat pancuran, perempatan jalan, di bawah tiang listrik, di gudang gelap, dst. Dalam cerita fiksi bisa berada di dalam pohon besar, di sebuah gua, nempel tak terlihat pada sebuah boneka, pada sebuah jas, dst.

Bagi guru-guru sosial yang kreatif, cerita atau idiom hantu bisa dijadikan pengantar untuk mengajak berfikir cerdas sekligus membuat karya sastra dan karya pentas yang kreatif. Menjadi tontonan yang pop dan menghibur, tetapi berisi tuntunan kritis.

Di Indonesia kisah mistis (misteri) ini memang sudah menarik sejak berbentuk cerita rakyat yang bersifat lisan dari mulut ke mulut. Tutur tinular. Di Jepang, kisahnya nembus Indonesia lewat Ultraman, misalnya, yang selalu anti monster. Mengatasi dan mengalahkan monster. Macam-macam monster. Paham simbulnya yang paling sederhana, sebagai Ultraman kita semua seperti sepasukan polisi yang serba anti kejahatan. Kita wajib menyelamatkan bumi ini dari kehancuran.

Nah, kalau ada buku hantu masuk perpustakaan sekolah saya mau komentar, bukunya seperti apa? Ceritanya bagaimana? Untuk konsumsi pembaca intensif yang mana?  Dan seterusnya.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG

TEU HONCEWANG