MIMPI, MANUSIA PUISI, JUGA MIMPI TENTANG AHOK

ARJUNA

kaukah Yusuf Sulaeman
Yusuf yang tampan panahnya
disukai segenap pria wanita
Sulaeman yang mempersembahkan
segala kekayaan
kepada seluruh yang dicintainya 
-----

SETELAH KALIMATNYA

lalu
aku
datang
-----

KESAKSIAN BESI

Tidak jauh dari besi ini
19 April kamu di situ
-----

TEGUH

sungguh-sungguhlah
supaya kujang
-----

HARUS BISA

gubernur itu
harus orang
yang bisa membaca
puisi

Kemayoran,  2010-2018
#puisipendekindonesia
-----

Mimpi itu lepas dari dunia manusia.  Sebab pada doa tidur sudah sempurna. Manusia,  hamba Allah,  menyerahkan lahir batin kepadaNya,  sebab selama tidur ia tidak punya daya upaya. Hanya Allah yang terus bekerja dan menjaga tanpa tidur.

Kalau waktu bangun,  kita demikian sensitif.  Lahir batin merasakan segala rupa.  Tetapi di dalam tidur kita tidak punya daya tawar apapun. Maka kalau ada yang mengaku bisa mengajak bicara pada orang tidur,  itu syetan namanya. Kenapa tidak bicara saja kepada Allah yang menguasai kita?  Kenapa harus bicara dengan wilayah bawah sadar? Siapa yang jawab?

Kalaupun secara keilmuan, spiritual,  ada suatu kondisi bertanya kepada wilayah bawah sadar manusia, itu segaris dengan bertanya kepada bayi polos tanpa dosa. Dia secara spiritual akan menjawab dengan menyebutkan segala yang telah terjadi dengan sejujur-jujurnya. Tanpa tedeng aling-aling.

Pertanyaanya,  siapakah bayi itu? Siapakah rahasia? 

Awal tulisan ini menjelaskan bahwa sesungguhnya telah terputus tanggungjawab manusia ketika bangun, dengan ketika tidurnya.  Sehingga tidak benar kelakuan orang mengusir gelandangan di depan toko yang mau buka dengan cara menyiramnya dengan air, apalagi air panas, bahkan dengan memukul tubuhnya ketika tidur.  Yang benar adalah,  bangunkan dulu, baru dimarahi.  Sebab dosa dia adalah ketika mau tidur tidak menggeletakkan badannya di tempat yang halal untuk dia.

Itulah gunanya bismillah.  Secara sufistik,  selalu dalam zikrullah 24 jam. Sesuatu yang tidak bisa disombongkan sama sekali. Karena hanya Allah yang maha ingat. Manusia (sejati) itu cuma mahluk ihlas.

Karena terputusnya peristiwa bangun dan tidur,  tidak cuma terputus tanggungjawab selama tidur,  tetapi juga tidak ada kewajiban berfikir yang dibebankan Allah kepada manusia tidur. Subhanallah.  Maha suci Allah. Yang ada adalah syetan yang selalu ingin mengganggu tidurnya manusia sehingga tidak nyenyak dan berfikirlah siang-malam. Dalam mata terpejam sekalipun. Mendatangkan gelisah dan stres.  Lagi-lagi hanya yang maha kuasalah tempat kembali.

Bersyukur saya bisa mengulas hal mimpi sekilas,  sebab kalau tidak ada yang menginspirasi,  ulasan begini belum tentu segera ditulis. Yang menginspirasi adalah pertanyaan saya,  mengapa gara-gara sebelum tidur membaca internet,  berita tentang Ahok yang menggugat cerai istrinya lalu saya mimpi ketemu Ahok dalam suasana yang tidak menyenangkan? Padahal dulu waktu dia calon gubernur DKI untuk kedua kalinya,  saya dukung dengan hati senang,  ihlas lilahi taala,  sebab saya telah pertimbangkan sisi konstitusional dan sisi halalnya. Tidak ada norma langit dan norma bumi yang dilanggar. Tidak pula menyampur-aduk halal langit dan sesat bumi. Semua lapang,  meskipun saya malah dituding kafir,  murtad,  cina,  komunis,  dll. Terutama melalui media sosial,  meskipun ada juga yang secara langsung menyebut,  itu pendirian orang kafir,  atau,  yang begitu itu para pendukung kafir.

Ya.  Semalam saya seakan-akan dalam kondisi tahu Ahok salah, gak jelas salah kenapa,  pokoknya jangan didukung.  Sementara saya di posisi sebagai orang sesat yang mendukungnya. Misalnya dalam mimpi itu saya menyebut data ini dan data itu yang bersumber dari rekayasa saya.  Otomatis ketika saya bangun saya jadi mikir,  kok bisa terbalik faktanya ya? Lagipula saya kan bukan penebar data Ahok.  Saya dulu cuma membaca Ahok secara konstitusional,  dan membaca kelayakannya "nyalon gubernur" di sebuah negri yang mayoritas muslimnya  halal menginginkan presidennya muslim.

Saya sampaikan berkali-kali, kalaupun warga Jakarta yang mayoritas muslim pun menginginkan gubernur muslim,  itu halal. Yang penting prosedurnya konstitusional. 

Tapi apa faktanya.  Pertama,  waktu Jokowi-Ahok maju nyalon,  berapa angka kemenangannya waktu mengalahkan Foke? Tentu itu mayoritas Jakarta. Lalu ketika Ahok-Jarot maju putaran kedua,  berapa kemenamgannya di putaran pertama?  Berapa?  Pihaknya mayoritas Jakarta.  Karena kubu Anies-Sandi dan Agus-Silvi kalah di putaran pertama.  Itulah kemauan mayoritas.  Itu logika konstitusi dan logika mayoritas. Mangkanya saya wong cilik yang tidak gundah.  Sholatnya aman-aman saja.

Soal kasus di Kepulauan Seribu itu?  Di satu sisi itu debat kusir jadinya. Lama muter-muter gak jelas.  Naik tinggi pas mau PILKADA.  Akibatnya pro-kontra.  Di sisi lain,  kan hukum masih berproses ketika itu? Malah yang ditakutkan kalau ada intervensi terhadap penegak hukum.

Saya tempatkan Ahok sebagai bagian dari sistem.  Baik ketika masih sebagai wakil gubernur,  gubernur,  maupun calon gubernur.  Ada undang-undang yang mengikutinya.  Dia bukan pribadi ketika itu. Tidak seperti tindakan koruptor yang memperkaya diri sendiri maupun sekelompok orang.

Bahwa di akhir masa jabatannya,  menjelang PILKADA,  segala laku-lampahnya berwangi atau diduga sudah wangi PILKADA,  itulah logika petahana.  Batuk pun akan dianggap kampanye. Mangkanya saya analogikan pada Presiden Jokowi sekarang ini,  2018. Sesungguhnya di kalangan awam yang melek undang-undang,  Jokowi itu wajib jadi presiden dua periode seperti SBY,  asalkan bisa memenangkan PILPRES pada pemilu kedua kalinya yang dia ikuti. Gitu!  Kalau sekarang Jokowi bersin lalu berdoa,  itu pasti disoroti punya nilai kampanye.

Ahok pun dalam posisi itu ketika itu.  Bahkan Foke mengalami. Mangkanya Foke kalah dengan mulus dan terhormat di depan pasangan Jokowi-Ahok.  Ksatria. Normal.

Sekarang ketika Ahok di penjara,  tentu saya bukan pendukungnya lagi karena dia bukan calon gubernur lagi.  Sudah selesai. Itulah sistem dan mekanisme. Tetapi saya menduga,  pasti ada pihak yang menyebut,  sukurin pendukung Ahok,  sebab sekarang rumah tangga Ahok berantakan!  Apa hubungannya? Itu kan gak jelas kedudukannya.

Apalagi Ahok sendiri bisa saja merasa tidak berantakan. Rumah tangga bermasalah atau bercerai,  itu bisa terjadi pada siapapun.  Termasuk Pangeran Charles atau siapapun.  Raja manapun. Bahkan saya dan istri pertama berpisah,  dengan suatu perjanjian baik. Kepada anak-anak saya bilang,  ini bukan peristiwa kehancuran,  ini bukan broken.  Ini keutuhan dalam bentuk lain.  Papa dan Mama masih ada buat anak-anak meskipun tempat hidupnya sudah terpisah.  Tidak ada yang hilang.  Dan alhamdulillah,  prestasi sekolah dan prestasi bidang lain anak saya lumayan. Tidak jeblok.  Masih bisa juara propinsi. Sementara di radio saya masih membahas tema-tema keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Malah pihak yang saat itu suuzon pada keretakan keluarga saya, memfitnah saya, malah ribut-ribut,  ada yang sampai bercerai. Allahu Akbar!

Kalaupun,  ini andaikata,  suatu hal terburuk,  jika keluarga Ahok memang sekarang berantakan pun. Lalu apa kaitannya dengan ketepatan prinsip-prinsip ketika Pilkada waktu itu? Di depan konstitusi dan di depan Tuhan?

Saya memang semalam niat baca satu dua berita tentang Ahok dan istrinya.  Sekedar tahu selintas.  Bukan mengingat waktu Pilkada dulu. Saya juga belum sampai pada dugaan,  ada pihak yang memancing keretakan keluarga itu agar menjadi catatan masyarakat. Belum sampai ke situ.

Kalau kita mudah curiga,  bahkan kepada anak saya pun bisa curiga. Meskipun anak saya masih kecil,  kelas dua SMP.  Bayangkan,  waktu di kelas 1,  di era Ahok, dia ketua kelas.  Saya bilang,  karena berdasarkan pengalaman papanya: seorang murid gak mungkin jadi ketua kelas dua kali,  tahun depan aktif di OSIS saja,  jadi ketua OSIS atau minimal seksi kesenian, rohani,  atau seksi olahraga. Tapi karena di kelas 2 sudah era Anies-Sandi,  anak saya bahkan tidak dapat undangan rapat pembentukan OSIS. Haha.  Apa mesti saya sambungin begitu. Itulah kalau curiga.

Untungnya bagun tidur,  sambil kusyu pada zikrullah,  saya tetap berkeyakinan,  'mimpi bagi seorang muslim adalah bunga tidur' .  Kegelisahan pun segera hilang dengan bekerja dan fokus menghadapi rutintas hidup. Meskipun ilmu Allah tidak pernah lupa, di dalam mimpi muslim ada rahmat dan hidayah,  dan ada jawaban-jawaban seperti pada mimpi Yusuf AS. Amin.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG