KOK ADA PUISINYA?
DEPAN PINTU 1
mampus kau!
--- tanah yang sakit
bibir gunung yang patah ---
akhirnya kau lihat
Allah yang maha cinta!
ayo, temui malaikat sorga!
Kemayoran, 29012018
------
Kalau saya nulis di Cannadrama.blogspot.com, rata-rata dibuka dengan satu puisi. Kadang bahkan sampai 3-5 puisi sekaligus. Mengapa?
Atau, kalau saya nulis puisi di Cannadrama.blogspot.com, mengapa harus diteruskan dengan uraian macam-macam.
Meskipun merespon peristiwa dengan puisi itu ada, seperti yang dilakukan Yudhistira ANM. Masardi dulu. Atau merespon peristiwa dengan sebuah uraian, lalu menyertakan puisi-puisi di situ. Baik puisi yang sesuai, yang pernah dibuat jauh sebelumnya, atau benar-benar puisi baru. Tetapi semua yang saya tumpahkan tidak bergaris tegas begitu.
Puisi saya tetap saja sebuah puisi utuh, berdiri sendiri. Tetapi tafsirnya bebas dibawa ke mana-mana, termasuk untuk mendukung sebuah uraian. Atau sebaliknya sebuah uraian memang bisa menginspirasi untuk menulis puisi tertentu. Tetapi puisi itu bisa dicabut, dipisahkan dari tulisan itu untuk kemudian disertakan pada tulisan saya yang lain, yang jauh beda Temanya.
Misalnya puisi yang berjudul Nun Mati:
dalam bahasa
bahkan nun mati
artinya hidup
Puisi ini bisa saya sertakan atau saya sisipkan pada saat saya membahas segala soal yang berupa kegiatan sosial-keagamaan. Tetapi puisi yang sama bisa saya sertakan pada saat saya menulis artikel tentang senibudaya. Bahkan ketika saya membahas soal jaipongan dan qosidahan.
Mengaitkan kepenyairan saya dengan besi, memang menginspirasi puisi berjudul PUISI BESI. Tetapi puisi ini kelak bisa saya jadikan kepala tulisan ketika bicara soal PILKADA SERENTAK. Misalnya.
Pendeknya. Ketika saya siaran di radio pun, setelah ngoceh 'ngalor-ngidul', tiba-tiba saya bisa spontan menyampaikan sebuah puisi pendek kepada pendengar, baik dari puisi yang pernah saya buat, atau yang bersifat spontan.
Kebiasaan ini lahir selama saya merasa bahwa, sayalah puisi. Saya menduga, bahkan beberapa penyair bisa punya kebiasaan yang mirip saya. Bicara dan ngobrol santainya cenderung hati-hati dan sangat diberi isi, termasuk bercandanya. Lalu sewaktu-waktu dari lidahnya keluar puisi. Baik dari puisi yang sudah ada, atau yang diucapkan spontan saat itu. Saya bisa sensitif membaca itu karena itu juga merupakan engsel dalam dunia kepenyairan.
Uraian-uraian saya di cannadrama.blogspot.com tentu tidak dimaksudkan sebagai catatan kaki bagi sebuah puisi yang menjadi kepala tulisan di situ. Tetapi masih bisa ditelusuri, tulisan saya yang berupa pembahasan sebuah puisi.
Misalnya ketika saya membahas puisi yang berjudul NALIKO / NALIKA:
kulempar
sauh
dari dunia
tumbuh.
Ada juga tulisan saya yang sekadar mengantarkan pembaca untuk menikmati puisi-puisi penyair tertentu. Misalnya puisi-puisi penyair Sutarso, (alm) Asriel Chaniago, Deni Irwansyah, Jenuvem Eurito dari Timur Leste, dll.
Bahkan anda pun boleh menulis di cannadrama.blogspot.com kalau minat. Untuk bicara senibudaya. Apa saja. Syaratnya kirim naskahnya ke Cannadrama@gmail.com.
------
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
Komentar
Posting Komentar