INDONESIA RAYA MAU CERITA BOLA

MENGGAMBAR PETA INDONESIA

sebuah gambar bola
kulihat di internet
garis-garis persegi pada lingkarannya
tiba-tiba menggambar
peta Indonesia

Kemayoran,  23032018 
#puisipendekindonesia 
-------.

Kalimat,  awal yang positif,  memang layak dilayangkan kepada perhelatan awal Liga 1 Indonesia tahun ini (23032018),  yang mempertemukan juara musim lalu Bhayangkara FC vs Persija Jakarta.  Tetapi tentu bukan karena skor berakhir imbang,  0-0. Tetapi karena awal kompetisi berlangsung sangat bergairah,  pemain kedua tim bermain eksplosif sepanjang pertandingan, berstrategi kuat,  tidak ecek-ecek, sementara para penonton sangat meriah.

Kalau soal skor,  kita mesti terbiasa berpendapat, kalah-menang di akhir tiap pertandingan adalah hasil yang 'positif',  menurut paradigma kelangsungan pertandingan yang menghibur dan aman-nyaman. Ibaratnya,  meskipun Persija kalah 0-5 atau sebaliknya Bhayangkara FC yang kalah telak, harus disikapi sebagai awal kompetisi yang sehat wal afiat. Ini bagian dari pembelajaran, pembiasaan, dan penerimaan.

Penonton di Gelora Bung Karno kali ini memang lebih didominasi oleh pendukung Persija Jakarta, pemandangan yang tidak pernah aneh memang, meskipun Bhayangkara FC sebagai juara bertahan bertindak sebagai tuan rumah. Sebab selama ini suporter Bhayangkara FC memang tidak sebanyak klub-klub lain.

Pembukaan Liga Indonesia kali ini cukup eksotik.  Dibuka dengan aksi Ketangkasan Tubuh,  para lelaki yang mengilustrasikan gerak jawara. Meskipun secara keseluruhan,  cukup sederhana. Sampai saya berbisik ke anak lali-laki saya yang pemain futsal di SMP-nya,  "Kalau Papa sutradaranya,  bisa lebih meriah dari itu" . Tapi tentu saja ada kaitannya dengan dana untuk peserta aksi.

Ya,  aksi ketangkasan tubuh itu saya sebut bagus pesannya. Sportif,  dinamis dan berpesan,  mencetak jawara. Sebab hidup ini memang penuh halangan dan rintangan.  Cobaannya tidak ringan. Begitupun dalam perseteruan sebuah kompetisi sepakbola. Maka dibutuhkan para ksatria untuk menghadapi segala situasi dan kondisi. Sehingga kompetisi berjalan sportif dan fair play,  melahirkan para pemain bermental jawara. Sampai ke puncak.

Pembahasan soal mencetak jawara ini biasanya saya sampaikan setiap kali membahas materi tradisi pencak silat dalam perayaan Pengantin Sunat atau seni bela diri Indonesia.

Saya senang dan terhibur juga melihat bola anak perempuan. Maksudnya, ada anak-anak perempuan yang berlarian di GBK sambil menari-nari dan membawa bola. Di satu sisi, anak-anak itu merepresentasikan generasi maju di masa depan. Di sisi lain,  kehadiran anak-anak wanita tentu beraroma bunga,  mengilustrasikan sepakbola adalah ajang bergengsi untuk prestasi,  tetapi sekaligus arena hiburan yang teduh-damai dan menggembirakan. Bukan sasana kekerasan dan ajang maki-makian, atau bukan sirkuit baku hantam.

Pembawa acara Indosiar yang mengadakan siaran langsung menyebut,  Gelora Bung Karno kali ini konsisten tanpa bosan. Maksudnya, meskipun belakangan ini dalam waktu berdekatan berulang-ulang GBK jadi lokasi pertandingan Persija Jakarta, terutama dalam gelar Piala AFC,  tetapi para suporternya yang selalu memenuhi stadiun, kali ini pun tanpa bosan tetap memenuhi stadiun di seremoni puncak pembukaan Liga Indonesia 2018.

Yang selalu mengharukan adalah ketika semua,  tanpa kecuali,  kompak menyanyikan,  mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Apalagi di ajang perdana,  partai puncak pembukaan.  Semacam jadi isyarat besar,  setahun ke depan Indonesia Raya bakal punya cerita bola yang tak boleh lepas dari spirit nasionalisme.

Sehingga ketika bola pertama,  bola peresmian Liga Indonesia ditendang,  kita merasa lega. Selaksa kompak berucap,  tidak hanya,  "Selamat berjuang!",  tetapi sekaligus mengucapkan, "Kita mulai berjuang bersama lagi!".

Gilang Teguh Pambudi 
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG