UNTUK KOTA SANTRI, UNTUK PILKADA PURWAKARTA

... 

Allah yang maha besar 
dan maha mulia 
menciptakan nur awal Muhammad. 
Mewajibkan kerasulan akhir zaman kepadanya. 

Al Haq membangun pintu ketepatan
surga pada angka,  
jumlah,  
ukuran,  
takaran,  
dan timbangan-timbangan:

Al-Qaaf ayat 16 dan hari ke 17 Romadon
adalah angka penuh, 
lima kali sholat wajib sehari semalam, 
dan 2, 3, 4 rokaatnya 
adalah jumlah penuh, 
setengah jatah laki-laki 
dan pemberian yang ihlas 
sampai pada kepemilikan yang sama pun
adalah ukuran terpenuhi.

timbangan yang benar dan adil 
adalah mencukupkan takarannya.

demikian hikmah dan kebijaksanaan 
bagi para hakim Allah.

juga membangun pintu surga 
dari kemuliaan ibu dan bapak,  
kakek moyang manusia.

cahaya ilmu menjadi simpul generasi. 
bukankah atas kehendak Allah 
besi emas kuning dipercaya 
bisa menggulung gunung?

bagaimanapun 
kelopak mata dibuat
memang untuk hamba yang bersyukur, 
yang tajam melihat.

angka 4 persegi Kabah bagi Rosul, 
adalah angka yang benar. 
dan jumlah yang banyak itu 
baginya adalah satu jua.

demikian telah dikisahkan, 
ada NU yang paling Muhammadiyah 
atau Muhammadiyah yang paling NU.

demimian pula dengan organisasi lain
atau ruang-ruang penghayatan.

demikian pula 
dengan alternatif penyembuhan 
fisik dan gaib
dalam nama Allah 
adalah kasih sayangnya.

suara-suara syetan 
dan tulisan-tulisannya 
harus dienyahkan, 
sebab yang demikian itu 
juga bilangan.

Cannadrama,  2009
Dari Buku Syair Wangi 99-Nya
------

UNTUK PILKADA PURWAKARTA

Saya dukung calon bupati Purwakarta yang berani meneriakkan,  PURWAKARTA KOTA SANTRI. Tentu dengan paham yang rahmatan lil alamin. Pluralis relijius.  Humanis universal. Siapa yang merasa? Ayo ikut saya! Atau saya ikut anda?  Yang penting kita sama-sama!

Kota Santri itu artinya kota terdidik,  kota terpelajar. Kota ngerti. Kota kreatif. Jangan ketakutan kalau dangdutan dan jaipongan bakal disudutkan dan dilarang. Sebab sebutan Kota Santri sudah umur panjang di Purwakarta. Bukan gagasan baru dan tiba-tiba. Sudah integral dengan sejarah Purwakarta. Meskipun sebutannya,  Purwakarta Kota Santri,  itu bukan berlaku untuk ibukota kabupaten saja,  melainkan representasi seluruh wilayah kabupaten.

Yang berani mengibarkan bendera Kota Santri berarti paham sejarah Purwakarta. Sebutan ini sudah lama redup dan tenggelam. Padahal memberi kesan tenang,  hangat,  akrab,  dan menentramkan. Oke?

Dengan kembali menggairahkan Kota Santri,  kita gairahkan semarak Majlis Taklim ibu-ibu. Tablig Akbar yang sejuk. Pawai Santri tahun baru Islam. Festival Hijriah. Memperindah mesjid-mesjid.  Memotivasi seluruh Remaja Mesjid. Meneladani arti Wisata Reliji. Dll. Tetapi tidak eklusif.  Sebab semarak aksi seni,  lomba,  dan unjuk prestasi pelajar dan pemuda juga mesti menonjol.

Sanggar-sanggar seni,  termasuk Sanggar Sastra dan Sanggar Teater harus bergairah kembali. Sudah tentu yang sudah jadi ikon tradisi seperti jaipongan,  pencak silat,  dan qosidahan. Harus terdepan. Oke?

Karena prinsip Kota Santri itu ngaji Lemah Cai,  maka pembangunannya harus menembus ke seluruh pelosok,  merata tanpa kecuali. Sangat peduli lingkungan. Menciptakan kenyamanan,  keamanan, ketentraman,  dan kesejahteraan di mana saja. Tentu,  peduli yatim dan kaum duafa juga.

Kesejahteraan masyarakat yang relijius tentu nomor satu. Tetapi pembangunan harus di segala bidang.  Meliputi semua sektor. Seluruh potensi wisata harus dikembangkan. Oleh karena itu panggung-panggung pun tidak anti hiburan rakyat. Sebab itu adalah ucapan selamat datang yang humanis. Di situlah Tari Pergaulan dan Tari Pesta Panen ada.

Posisi strategis Purwakarta di satu lintasan lurus,  antara Ibu Kota Jakarta dan Ibu Kota propinsi Jawa Barat,  Kota Bandung,  akan menciptakan gambar terbuka di era ke depan. Di mana setiap geliat Purwakarta akan terbaca siapa saja. Dan kita sudah pasti menginsyafinya.

Di kota santri kertas-kertas akan bicara. Ada puisi,  ada berita,  ada lomba gambar,  kaligrafi, dan ada-ada saja. Yang ngaji awi (bambu),  akan terus berkreasi yang lebih membumi,  tidak asal mengangkat kata awi. Lampu-lampu akan bercahaya,  tidak cuma bisa menyala. Air akan terasa bening dan sejuknya. Tanah akan teraba hangat dan mesranya. Udara mewariskan keterbukaan nilai budaya.

Kota santri itu bersih dan sehat. Karena itu jumat bersih dan senam massal itu segaris dengan kota santri. Bahkan bersih sampai ke sungai dan danaunya.  Sampai ke hati sanubari. Bersih dan rapih juga para pelajarnya. Massal kemuliaannya.  Gotong royong kebaikannya.

Melek internet itu juga kota santri.  Tidak cuma karena ingin tahu berita.  Tetapi untuk membaca dan meletakkan posisi Purwakarta di dalam berita.  Termasuk geliat ekonomi kerakyatan dan segala macam pembangunannya.  Juga potensi-potensinya. Ya kan?  Tapi bagaimana kalau warga mesti melek internet,  sementara ketua RW dan RTnya gagap teknologi? Berarti harus efektif fasilitas internetnya di tiap pos RW.

Saya dukung calon bupati yang mencerahkan dan menggerakkan. Pokonamah kitu.

Kota santri jelas kota amanah.  Anti korupsi!

Di kota santri ada Situ Buleud di tengah kota dengan simbul badak putih?  Ya, memang cuma santri yang bisa jagain badak putih.

Sebutan Kota Santri bukan satu-satunya identitas Purwakarta. Ada beberapa yang populer. Misalnya, kota Keramik (karena keramik Plerednya), kota pensiunan (mungkin karena banyak pensiunan pejabat yang memilih mukim di Purwakarta),  kota Situ (karena punya Situ Buleud,  Situ Wanayasa dan waduk Jatiluhur), kota Maranggi (karena popularitas sate Marangginya), kota Sindang Kasih (yang bisa ditafsirkan secara bebas sebagai area peristirahatan buat mereka yang sedang menempuh perjalan Jakarta-Bandung atau sebaliknya), dll. Sehingga posisi sebutan Kota Santri sangat-sangat cair di antara sebutan lainnya. 

Kebetulan anak saya lahir malam Idul Adha di Purwakarta.  Jadi setiap ingat atau melihat anak-anak Purwakarta,  saya melihat anak-anak Idul Adha.  Anak-anak NGAJI HAJI.  Anak-anak kota santri.  Tapi kan anak saya dua, yang kakaknya lahir di Bandung.  Jadi ya, anak-anak Jawa Barat itu,  SILIWANGI NGAJI HAJI.

Bagi saya kalo ke Purwakarta, Bandung, Sukabumi, atau ke Bogor nemenin istri, apalagi sejarahnya Bogor itu tempat pengabdian kakek saya dan tempat kelahiran bapak saya, itu selalu rasa pulang kampung. Ntar kalo sudah dari sana,  ke Jakarta juga pulang kampung.

GILANG TEGUH PAMBUDI
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
Lebih dari 10 tahun ber-KTP Purwakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG