LAGU LIGA LAGI

LAGU TARKAM

ole ole ole ole
ole ole
ada domba
bukan untuk adu domba
ole ole ole ole
ole ole

Kemayoran,  24 04 2018 
#puisipendekindonesia 
------

Liga 2 Indonesia bergulir lagi,  menyusul Liga 1 yang sudah memasuki pekan ke 7. Pembukaan dan peletakan piala Liga 2 di lapangan telah dilakukan pada hari Senin,  23 04 2018 di Stadiun Manahan Solo. Dilanjutkan dengan duel sengit antara tim merah,  merah,  merah,  PERSIS Solo vs tim yang terdegradasi muslim lalu dari Liga 1, Semen Padang.

Dari segi gengsi,  jelas Liga 1 yang merupakan kasta tertinggi versi kompetisi dalam negri,  jauh lebih bergengsi. Apalagi Liga 1 dipenuhi para pemain lokal yang populer,  para pemain baru yang sedang naik daun,  dan juga bertebaran para pemain asing yang dibintangkan.

Sementara Liga 2 bukan tidak bergengsi,  tetapi lebih tepat disebut,  memiliki gengsi tersendiri.  Pertama, sebagai komperisi resmi dan profesional sesuai regulasi PSSI. Cara jual dan promosinya cukup dengan menyebut,  cuma satu level di bawah Liga 1. Kedua,  sebagian tim adalah tim Liga 1 yang sedang bernasib sial terdegradasi di musim senelumnya. Suatu hal yang wajar dalam suatu putaran situasi dan kondisi. Sebagian lagi adalah tim-tim dari daerah-daerah ysng punya dukungan kuat dari para penontonnya.  Yang artinya,  Liga 2 bukan sebuah pertarungan yang sepi, atsu terkesampingkan, tetapi juga ssnggat mengggelora.

Selain itu di Liga 2 juga dihuni nama-nama pemain yang sempat populer di Liga 1. Meskipun sebagian adalah nama yang masih produktif,  yang masih sangat memungkinkan untuk bolak-balik main di dua Liga itu,  sementara sebagian lagi adalah para pemain senior yang mungkin segera memasuki masa gantung sepatu.

Seperti kita ketahui, nama-nama yang sudah sarat pengalaman di Liga 1 justru sangat dibutuhkan di Liga 2. Selain sebagai motivator kepada teman-teman satu timnya yang belum pernah merasakan Liga 1, juga untuk menularkan visi bermain yang matang secara praktis di lapangan.  Tidak teoritis belaka.

Menonton Liga 2 justru punya deg-degan tersendiri.  Baik untuk para penonton Liga 1 maupun penikmat Liga 2. Bayangkan.  Bagi para penonton dan suporter Liga 2, mereka sedang berharap-harap cemas,  siapakah tim Liga 2 musim ini yang untuk pertama kalinya bakal menjajal Liga 1? Selain tentu saja pertanyaan klasik,  tim mana yang segera bakal comeback ke Liga 1 setelah sial terpleset zona degradasi?

Selain soal itung-itungan lintas dua kasta sepakbola itu. Di internal Liga 2 pun tetap berlaku rumus baku seperti lazimnya sebuah perhelatan bola besar. Mereka bangga jika bisa berada pada posisi papan atas Liga 2. Bersyukur berada di papan tengah.  Dan tentu prihatin jika tersaruk-saruk di papan bawah.  Meskipun yang di papan bawah pun masih bisa berhibur diri dengan prinsipnya,  selagi tim belum bubar maka pertempuran pun belum selesai.  Segala kemungkinan masih bisa terjadi di masa kompetisi selanjutnya.  Apalagi jika tim-tim itu representasi popularitas daerah.  Tentu sudah pasti akan dirawat dan dipertahankan.

Kalau dikaitkan dengan eksistensi Tim Nasional,  keberadaan tim-tim di Liga 1 dan Liga 2 adalah peluang bagi tersuplainya para pemain nasional dari seluruh daerah di tanah air,  terutama dari daerah-daerah yang menonjol persepakbolaannya. Sekali lagi,  menjadi peluang.  Menjadi pintu gerbang lahirnya para pemain handal di masa depan. Apalagi tim Liga lokal sudah secara tradisional menjadi tempat penyaluran para pemain muda yang telah dilatih di berbagai sekolah bola atau komunitas latihan sepakbola tertentu di daerah masing-masing.

Satu lagi.  Belajar dari pengalaman tradisional di kampung kita dulu. Bahwa setiap kompetisi bola adalah gengsi tersendiri. Mau memperebutkan Domba Cup,  piala Pak Lurah atau pertandingan antar pelajar. Yang artinya,  masyarakat penonton cuma ingin menikmati pertandingan yang menghibur, mengetahui tim-tim mana saja yang hebat,  serta siapa yang jadi juaranya? Cuma begitu. Syukur-syukur yang jadi tim hebat dan juara adalah yang difavoritkannya atau yang dudukungnya.

Dari pertandingan antar kampung itu,  coba kita ingat-ingat lagi.  Pasti ada beberapa pemain sepakbola TARKAM ketika itu yang paling populer di masyarakat se-RW,  se-Kelurahan,  se-Kecamatan, atau se-Kabupaten. Itu biasa. Bukti dari apresiasi para penonton.

Demikian pun di Liga 2. Terlepas dari adanya kasta Liga 1 dan 2, sebagai kawah pertempuran sepakbola,  Liga 2 juga bersifat independen,  sampai ke partai puncak finalnya. Sama seperti dalam Tarkam Domba Cup itu.  Jika kompetisi telah berakhir di puncak,  tim mana yang populer menarik domba sepanjang jalan-jalan kampung sambil dielu-elukan masyarakat? Siapa nama-nama yang populer di situ?

Sempurna!

Dalam ajang pembukaan Liga 2 tahun 2018 ini, kita melihat dua spirit yang berbeda.  Ini seru.  Semen Padang sesumbar,  pinginnya cuma semusim saja anjlok ke Liga 2, mereka ingin segera balik ke Liga 1. Sementara PERSIS Solo sudah mulai gerah dengan sebutan tim favorit.  Mereka maunya jadi juara Liga 2 dan lolos ke Liga 1 .

Dan hasilnya?  Meskipun masih merupakan hasil yang dini, luarbiasa PERSIS  SOLO  menang telak,  3-0. 

Gilang Teguh Pambudi 
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com 

#pssi
#LigaIndonesia
#Liga2
#GNPSIndonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG