ELPROHA

JUAL BELI APA SAJA DI MANA SAJA

bukan karena kota
sebuah lampu 
membeli nafsumu
ketika bukan cahaya

Kemayoran, 28 07 2018
#puisipendekindonesia

Saya mulai dengan penjelasan. EL maksudnya huruf L, singkatan dari lesbi atau lesbian atau lesbianisme. Yang artinya wanita yang punya orienrasi seks kepada wanita. Kepada sesama jenis. Mereka ini bisa benar-benar wanita yang cuma berhubungan sejenis, atau sekaligus menyukai laki-laki juga. Dalam kehidupan berumah tangga, bisa saja seorang pelaku lesbi adalah wanita bersuami. Baginya hubungan lesbi adalah kebutuhan, bahkan kebutuhan pokok, sedangkan hubungan seksnya dengan suami adalah bentuk penerimaan atas kodrat pria wanita untuk saling mencintai dan mesti menikah terutama karena kebutuhan kehormatan dan keturunan. Tetapi ada juga pelaku lesbi yang menempatkan orientasi seks menyimpangnya sebagai variasi seks belaka. 

Lazimnya pelaku lesbi dari kalangan ibu rumah tangga tidak terlalu kelihatan, bahkan tidak diketahui oleh suaminya, karena bisa tidak punya tanda-tanda yang menonjol. Tetapi jika suaminya seorang homoseksual, bisa jadi ketika istrinya diketahui pelaku lesbi akan dimaklumi, karena kondisi itu bisa melahirkan komitmen bersama untuk saling menerima kebutuhan khusus masing-masing. 

Dalam psikologis manusia. Kita sering mendengar perbincangan pria-wanita dewasa di mana-mana, bahwa seseorang pria masih bisa jatuh cinta kepada seseorang wanita meskipun wanita itu diam-diam diketahui sebagai pelaku lesbi. Bahkan masih bersemangat untuk menjadikannya istri. Meskipun si pria bukan pelaku homoseksual. Apalagi kalau dia juga pelaku homoseksual. Maka berpeluang besar membangun komitmen untuk saling mengerti.

Selanjutnya saya jelaskan bahwa HA pada kata ELPROHA adalah huruf H, singkatan dari homoseksual, pria penyuka pria. Orientasi seksnya bisa kepada pria saja, tidak mau kepada wanita, tetapi bisa juga dia masih menyukai wanita bahkan beristri dan beranak. Biseksual.

Alasan homoseksual (penyuka sejenis) yang juga beristri (menikahi wanita) juga klasik. Demi hargadiri dan demi kebutuhan punya anak. Yang artinya status homoseksual, juga pelaku lesbi, ternyata lebih sering disembunyikan, dan hanya diketahui oleh sedikit orang yang secara langsung saling berkebutuhan khusus saja. Hal itu disebabkan karena pendapat masyarakat mayoritas yang tetap cenderung pada hukum diciptakannya pria-wanita itu untuk saling mencintai, menjadikannya 'selimut', dan kelak berketurunan. Sehingga ada rasa malu pada pelaku homoseksual dan lesbi untuk terbuka. Meskipun kalau membaca perkembangan di Indonesia, kaum ini makin lama malah semakin berani muncul terbuka.

Di kalangan homoaeksual yang beristri, mereka ada yang menyembunyikan status orientasi seksnya dari istri. Bahkan untuk seumur hidup. Sampai-sampai para istri tidak curiga kalau suaminya punya 'teman dekat' secara khusus, laki-laki. Biasanya para istri begini adalah mereka yang biasa berfikir, biar saja suaminya punya teman dekat lelaki, daripada wanita. Bahkan para istri normal yang cenderung cemburuan lebih suka kalau teman suaminya lelaki semua. Bahkan di hati kecilnya, seperti banyak dibicarakan, teman lelaki suami tidak akan pernah menggantikan posisinya sebagai istri. Termasuk kalau suaminya homoseksual tetapi malu kalau diketahui suka teman sejenis.  

Tetapi dari suara masyarakat yang terbatas, seperti yang pernah saya dengar, ada juga suami yang secara ihkas menyetujui istrinya untuk 'dipakai' orang lain dengan alasan dia sesungguhnya lebih cenderung pada orientasi seks yang lain. Atau dengan alasan, dia lebih cenderung pada laki-laki yang bisa 'melayaninya', sekaligus bisa memaklumi kalau lelaki teman dekatnya itu 'bermain' dengan istrinya.

Tapi kasus membiarkan istri berhubungan seks dengan orang lain, atau justru menawarkan istri, tidak hanya terjadi pada suami homoseksual. Saya sendiri waktu belum genap umur 25 tahun pernah ditawari. Dan lumayan bikin kaget di telinga. Percaya tidak percaya. Itu jelas pelacuran. Karena jelas-jelas itu transaksi seks. Tidak sama dengan prinsip pemberian nafkah atau hadiah-hadiah dari suami kepada istrinya secara terhormat dan harmonis.

Bahkan pernah juga saya baca koran. Polisi mengingatkan, hati-hati kalau ditawari 'berhubungan' dengan istrinya oleh seorang suami yang mengaku-ngaku suaminya, sebab dalam peristiwa seperti itu tidak cuma terjadi transaksi seks, tetapi juga sangat besar berpeluang terjadi aksi perampokan. 

Selanjutnya ini yang penting pada tulisan kali ini. Mengapa saya tertarik menulis L PRO H atau ELPROHA? Karena ini sudah bicara sosial kemasyarakatan dan politik.

Bermula dari para pria homoseks bisa memaklumi wanita lesbian dan sebaliknya. Bermula dari adanya para pria yang tertarik pada wanita lesbi atau sebaliknya. Bermula dari para istri yang membiarkan suaminya memenuhi orientasi seksnya, karena dia pun sebagai heteroseksual (normal) tidak dilarang 'berteman' dengan orang-orang tertentu. Meskipun pada sebagian masyarakat ini hanya sebatas wacana, pandangan. Kondisi sosial masyarakat ini seperti menghadapi situasi baru. Yang disebut PENERIMAAN.

Maka apa dampaknya? Mereka menerima dengan sukacita jika ada tokoh masyarakat, tokoh politik, pejabat tinggi, atau raja yang diberitakan berstatus homoseksual.

Saya sendiri pernah punya kenalan seorang ibu-ibu normal yang bisa bilang, "Buat saya, suami mau melacur, mau homoseks, masabodoh amat, yang penting kebutuhan keluarga terpenuhi!" Para wanita begini tentu juga masabodoh terhadap mentri, raja, atau presiden yang homoseks.  

Tentu, wanita kaum lesbi, dan wanita-wanita yang jadi istri dari kaum homoseksual (biseksual), dan para wanita yang secara wacana mengucap "wellcome", serta wanita yang tidak tahu-menahu, yang dari kesemuanya itu ada muslimah berjilbabnya, akan sangat antusias mendukung pejabat tinggi, tokoh masyarakat bahkan tokoh agama, anggota legislatif, presiden, raja, dan perdana mentri tertentu yang homoseksual. Apalagi tokoh-tokoh seperti itu biasanya tidak anti dengan praktek seks bebas dan pelacuran, meskipun tanpa kalimat propaganda. Cukup kampanye secara diam. Tanpa suara. Tanpa teriak-teriak. Tidak butuh mimbar, radio dan layar TV. Bahkan kalau perlu, terlihat konsisten tidak butuh kebijakan pro lokalisasi pelacuran, atau sambil teriak anti lokaliasi pelacuran dan pusat hiburan malam esek-esek. Sebab masih banyak cara lain yang bisa jadi pilihan.

Akhirnya saya cuma mau numpang nanya atas nama hidup, apa pendapat anda sekarang? 

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG