KOMONUS BOLA DUNIA

WANGI BOLA TUBUHMU

berikan cintamu padaku
akan kurekayasa menjadi bola
yang setia kumain-mainkan
dalam suka dan duka 
sepanjang tahun wangi tubuhmu

Kemayoran, 12 07 2018
#puisipendekindonesia

Kalau saya ajak anda ke dua kandang yang masing-masing berisi satu komodo. Di kandang pertama komodonya kita kasih nama KOMONUS, singkatan dari Komodo Nusantara. Kepada komodo ini kita mau kasih makan dua potong daging yang akan dilempar bersamaan. Satu ke arah kiri yang ditandai bendera Kroasia dan satu daging dilempar ke kanan yang ada tanda bendera Prancis. Nah, coba tebak! Kira-kira dalam keadaan lapar dan gesit Si Komonus akan berlari ke arah mana? Sebab kita akan menganggap ke situlah prediksinya tentang juara Piala Dunia Rusia 2018.

Hasil santapan pertama Si Komonus kita publikasikan lewat media sosial, koran, radio, dan TV. Lumayan, minimal buat seru-seruan. Tapi apa pendapat anda, seandainya Si Komonus ternyata menyerbu daging di bendera Prancis dan menyantapnya dengan lahap, sebelum akhirnya memburu daging ke dua?

Lalu besoknya kita pergi ke kandang ke dua. Judul spanduk acaranya kita ubah. Kalau di kandang Komonus tertulis, Prediksi Komonus untuk Final Piala Dunia 2018, kali ini di di kandang KOMORIN (Komodo Republik Indonesia Nusantara) bertuliskan, Apa Kata Komorin Tentang Juara Piala Dunia? Bahkan panitianya kita bikin beda meskipun orang-orangnya sama. Di Komonus panitianya, Forum Silaturahmi Pencinta Komodo (FORSITAKO), sedangkan untuk di kandang Komorin panitianya, Paguyuban Pencinta Komodo (PATAKO). Bahkan lagi, tokoh yang diundang pun beda. kalau di acara pertama wakil gubernur, di acara ke dua pimpinan Dinas Pariwisata. 

Ayo kita bayangkan lagi. Bagaimana jika di kandang Komorin kita lempar dua kepal daging secara bersamaan. Yang satu ke arah kiri, yang kali ini bertuliskan Prancis. Dan yang satu lagi ke arah kanan yang bertuliskan Kroasia. Nah, kira-kira ke manakah pertama kali Komorin akan berlari menerkam daging, dan memakannya sebelum mencari daging ke dua? Saya harap, anda tidak berfikir supaya Komorin tidak makan daging ke dua setelah daging pertama. Sebab dia tetap pakai naluri binatang yang rakus. Kecuali ketika Komodo punya watak bawaan, selalu sekali telan makanan pertama, sebelum beberapa jam kemudian berminat kepada daging yang lain. Nah, apakah anda yakin, jika Komorin menyerbu daging yang di kanan maka Kroasia bakal jadi juara Piala Dunia 2018? 

Oke oke, gini aja. Anggap Si Komonus makan daging di bawah bendera Prancis. Sedangkan Si Komorin di hari dan acara beda makan daging yang ada tulisan Kroasianya. 

Singkatnya, kita anggap babak final Piala Dunia Rusia 2018 sudah kelar. Dan ternyata pemenangnya adalah Prancis dengan skor tipis. Maka, siapa yang akan marah kalau panitia saya ajak rapat singkat lalu memblow up pemberitaan Si Komonus? Di internet, di koran, radio dan di TV. Kegiatan off airnya pun segera menyusul. Otomatis nama panitia penyelenggaranyapun ikut jadi bahan berita, membuntuti nama KOMONUS yang tiba-tiba meledak jadi artis di kepala para pencinta bola gara-gara menebak dengan tepat. Bahkan mau gak mau, si wakil gubernur pun ikut populer tiba-tiba karena selalu ditanya sana-sini. Meskipun sambil ketawa sumringah dia cuma menjawab, "Soal ketepatan menebak Si Komonus ya? Silahkan kalian wawancarai Si Komonus aja. Biar dia yang menjelaskan". Lalu dia tambahi dengan pesan wisata, "Jangan lupa bikin beritanya yang membuat orang-orang peduli dan minat lihat Komodo ya?"

Tentu anda bertanya-tanya juga, bagaimana nasib Si Komorin yang dianggap oleh lebih sedikit orang telah salah tebak karena memilih Kroasia? Ssssttt. Anda diam saja. Berita Si Komorin pasti saya kecilkan, sampai hilang. Foto-fotonya yang pernah ada di situs dan media sosial kami hapus. Gak ada satupun panitia ngasih kabar tentang dia, bahkan menjawab soal dia pun tidak mau. Anggap saja Komorin tidak ada! Bahkan lagi, Kepala Pariwisata sudah kita ajak bicara, dan dia milih kompak, soal Komorin dia pasti bilang gini, "Ah lupakan, itu cuma hiburan anak-anak panitia. Cuma bikin suasana rame. Bagi kita yang penting Wisata Komodo tetap unggulan".

Ya ya ya. Mari sini pencinta adab dan pengaji hikmah. Jangan pernah percaya tahayul, tebak-tebakan dan perjudian. Percayalah saja kepada ketepatan Allah.

Pernahkah ada suatu gempa di sebuah hutan? Jika pernah, maka salahsatu pohon tertua di situ pun bersaksi atas peristiwa itu. Bahkan kalau dia punya akal budi seperti Orang Pintar (ulama), dia bisa berkalimat, atau setidaknya dikabarkan oleh seorang penyair, " Suatu hari, tujuh hari sebelum peristiwa itu, Si Pohon Besar berkata, bahwa Allah akan kasih gempa dasyat tujuh hari yang akan datang. Dan ternyata terbukti. Menciptakan hutan besar yang terbelah dua, tetapi jurangnya eksotik meskipun curam dan berbahaya".

Saya jadi ingat tulisan saya sendiri. Lupa di tulis di mana karena terlalu banyak nulis. Begini. Jembatan timbangan itu kalau bisa bicara pasti akan berkata tidak cuma sebuah mobil telah lewat dengan berat sekian, itu logika umum. Tetapi juga pasti bisa bicara, akan ada gadis berjilbab seksi lewat situ pada  jam empat sore ini, dua kali senyum sendiri, dan sekali merapihkan ujung kerudungnya. Nah!

Maka, kalau pohon dan jembatan itu atas ilmu Allah bisa bersaksi demikian, bagaimana dengan Si Moli, anjing di rumah tante saya di Buah Batu Bandung, yang pernah berkata, "Akan datang seorang Upam (nama panggilan kanak-kanak saya), dari Purwakarta ke Bandung, karena mengantar anaknya yang SMP dari Komunitas Cannadrama binaannya, mengambil piala dan hadiah uang tunai dari Koran Pikiran Rakyat". Dan alhamdulillah, itu benar 100%.

Bagaimana dengan tembok kamar yang bersaksi atas kelakuan seseorang atas izin Allah?

Bagaimana dengan tangan dan kaki yang bicara soal kelakuan dirinya, secara jujur kepada Allah tanpa ada satu hal pun terlewatkan dari kesaksiannya?

Lalu, kali ini dengan melupakan Si Komonus dan Si Komorin. Percayakah anda bahwa komodo-komodo di Pulau Komodo sepuluh tahun lalu sudah menulis kalimatnya pada sebuah akar pohon atas izin Allah dengan menggunakan cakarnya, "Bahwa setelah era SBY berakhir, Indonesia akan dipimpin oleh seorang tokoh baik, namanya Joko Widodo yang akrab dijuluki Jokowi?"

Ternyata tulisan komodo itu benar. Karena bukan alamat tebak-tebakan, bukan teropong palsu, bukan tafsir kafir, bukan analisa syetan, dan bukan mengundi nasib keilmuannya. Pantas saja tafsir Nabi Yusuf Alaihisalam menunjukkan kenyataan jauh lebih cerdas daripada pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh besar yang zalim di jamannya.

Termasuk cerdas pulalah seorang anak kecil yang dilimpahi hidayah Allah ketika berkata, "Pasti akan hujan pada saat bukit itu miring". Sebab, hujan adalah kepastian Allah sampai kapanpun, seperti yang sudah sering terjadi, dan kemiringan adalah ciri-ciri bukit. Atau seseorang yang berkata, " Minggu ini kamu sebenarnya bahagia, tetapi punya kecemasan-kecemasan. Maka tinggalkanlah berlebih-lebihan dan jauhi segala kecemasan yang merugikan. Selalu dekat kepada Allah supaya hati kita damai!" Mengapa demikian? Sebab dia tahu Si Fulan di hadapannya sangat mencintai Allahnya, bahagia karena itu. Tetapi sebagai manusia, kita sering cemas, meskipun selalu ingin sukses.

Subhanallah. Sepakbola dunia kali ini seperti ruang kita bicara apa saja. Hikmahnya tentu saja, ini kepalang menjadi tempat ngumpul dan tempat konsentrasi manusia. Maka akan selalu ada yang berfikir, mendatangkan manfaat apa? Salahsatunya, tentu bermanfaat untuk menengahi kasus Si Komonus. Bahwa akhirnya kita percaya, KOMONUS lebih dari tahu, siapa yang akan jadi juara di Piala Dunia Rusia 2018, tetapi dengan melupakan acara rame-rame soal tebak-tebakan itu. 

Sebelum tulisan ini berakhir saya mau titip pesan. Ini baik untuk kemanusiaan. Pada zaman dahulu pasir gurun pernah berpesan kepada para pengembara, "Takutlah, karena atas kehendak Allah, Firaun yang zalim akan berkuasa lebih dari dua tahun yang sulit ini". Lalu beberapa pengembara itu bertanya, " Mengapa Allah yang maha adil memilih Firaun jadi pemimpin manusia dan menperpanjang kekuasaannya?" Pasir gurun pun menjawab, "Sebab di negri ini lebih banyak orang jahat yang sembunyi di balik ketiak Firaun. Mereka merasa akan aman selama mendukung Firaun. Mereka bisa saling melindungi kepada sesama sekutunya. Tetapi selalu menindas kepada semua manusia. Sampai suatu saat nanti akan muncul orang-orang adil yang menegakkan kalimat Allah, bahwa segala kezaliman harus kalah dan tenggelam!". Dan ternyata benar, Firaun yang bengis itu berkuasa lebih dari dua tahun lagi, dan akhirnya ditenggekamkan oleh siksaan Allah yang pedih.

Semoga kisah pasir gurun ini besar manfaatnya untuk kita.

Nah, tahulah kita sekarang, KOMONUS akan menyebut siapa sebagai Sang Juara Piala Dunia? Dan kira-kira bermanfaat apa akhir perhelatan Piala Dunia Rusia kali ini bagi persepakbolaan di Indonesia, termasuk untuk TimNas Indonesia-nya. 

Dan saya lebih tidak peduli, dengan mau mengatakan bahwa siapapun fakta juaranya, yang menang di Piala Dunia Rusia 2018 adalah tim Asia, yaitu Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, Iran, Australia, dan tentu saja Timnas Indonesia. Karena dalam suatu sistem yang dibuat, pihak juara itu cuma mewakili yang kalah. Beres! Gak perlu ada Perang Dunia setelah Piala Dunia.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com

#FIFA
#PialaDunia
#PialaDunia2018
#WorldCup
#WorldCup2018
#FifaWorldCup2018
#GNPSI_312 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG