RUMAH KOTAK PRAMUKA
PENUNGGANG KUDA
kupacu kudaku
menembus malam ke ujung
sepanjang cahaya
dan puncak-puncak
Kemayoran, 16042018
#puisipendekindonesia
------
Pagi ini anak lelaki saya yang kelas 3 SMP berpakaian pramuka lengkap untuk mengikuti Upacara Hari Pramuka, 14 Agustus 2018. Dia minta diantar pagi-pagi sekali. Sampai-sampai dia sudah memanaskan motor dan menunggu saya di tempat parkir lebih pagi dari biasanya. Saya maklum, selain karena tanggungjawabnya sebagai pribadi pelajar, dia juga Ketua Kelas dan biasa terlibat petugas upacara. Itu tentu mengingatkan saya pada organisasi Pramuka yang saya kenal.
Saya pernah aktif di pramuka penggalang sewaktu SD, lalu dilanjutkan sebagai penegak pramuka sewaktu di Sekolah Pendidikan Guru, lalu menjadi pembina pramuka selama mengajar di SD Negri sebagai sukwan dan di SMP & SMEA Swasta. Selama SMP sempat fakum karena saya tinggal di asrama perkebunan, tanpa pengawasan orang tua, dan mengurangi kegiatan ekstrakurikuler. Lebih sibuk menggambar, menulis cerita, dan seperti biasanya, kutu buku.
Kenangan spesial saya selama jadi pembina pramuka di sekolah, setidaknya ada tiga hal. Pertama, ketika saya membawa regu pramuka SD ke suatu kegiatan lomba, tetapi tidak ada tujuan jadi pemenang sama sekali, sebab pakai sepatu berkaos kaki pun sebagian murid saya jarang-jarang. Pakaian pun alakadarnya, sangat jauh dari standar minimal kerapihan pramuka. Kedua, saya pernah membina pramuka di sebuah SMA yang baru pertama kalinya saya selenggarakan pelantikan Penegak Bantara, lalu mereka saya ikutkan juga di kegiatan SAKA-SAKA. Ketiga, saya pernah ikut kemping para guru pembina pramuka lintas SD di Palabuhan Ratu, di pantai itulah saya bisa teriak-teriak bikin puisi spontan. Itu juga Wisata Sastra Pramuka dan Wisata Sastra Guru buat saya.
Pramuka (Praja Muda Karana) adalah organisasi sosial paling menyenangkan buat saya. Sangat menyenangkan. Betapa tidak? Saya bahkan berbeda pendapat dengan para dewasa yang menyebut pramuka adalah organisasi sekolah seperti OSIS yang keanggotaanya hanya pelajar di satu sekolah yang pembinanya juga para guru di lingkungan internal sekolah itu. Itu jelas tidak benar.
Di satu sisi keanggotaan pramuka memang melingkupi kelompok Siaga, Penggalang dan penegak. Tetapi masih ada kelompok Pandega sampai usia 25 tahunan. Eksistensi Pandega ini sekaligus menjelaskan, keanggotaan pramuka tidaklah melulu usia pelajar sampai ke tingkat SMA/sederajat.
Selain itu, sebutan pembina pramuka juga tidak hanya ditujukan kepada para guru di sekolah atau pembina khusus kepramukaan yang dipekerjakan oleh pihak sekolah, tetapi juga para pembina profesional yang memiliki keahlian masing-masing yang perduli pada gerakan kepramukaan. Setidaknya itulah yang saya fahami dan banggakan. Tanpa ini, kebahagiaan saya sudah hilang lama setelah meninggalkan bangku mengajar di kelas dulu. Otomatis saya jadi aktivis pramuka yang diusir.
Dalam keadaan bangga, kalau saya mau, tanpa harus menjadi Andalan (pengurus Kwartir) atau Pamong Saka, dalam kapasitas sebagai pembina komunitas, pimpinan suatu yayasan, bahkan manajer perusahaan sekalipun saya bisa tiba-tiba gabung dengan para pembina untuk membina anggota pramuka. Yang artinya, saya tidak harus berprofesi sebagai seorang guru di kelas untuk menempati posisi pembina seperti yang dikira orang. Yang penting saya sudah tahu arah gerakan kepramukaan itu, dari Siaga sampai Penegak, Pandega, sampai jadi pembina.
Pembina pramuka adalah para dewaasa yang membina kegiatan pramuka. Memamg sesederhana itu definisinya menurut saya, tetapi yang terberat adalah menyandang predikatnya sebagai pembina.
Saya tambahi penjelasannya, bagi sukarelawan (sukwan) atau aktivis yang ingin bergabung dalam kegiatan kepramukaan sebagai pembina tamu sesuai dengan keahliannya, mereka boleh gabung dengan para pembina dalam banyak kegiatan kepramukaan. Sekali lagi, tidak selalu harus datang atau gabung ke satu institusi sekolah tertentu. Bahkan seorang ustad yang sudah biasa dengan kegiatan kepramukaan pun bisa desebut ustad sekaligus pembina tamu dalam kegiatan kepramukaan itu. Boleh pake seragam pembina pramuka meskipun tetap memakai sorban di kepala pada saat ceramah. Meskipun dalam kekhususannya, seseorang bisa tidak wajib berseragam pramuka. Contohnya saya, walaupun saya dipanggil panitia jadi juri baca puisi pramuka, saya bisa saja tampil seperti layaknya penyair, meskipun para anggota pramuka itu tetap akan menganggap saya pembinanya juga dalam hal seni sastra. Kecuali kalau panitia menyarankan agar saya berseragam pramuka saat menjadi juri. Paling-paling kalau saya gak punya seragamnya, saya tinggal bilang, "Ada ongkos seragamnya?" Haha.
Itu penjelasan untuk keterlibatan para dewasa yang peduli kegiatan kepramukaan pelajar maupun non pelajar. Sebab para aktivis kepramukaan tidak selalu harus bertemu dengan anggota pramuka kalangan pelajar. Bisa saja pertemuannya justru di lingkaran para pembina. Saya misalnya, sebagai orang yang saat ini berada di luar institusi sekolah, kalau perlu tetap bisa ikut gabung dengan para pembina yang saya kenal untuk mengikuti kemping atau pertemuan dengan para pembina pramuka. Apalagi saya juga aktif membina komunitas remaja untuk berbagai kegiatan, termasuk lomba dan aksi seni. Tentu bisa berbagi ilmu yang bermanfaat dengan para pembina pramuka itu.
Kalau teman saya yang aktif di band lokal dan sering mengadakan vestifal band punya kepeduliaan pada pramuka, dia tentu bisa gabung berbagi sukacita yang mencerahkan. Begitupun teman-teman saya yang punya komunitas taekwondo ataupun pencak silat. Ini yang saya sebut, sampai hari ini pramuka adalah organisasi yang sangat menggembirakan. Bagi siapapun.
Tapi jujur, saya sering sedih ketika datang ke suatu kota atau kabupaten tertentu, lalu mendapat kabar gerakan pramuka pelajarnya tidak maju, bahkan tidak didukung oleh kepala daerahnya. Apalagi pramuka dewasanya? Apalagi para pembina tamunya itu? Kegiatan Saka-nya juga senyap. Ada daerah-daerah yang tidak punya, atau terlambat punya sekretariat Kwartir Ranting bahkan Kwartir Cabang.
Padahal setahu saya sebagai awam, pramuka utama di tingkat nasional itu Presiden Indonesia. Pramuka utama di tingkat propinsi itu Gubernur. Pramuka utama di tingkat kabupaten/kota itu Bupati/ Walikota. Sehingga sering kita melihat mereka dan para pejabatnya ini berseragam pramuka pada momen-momen tertentu. Bagaimana bisa ada kepala daerah yang masabodoh dengan gerakan pramuka? Ini kritik yang serius.
Kalau saya tidak akan pernah perduli pada segala hambatan apapun di daerah manapun. Begitu jiwa pramuka saya. Saya toh masih bisa berkegiatan pramuka dengan cara saya yang khas. Itu sebabnya beberapa kali saya pernah mengadakan Lomba Cipta Puisi Antar Penegak tingkat Kabupaten di suatu radio. Maklum, saya bangga dengan posisi sebagai Orang Radio Indonesia selain sebagai seniman. Di hadapan mereka saya merasa bangga. Saya bangga karena mereka bangga terpanggil kepramukaannya.
Sebelum tulisan ini saya akhiri saya ingin mengingatkan banyak pihak, memang ada aktivis Pramuka yang secara struktural ada dalam kepengurusan pramuka dari tingkat Gugus Depan (Gudep) hingga Kwarnas (Kwartir Nasional), tetapi ada juga yang bukan Pramuka struktural, karena tidak membutuhkan posisi apapun untuk berkoordinasi. Mereka adalah aktivis pramuka di tengah masyarakat yang bisa terlibat kegiatan Pramuka apapun.
Pramuka itu di satu sisi memang menyiapkan generasi masa depan yang percontohan, dinamis, dan kreatif-inovatif. Di sisi lain menempatkan para aktivisnya SEUMUR HIDUP sebagai insan yang berguna bagi nusa dan bangsa yang memiliki kepedulian-kepedulian. Terkhusus perduli pada gerakan kepramukaan.
Pramuka menjadi seperti Rumah Besar Kita, atau saya biasa menyebutnya, Rumah Kotak Pramuka. Sebab kotak adalah persegi yang senantiasa mempertemukan seluruh garis dan titik. Sampai-sampai saya pernah berkhayal. Ketika kota-kota maju semakin pesat dan padat, sementara kegiatan kemping serta kegiatan pramuka siang-malam di bawah langit terbuka masih sangat diperlukan, tanpa harus pergi jauh-jauh ke Bumi Perkemahan tertentu, apa salahnya kalau di setiap kota punya Rumah Kotak dengan atap terbuka. Di situ anggota pramuka dari berbagai sekolah, dari saka-saka yang ada bisa melakukan kegiatan kemping di tengah kota, menyalakan api unggun di area khusus, dan berlatih apapun di bawah langit terbuka.
Bahkan selain Ka'bah, mesjd pun sesungguhnya Rumah Kotak Mulia, yang garis lengkunganya di situ adalah kesantunan, kelemah lembutan, harmonsaisi. Seluruhnya perlambang keimanan yang istikomah.
Semoga 14 Agustus 2018 kali ini memotivasi kita untuk berbuat banyak, yang terbaik untuk kepribadian bangsa. Gerakan Pramuka tetap gerakan moral yang tinggi seperti dulu, ketika pemenang lomba-lomba dalam sesi permainannya bahagia dikalungi kerupuk dan ketimun, sekadar lambang bahagia dan sejahtera, bukan tempat bancakan entah. Jayalah Pramuka Indonesia!
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
Komentar
Posting Komentar