TETAP HARI KESAKTIAN

LANGIT DAN BUMI KITA SATU

depan bencana 
merahputih menderas airmata
dalam cinta yang siaga 
dan perwira

Kemayoran, 1 Oktober 2018 
#PuisiPendekIndonesia
------

Dan nyatanya negara masih konsisten menyatakan, 1 Oktober adalah Hari Kesaktian Pancasila. Dibuktikan dengan tetap diselenggarakannya peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya yang dipimpin langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi). Meskipun presiden baru saja melakukan perjalanan penting mengondisikan Palu, Donggala, dan sekitarnya dari tragedi gempa dan tsunami yang menelan ratusan korban meninggal dunia, ratusan luka berat, dan ribuan masyarakat mengungsi.

Pun tidak ada alasan bagi presiden Jokowi untuk menghilangkan peringatan Hari Kesaktisn Pancasila yang diputuskan pada era Orde Baru itu, meskipun dengan alasan pemerintah sedang sibuk mengurusi korban bencana. Sebab koordinasi dan penanganan bencana toh tetap bisa terus berlangsung tanpa terganggu agenda presiden di Lubang Buaya.

Selain itu, dapat dibayangkan gaduhnya negri ini jika momen 1 Oktober dilewatkan apalagi diingkari oleh negara. Padahal kemampuan pemerintah menangani bencana-bencana pun bagian dari KESAKTIAN PANCASILA. 

Bagi generasi milenial, peristiwa 1 Oktober 2018 menjadi teramat penting, sebab mereka butuh bukti keberpihakan negara pada suatu sikap yang tegas dan meyakinkan. Bahwa sejarah kelahiran Hari Kesaktian Pancasila tidak bisa dilepaskan dari tragedi 30 September. Dan generasi masa depan ini tentu tidak mau diberi paket kebohongan sejarah.

Dengan melihat terselenggaranya puncak Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2018, dan juga pada tahun-tahun yang akan datang, itulah kebenaran sejarah yang akan terus dilestarikan oleh anak-cucu kita sesuai dengan kesaksian pemerintah/ negara atas sejarah di masa lalu. Tidak akan terbantahkan. Bahwa sebelumnya telah terjadi pemberontakan dan penculikan para jendral oleh organisasi terlarang, PKI.

Itu sebabnya setiap tanggal 30 September di seluruh kantor dan intansi yang biasa mengibarkan merah-putih wajib mengibarkannya setengah tiang. Sebagai tanda berkabung nasional. Lalu menailkannya ke puncak tiang pada tanggal 1 Oktober.

Peringatan ini juga menjadi penanda besar bahwa pemerintah tetap menegaskan PKI yang pernah dibubarkan adalah organisasi terlarang, begitupun dengan ajaran komunismenya. Meskipun di awal-awal kemerdekaan, ada sebagian bangsa ini yang berfikir, apakah komunisme termasuk salahsatu solusi untuk membangun Indonesia? Sampai-sampai ada juga tokoh di kalangan mereka yang dihargai oleh pemerintah saat itu. Tetapi itu sudah menjadi proses berfikir mereka di masa yang sudah lewat.

Sehingga tidak ada kegamangan di hari ini. Ketika di satu sisi masyarakat mempertanyakan, apa sih komunisme itu, dan apa gunanya komunisme itu bagi kesejahteraan lahir-batin dan kemajuan Indonesia? Karena bukan kebutuhan negri ini! Pada saat yang sama negara masih berpegang teguh pada prinsip anti-PKI dan komunisme.

Sehingga wacana kebangkitan PKI dan komunisme, otomatis bukan kebutuhan. Masyarakat justru sedang bergerak tidak mengenalinya. Kecuali mengenali segala hal prinsip yang dibutuhkannya untuk hari ini dan masa depan, yang terus diharapkan dan dibina kelangsungannya. Terutama yang berkaitan dengan jiwa kemanusiaan berketuhanan yang penuh cinta dan kedamaian, sebagaimana diamanatkan Pancasila yang sakti itu. 

Bahwa hari ini ada pihak-pihak yang mengingatkan agar kita tetap berhati-hati dengan peluang pengaruh komunisme dan kebangkiran PKI, hal itu bisa disikapi dengan terus optimis pada ketahanan bangsa besar ini untuk menolaknya, sambil meyakini bahwa negara kita adalah negara hukum yang terhormat di mata dunia.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG