ADA APA DENGAN TEMA BUKU INI?

TARIAN AGUSTUS  

kapan Agustus menari?
tentu di seluas hari-hari kemerdekaanmu

kapan Agustus menanam bunga?
tentu di seluruh taman kota dan hutan

kapan Agustus mengecup pipi seorang gadis?
tentu dalam cinta membara
dalam kecupan yang konstitusional

kapan Agustus memanen padi?
tentu ketika orang-orang itu masih cerita
Legenda Dewi Sri

kapan Agustus mengajari santri baca Al-Quran?
tentu di seluas syukur kepada Allah
atas kebenaran kalimatnya

kapan Agustus mengecup kibaran Merah Putih?
tentu saat darah perwira masih mendidih
melanjutkan bara api semangat para pahlawan
yang telah gugur mendahului

kapan Agustus bangga dengan kepak sayap garuda?
tentu ketika Pancasila dan bhineka tunggal ika
masih ada yang memahami dan mengamalkannya

kapan Agustus duduk dekat perapian ibu?
tentu ketika mendengar kisah hikmah
bahwa Rosulullah sangat ngerti Indonesia

kapan Agustus menonton bola?
tentu setiap putaran bolanya mendegupkan persahabatan manusia,
sportifitas, peluang menang dan sukacita

kapan Agustus berlagu kebangsaan Indonesia Raya?
tentu selama udara tak ditinggalkan pernafasan kita

kapan Agustus menemani para pekerja?
tentu saat segala amanah ditunaikan
dan saat upahnya sesuai perjanjian

kapan Agustus menolong fakir miskin, yatim piatu, dan anak-anak terlantar?
tentu jika negara kuat karena penguasa dan rakyatnya peduli

kapan Agustus menghargai para janda
tentu selama para jandanya berharga

kapan Agustus memajukan senibudaya?
tentu jika pemerintah dan rakyatnya paham senibudaya
dan mau memajukannya demi nama baik
dan kesejahteraan bangsa

Kapan Agustus menyelamatkan lingkungan?
tentu selama masih melestarikannya
tidak merusak dan mencemarinya

kapan Agustus paham hukum dan berkeadilan?
jika kelangsungan hidup bangsa berdasarkan hukum
serta keadilan bisa ditegakkan  

kapan Agustus menjelaskan NKRI harga mati?
ketika rakyat memahami bahwa bela negara
adalah menegakkan kebenaran dan kemuliaan Allah

kapan Agustus menyapa para bayi?
tentu saat ibu-ibu menyusui
saat rajin menimbangnya
sampai kuat tulang dan ototnya
bisa ikut lomba menggambar dan menari
lalu lomba balap karung, panjat pinang, dan tarik tambang
lalu naik panggung Agustusan
lalu naik panggung kehidupan
lalu menyanyikan sebuah pekik
bagimu negri jiwaraga kami!
lalu mengerti puisi

kapan Agustus menemui Allahnya
tentu, sejak Agustus diciptakan oleh Allahnya

Kemayoran, 23 01 2019
Dari antologi TAGAR (Tarian Gapura)
------

Suatu hari saya mendapat informasi dari sesepuh Lumbung Puisi untuk memberikan catatan khusus mengenai tema Mblekethek yang akan diangkat untuk penerbitan buku antologi puisi para penyair Indonesia, oleh penerbit Penebar Media Pustaka, Yogyakarta.

Sukacita catatan itu saya kirimkan via email. Dan sudah muncul dalam buku yang sudah diterbitkan dan diterima oleh para penyairnya. Tetapi karena catatan saya adalah 'jalan baik' bagi para pembaca untuk menikmaati Antologi Puisi Mblekethek itu, maka kali ini saya sampaikan catatan saya itu. Adapaun jika anda berminat untuk memiliki buku ini, anda bisa kontak ke Bapak Rg.Bagus Warsono.
-----

POSITIF NEGATIFNYA MBLEKETHEK
Oleh : Gilang Teguh Pambudi

Bleketek atau mbleketek atau mbleketrek sesungguhnya tiga istilah yang sama, yang sangat populer di pulau Jawa. Bisa diucapkan untuk konotasi positif misalnya, sambel mbleketek, yaitu sambel kental yang terdiri dari rupa-rupa bumbu atau makanan. Atau untuk menyebut masakan sisa hari pertama lebaran yang sudah berkali-kali dihangatkan, bahkan berupa penggabungan dari berbagai jenis masakan. Bisa juga diucapkan untuk konotasi negatif, misalnya untuk kotoran lumpur atau tumpahan oli yang bercampur dengan tanah basah atau sampah sehingga tidak cuma menimbulkan becek bahkan licin. Bahkan berbahaya kalau mengandung campuram cairan-cairan tertentu.

Berangkat dari dua konotasi inilah mbleketek bisa menyampaikan pesan besar untuk sesuatu yang bersifat bermanfaat, masih bermanfaat, atau untuk sesuatu yang sebaliknya, sangat mengganggu kehidupan manusia. Sehingga dalam antologi puisi Mbleketek, kita sangat bisa merasakan itu melalui pilihan tema dan idiom-idiom yang kuat.

Memang benar, di tengah masyarakat kita beredar pemahaman, biasanya sesuatu yang mbleketek atau sudah sampai mbleketek tetapi masih dimanfaatkan, itu terjadi pada kehidupan masyarakat menengah ke bawah. Meskipun maksud yang sesungguhnya menunjuk ke suatu gejala yang merakyat sampai ke masyarakat pinggiran kota dan pelosok-pelosok kampung. Sebab sambel mbleketek juga populer di kalangan yang disebut elit. Bahkan di dunia kuliner modern, dikenal juga produk-produk tertentu yang sengaja mencari sensasi mbleketek, baik yang terinspirasi oleh olahan masyarakat kuno atau yang benar-benar temuan baru.

Bagi para penyair dalam antologi Mbleketek, konotasi positif yang merakyat itu justru melambangkan spiritnya untuk menyuarakan segala hal yang merakyat. Yang humanis-universal dan plural. Sementara konotasi negatifnya, telah terbukti melahirkan puisi-puisi kritik sosial yang bernada keluhan dan kemarahan. Tentu keluhan dan kemarahan yang cerdas dan mencerahkan, sebab setiap puisi selalu memiliki kekuatan penyadaran dan kebangkitan. Penyadaran akan mengakibatkan manusia selalu berfikir teliti, cermat dan lapang. Sedangkan kebangkitan akan berwujud sikap dan perbuatan strategis yang menyelamatkan.

Dalam kontek pemahaman literasi, antologi puisi Mbleketek membawa kita melihat kerumitan persoalan sosial, persoalan lingkungan, kebijakan yang tidak tepat, politik yang pragmatis, bahkan kecelakaan sosial yang parah yang diakibatkan oleh prilaku bodoh manusia, dan lain-lain, tetapi pada saat yang sama kita menjadi terbuka dan terinspirasi untuk menjalani hidup secara arif dan bijaksana. Arif mengikuti sistem sosial dan sistem hukum yang berlaku di dalam rahmat Allah, serta bijaksana dalam bersikap atau berkeputusan.

Kalaupun ada yang menyebut, puisi-puisi dalam antologi ini menunjukkan keberangkatan puisi yang beragam, baik secara tematis maupun dari kondisi penyairnya, justru itulah yang membuat tambah mbleketek.

Kemayoran, 29 11 2018
------------------------------------

Demikianlah catatan saya dalam buku Mblekethek itu, yang persiapannya sejak akhir tahun 2018 tetapi baru selesai sebagai kado awal tahun 2019 bagi kesusastraan Indonesia.

Salam sastra!
Salam literasi!

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG