HIDUP RAMADAN (5)
hidup ini selamat dan menyelamatkan
sebagai lautan manusia
telanjang tanpa kuasa
kecuali dalam kuasaNya
Dari puisi Hidup Ramadan
Buku Tadarus Puisi - Penebar Media Pustaka - Yogyakarta
----
Selamat. Suci-wangi seperti bayi yang baru lahir. Tetapi kali ini tidak seperti dulu ketika segala gerak kita dalam lindungan dan tanggungjawab orang tua ---karena memang demikian fitrah anak dan keramat orang tua. Setelah beranjak dewasa, dimulai masa akil balig, sudah sewajibnya manusia bersikap dan berbuat berdasarkan akal sehat, kedewasaan, niat baik, dan kesadarannya sendiri.
Itulah ciri-ciri manusia yang tumbuh dewasa secara normal. Yang selalu dalam lindugan Allah, dan tidak pernah bisa meninggalkan diri dari menyembahnya. Sehingga jika waktunya tiba tercapailah kesempurnaan kehajiannya. Semerbak wangi kesalehannya, tersaksikan oleh Allah dan tercatat oleh malaikat-malaikatnya.
Siapa yang tak merindukan posisi ini? Manusia mulia yang dimuliakan. Manusia selamat yang menyelamatkan. Yang tentu saja bertolakbelakang dengan manusia sesat yang menyesatkan karena terjebak bujuk rayu syetan laknatullah.
Mereka ini manusia-manusia yang berpegang teguh pada kebenaran kalimat tauhid. Yang diterima sholatnya. Yang berzakat. Yang menjalani kewajiban puasa. Yang selalu kita rindukan hadir-mewujudnya.
Tetapi sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang telah ihlas seihlas-ihlasnya, bahwa dirinya lemah tanpa daya-upaya. Hanya berserah diri pada daya upaya Allah yang maha segala-gala.
Mereka menyadari, segala peristiwa dalam dirinya, sekecil dan sebentuk apapun terlihat oleh Allah yang maha melihat, dan tercarat dalam buku kesaksian malaikat. Mereka tak ubahnya manusia-manusia berkelompok dalam kehidupan sosial yang 'telanjang bulat'. Sekaligus telanjang bulat pula berserah dan kembalinya kepada Allah. Hanya membawa badan sekujur dan amal perbuatannya. Sebab seluruh apapun yang ada di muka bumi hanyalah milik Allah semata. Yang dititipkan kepada manusia sampai batas waktunya.
Memakai kain ihram adalah wujud ketelanjangan itu. Pria wanita setara dan sama saja. Sehingga kesetaraan mana lagi yang akan dicari-cari di luar kunci pemahaman yang inti? Berkain ihram juga berarti bersih diri dan menolak segala yang harus ditolak, mengharamkan segala yang harus diharamkan.
Dalam kesaksian dan kesadaran itulah, maka manusia saling jaga, saling melindungi, dan saling berwasiat dalam kebaikan. Menciptakan peradaban agung yang mendatangkan rahmat Allah tiada tara. Setiap pribadi yang makrifatullah, berserah dengan berkorban diri untuk kemuliaan Allah semata-mata. Itu sebabnya umat Islam mengenal, waktu berkurban yang mulia. Menyemai kasih seluas bumi, rahmat untuk semesta, menembus batas-batas waktu.
Bermukimnya di padang Arafah adalah eksistensi, kehadiran 'wajah diri/potret diri' dan perbuatan 'tangan dan kaki'-nya. Wujud hadirnya cinta dan pertemuan antar manusia. Thawaf di Baitullahnya, adalah penerimaan hidup di bawah lindungan rumah Allah, yang bukan sembarang rumah. Tempat berkiblat, ruku dan sujud, berserah diri, lahir-batin, selama-lamanya. Ruku'nya berkekuatan habluminannas. Sujudnya habluminallah.
Lempar jumrohnya, adalah perlawanan abadi terhadap segala bentuk godaan syetan yang mengingkari keselamatan, kesejahteraan, dan sukacita hidup manusia. Sa'i-nya, Shafa-Marwah, adalah perjalanan suci, sukaduka menyelamatkan hajat hidup manusia dengan prikemanusiaannya. Subhanallah.
Semoga melintasi Romadon kali ini, kita bisa melakukan ritual bersih diri atau ruwat diri, menemui fitrah diri yang sejati. Menjadi hidup Ramadan yang abadi. Amin.
Akhirnya kembali saya sertakan selengkapnya puisi Hidup Ramadan yang bait kelimanya, atau bait terakhirnya tercantum di awal tulisan ini:
HIDUP RAMADAN
hidup ini keyakinan
demikian firman Allah dan keramat utusan
hidup ini sholat
sehingga 24 jam kita doa-doa keselamatan semata
hidup ini zakat
membaca fitrah diri
yang telah lahir tanpa daya dan upaya
hidup ini wajib puasa
sebab dengan menahan diri
akan hadir kemuliaan dan kesejahteraan
hidup ini selamat dan menyelamatkan
sebagai lautan manusia
telanjang tanpa kuasa
kecuali dalam kuasaNya
Kemayoran, 31 05 2017
-----
Kemayoran, 11 05 2019
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
Komentar
Posting Komentar